I.
Pengertian Literasi Media
Literasi
media berfokus pada adaptasi terhadap perubahan dunia untuk dapat memiliki
kemampuan untuk menilai dari setiap pesan apapun, dan juga untuk mengatur agar
makna dari pesan tersebut dapat berguna dan membuat isi pesan tersebut dapat
sampai maknanya kepada orang lain.
Literasi
Media adalah sebuah prespektif yang secara aktif kita gunakan untuk menampakkan
diri kita kepada media massa untuk menafsirkan makna di balik pesan yang kita
jumpai. Media Literacy artinya adalah
pintar, ahli, mampu dengan baik, menggunakan, memahami, menganalisa, media baik
media televisi, radio, surat kabar, dan film. Kajian Media Literacy terkini menunjukkan adanya perkembangan media
seperti video, komputer, dan internet.
Media
Literacy atau melek media adalah suatu istilah yang digunakan sebagai jawaban
atas maraknya pandangan masyarakat tentang pengaruh dan dampak yang timbul
akibat isi (content) media massa; dimana cenderung negatif dan tidak
diharapkan. Sehingga perlu diberikan suatu kemampuan, pengetahuan, kesadaran dan
keterampilan secara khusus kepada khalayak sebagai pembaca media cetak,
penonton televisi atau pendengar radio
Literasi
media memiliki dua karakteristik penting yaitu literasi media adalah
multidimensi dan literasi media adalah sebuah rangkaian kesatuan bukan
merupakan sebuah kategori terpisah. Literasi media sangat dibutuhkan agar
masyarakat menjadi cerdas. Masyarakat harus memiliki kemampuan untuk mengakses,
menganalisis, mengevaluasi dan mengomunikasikan pesan, sehingga dapat memilih
mana media yang baik dan mana yang buruk.
A. Tiga
Pilar Penghalang Literasi Media
1.
Personal Locus
Personal Locus tersusun dari tujuan. Semakin anda sadar dengan tujuan
yang anda ingin capai, semakin anda dapat memilih pencarian informasi mana yang
anda cari. Ketika anda sudah dapat memilah informasi, semakin anda dapat
mencurahkan upaya anda untuk mencapai tujuan tersebut.
2.
Knowledge Structures
Knowledge structures merupakan serangkaian informasi yang terorganisasi di
dalam ingatan seseorang. Pengetahuan tidak terstruktur secara spontan, hal
tersebut harus dibentuk dengan ketelitian dan juga bukan hanya tumpukan sebuah
fakta, mereka dibentuk secara hati-hati mengumpulkan satu per satu informasi
dan menjadikannya sebuah desain yang menyeluruh.
3.
Skills
Untuk membentuk sebuah
struktur pengetahuan kita bersandar atau bergantung pada kemampuan yang kita
punya. Kemampuan dapat diibaratkan seperti otot, semakin dilatih maka hasil
yang didapatkan akan semakin bagus dan kuat, berlaku juga kebalikannya tanpa
adanya latihan, kemampuan akan menjadi lemah dan berkurang.
Kemampuan yang penting dalam literasi media meliputi :
1.
Analisis
merupakan menguraikan pesan-pesan tersebut menjadi elemen yang lebih berat.
2.
Evaluasi
merupakan membuat sebuah penilaian tentang nilai suatu elemen.
3.
Pengelompokkan
adalah membentuk elemen yang mirip di beberapa cara dan juga menentukan elemen
grup yang berbeda.
4.
Induksi
adalah menyimpulkan pola dari elemen-elemen kecil kemudian mengeneralisasi
polda dari semua elemen di elemen dasar.
5.
Deduksi
merupakan menggunakan prinsip umum untuk menjelaskan sesuatu dengan menguraikan
alasan silogisme.
6.
Sintetis
merupakan perkaita elemen-elemen yang menjadi sebuah struktur yang baru.
7.
Abstraksi
merupakan menciptkan sebuah deskripsi yang jelas, singkat dan akurat dari
sebuah pesan yang telah dievaluasi. D.
II.
Pentingnya Literasi Media
A. MENINGKATKAN
HASRAT UNTK LEBIH MENJELAJAH PESAN MEDIA LAINNYA
Media massa secara terus menerus mencoba untuk
mendesak pilihan anda sehingga meraka dapat mempersiapkan kamu untuk masuk dan
memperlihatkan kebiasaan dari suatu tipe dari pemilihan sebuah media. Hal
tersebut akan membuat kamu menjadi mudah ditebak dari sudut pandang marketing
dan kemudahan penebakan ini akan meningkatkan perusahaan media massa untuk
mengurangi resiko berbisnis. Namun, pilihan tetap ada di tangan kita sendiri
untuk mengambil mana yang lebih unggul, tetapi kebanyakan dari kita lebih
memilih sesuatu yang terus-menerus kita lakukan tanpa menjelajahi lebih luas
mengenai pesan media lainnya.
B. MEMBERDAYAKAN
INDIVIDU-INDIVIDU DALAM MENGONTROL MEDIA PEMROGRAMAN
Istilah pemrograman dalam pengertian ini, tidak
bermaksud program televisi atau media pesan. Seorang individu oleh dirinya
sendiri tidak akan punya banyak pengaruh mengubah bagaimana massa kerajinan
media pesan mereka. Seorang individu akan pernah bisa menjalankan banyak
kendali atas apa yang akan ditawarkan kepada publik. Namun, seseorang bisa
belajar untuk mengerahkan banyak kontrol atas cara pikiran seseorang mendapat
diprogram. Dengan demikian, tujuan media keaksaraan adalah untuk menunjukkan
orang-orang bagaimana untuk mengalihkan kontrol dari media sendiri.
Literasi Media juga bertujuan untuk membatasi pilihan.
Media telah memprogram kita untuk percaya bahwa kita sedang menawarkan banyak
pilihan, tetapi pilihan kisaran sangat terbatas. The media have programmed you to think that you have choices when in
fact the degree of choice is greatly limited, berarti Media telah memprogram
Anda berpikir bahwa Anda memiliki pilihan ketika pada kenyataannya tingkat
pilihan sangat terbatas. Kemudian literasi media juga bertujuan untuk
meningkatkan pengalaman. Kita tetap akan kembali ke jenis pesan yang sama,
percaya bahwa Kita akan memiliki pengalaman yang memuaskan sekali lagi seperti
yang ada di masa lalu. Seiring berjalannya waktu, kebiasaan menjadi kuat, dan
itu menjadi jauh lebih sulit untuk mencoba sesuatu yang baru. Literasi media
sangat dibutuhkan agar masyarakat menjadi cerdas. Masyarakat harus memiliki
kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengomunikasikan
pesan, sehingga dapat memilih mana media yang baik dan mana yang buruk
III.
STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI
MEDIA
Menurut Potter
dalam bukunya Media Literacy, terdapat
12 pedoman yang perlu kita ketahui untuk mencapai literasi media:
1. Strengthen your personal locus
Locus adalah
kombinasi antara kesadaran kita akan tujuan kita dan energy yang dibutuhkan
untuk mendapatkan informasi dan pengalaman untuk mencapai tujuan kita. Oleh
karena itu, kita harus menganalisa tujuan kita. Kita juga harus meningkatkan
kemauan kita untuk meningkatkan mental
effort. Misalnya, ketika kita biasanya hanya membaca artikel-artikel ringan
mengenai kehidupan artis, musik, dsb, kita cenderung tidak akan membuka diri
untuk berita-berita ‘berat’ seperti politik. Ketika kita mencoba pun, cenderung
kita akan berhenti ketika informasi tersebut membutuhkan usaha lebih banyak
dari ekspektasi kita. Kita harus berusaha menantang diri kita untuk memahami
informasi-informasi dengan bahasa yang lebih berat.
2. Focus on Usefulness as a Goal
Ada
berbagai alasan dalam terpaan media. Kita harus mengetahui dengan jelas apa
tujuan kita dalam setiap media yang kita baca. Kita harus ingat bahwa kita
beresiko mendapatkan efek yang tidak diinginkan bila kita membuka diri kepada
media tanpa mementingkan tujuan kita. Sebagai contoh, kita harus bertanya
kepada diri kita, apakah saya akan mengatur terpaan media pada diri saya untuk
memenuh tujuan saya? Atau kita hanya menerima segala terpaan yang ada? Bila
kita hanya menerima semua terpaan media yang ada, maka kita bisa dibilang
adalah alat media massa.
3. Develop an Acurate Awareness of
Your Exposure
Secara
berkala, buat diari mengenai penggunaan media kita selama seminggu. Dengan
begitu, kita dapat memantau perubahan ketertarikan kita di media. Apakah kita memperluas
referensi kita atau tetap pada media-media yang biasa kita percaya.
4. Acquire a Broad Base of Useful
Knowledge
Selalu
ada jarak antara pengetahuan yang telah kita miliki dan pengetahuan yang kita
butuhkan untuk mengetahui dunia lebih baik.
Untuk memperkecil jarak itu, kita harus melakukannya topik demi topic.
Untuk memperkecil jarak itu sepenuhnya merupakan kontrol kita karena jarak ini
dipengaruhi oleh ketertarikan kita sendiri. Sebagai contoh, bila kita tertarik
dengan topic mengenai fashion, kita
akan berusaha untuk mencari segala informasi dari berbagai sumber. Tetapi,
untuk berita politik, kita akan membiarkan media untukmenentukan seberapa
banyak informasi yang kita dapatkan.
5. Think About the Reality-Fantasy
Continuum
Beberapa
film memiliki setting dan situasi yang realistis tetapi masih merupakan fiksi,
seperti film serial Desperate Housewives,
How I Met Your Mother. Ada juga film yang memiliki setting fiksi, tetapi
disampaikan seolah-olah nyata, contohnya nseperti film-film action mengenai
FBI. Kita tidak bisa memisahkan mana film yang menceritakan fiksi, mana yang
nyata karena semua pesan di media pasti memiliki keduanya. Oleh karena itu kita
harus dapat memilah dengan baik karena perbedaan antara fiksi dan realita itu
bukanlah garis yang jelas.
6. Examine Your Mental Codes
Secara
berkala, tanya kepada diri kita mengapa kita memilk kebiasaan yang seperti ini.
Kemudian, setelah kita mendapat jawabannya, pikir kembali dan memprogram di
mana kita sebaiknya memperbaiki kebiasaan kita. Sehingga, ketika kita melakukan
kebiasaan itu, alam bawah sadar kita dapat memerintahkan kita agar bertindak
sesuai program. Contohnya adalah bila kita memiliki kebiasaan menerima suatu
informasi hanya dari satu sumber. Kemudian kita memprogram ulang mental code kita sehingga kita mencari
dari beberapa sumber terlebih dahulu sebelum menyimpulkan suatu fenomena.
7. Examine Your Opinions
Kita
harus bertanya kepada diri kita: apakah opini kita memiliki alasan yang kuat?
Kebanyakan orang mengkritisi tayangan di televisi secara general, tetapi opini
mereka ini seringkali tidak konsisten. Sebagai contoh, pada awal tahun 1980,
The Roper Organization melakukan riset dan menemukan hanya 13% respondent yang
merasa terlalu banyak kekerasan dalam film Dukes
of Hazard, padahal tayangan tersebut merupakan salah satu tayangan yang
digolongkan negatif. Namun, ketika ditanya mengenai tayangan televisi secara
umum, 50% menjawab terlalu banyak seks dan kekerasan di televisi.
8. Change Behaviors
Kita
harus tahu sejauh mana tindakan kita dapat sesuai dengan pandangan kita. Mengubah
perilaku kita sesuai dengan pandangan kita menunjukkan tanggung jawab moral
kita kepada pandangan kita sehingga kita tidak hanya menyalahkan orang lain dan
berlaku pasif. Contoh perilaku yang dapat kita lakukan adalah memboikot
pengiklan, membatalkan langganan, dan menulis surat mengenai apa yang tidak
kita suka dari suatu media. Memang tindakan ini tidak akan memberikan efek
apapun kepada media. Namun, dengan mengambil tindakan, kita memberikan diri
kita sendiri rasa ‘mengontrol media’ dan perasaan ini akan membuat perubahan
dalam kehidupan sehari-hari kita.
9. Make Cross-Channel Comparisons
Ada
beberapa tantangan yang diberikan oleh saluran yang berbeda. Sebagai contoh,
media online dan media konvensional seperti Koran. Yang membedakan kedua media
tersebut adalah, pada media online kita tidak hanya berperan sebagai penerima
pesan tetapi juga berperan dalam membuat pesan.
10. Become More Skilled at Designing
Messages
Sekarang
ini banyak media yang tidak hanya menawarkan penggunanya untuk menerima pesan, tetapi
juga membuat pesan mereka sendiri. Contohnya adalah akun Facebook. Di Facebook
kita tidak hanya menerima pesan dari teman-teman kita, tetapi kita juga
diharuskan mendesign pesan-pesan dan tampilan akun kita. Oleh karena itu,
literasi media dibutuhkan agar kita dapat memakai berbagai media yang ada di
sekitar kita dengan bijak.
11. Do Not Take Privacy for Granted
Sebelum
kita menuliskan pesan di Internet, pikirkan semua audiens potensial yang akan
membaca pesan kita, teman kantor, atasan, calon pasangan hidup, anak kita,
orangtua kita, dsb. Apakah pesan itu akan memberikan diri kita kesan yang baik?
Apakah pesan itu merupakan bagian dari privasi kita?
12. Take Personal Responsibility
Kebanyakan
orang seringkali menyalahkan orang lain karena itu mengijinkan kita untuk
merasa bahwa masalah tersebut berada di tempat lain sehingga hal itu menjadi
tanggung jawab orang lain. Sebagai contoh, salah satu masalah di Amerika adalah
makan berlebihan. Satu dari tiga orang di Amerika mengalami obesitas namun
mereka tetap makan berlebihan dan tidak berolahraga. Mereka menunggu agar
pemerintah memberikan sebuah solusi. Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk
melarang penjualan junk-food di
beberapa kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar