Selasa, 31 Mei 2016

Manipulasi Media dan Kesadaranpalsu, Pornografi dan kekerasan, serta Propaganda dalam Media Pers

Nama : Nabella Aprilia
Nim    : 14140110412


            Arti pornografi secara etimologis dalam Bahasa Yunani yaitu “porne” dan “grapos”. Pornografi berarti penggambaran tingkah laku secara erotis melalui  lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi. Dalam kehidupan sehati-hari, pornografi seringkali dikaitkan dengan seks, cabul, bagian tubuh terhalang untuk dipertontonkan, dan segala bentuk aksi yang memicu seseorang untuk terangsang. RUU pornografi juga mengeluarkan definisi pornografi yaitu materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, dan bentuk pesan komunikasi lainnya. Pengertian erotisme adalah kemampuan manusia untuk mengalami dan menyadari hasrat dan dorongan seksual, orgasme serta hal lain yang menyenangkan dari seks.

         Media massa merupakan hal yang berperan penting dalam membentuk opini publik dan menyampaikan pesan, berperan sebagai jendela atas peristiwa dan pengalaman, cermin atas segala yang terjadi di dunia, juga berperan dalam menyeleksi peristiwa apa yang diberi perhatian dan peristiwa apa yang tidak. Selain itu media masa juga menggambarkan masyrakat dengan kelebihan dan kekurangannya, dan berfungsi pula sebagai forum tukar pikiran, serta informasi.

Konsep-konsep pornografi terdiri dari lima, yaitu:
1.     Pornografi
2.     Pornoteks
3.     Pornosuara
4.     Pornoaksi
5.     Pornomedia

Konsep-konsep di atas saling berhubungan antara satu sama lain dan menciptakan karakter media, sehingga muncul istilah pornomedia.

        Dalam media massa, terdapat pula beberapa bentuk kekerasan. Kekerasan itu bisa berupa publikasi cetak dan juga tayangan fisik. Untuk menyikapi kekerasan yang disajikan oleh media, dapat melalui dua hal. Pertama, dipandang berguna sebagai outlet bagi naluri kekerasan manusia. Kedua, media massa dipandang menumbuhkan norma kultural yang menempatkan tindak kekerasan sebagai pola perilaku yang diterima.

          Propaganda atau upaya yang disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda, seringkali terjadi di media. Media massa merupakan alat propaganda yang paling efektif dan selalu digunakan oleh pemerintah serta elit politik. Propaganda sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan perpolitikan. Sejak zaman orde baru, propaganda sudah sering dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar