Senin, 30 Mei 2016

Media Literacy (Melek Media) dan Tanggung Jawab Individu dalam Bermedia



I. Pengertian Literasi Media
            Literasi media berfokus pada adaptasi terhadap perubahan dunia untuk dapat memiliki kemampuan untuk menilai dari setiap pesan apapun, dan juga untuk mengatur agar makna dari pesan tersebut dapat berguna dan membuat isi pesan tersebut dapat sampai maknanya kepada orang lain.
            Literasi Media adalah sebuah prespektif yang secara aktif kita gunakan untuk menampakkan diri kita kepada media massa untuk menafsirkan makna di balik pesan yang kita jumpai. Media Literacy artinya adalah pintar, ahli, mampu dengan baik, menggunakan, memahami, menganalisa, media baik media televisi, radio, surat kabar, dan film. Kajian Media Literacy terkini menunjukkan adanya perkembangan media seperti video, komputer, dan internet.
            Media Literacy atau melek media adalah suatu istilah yang digunakan sebagai jawaban atas maraknya pandangan masyarakat tentang pengaruh dan dampak yang timbul akibat isi (content) media massa; dimana cenderung negatif dan tidak diharapkan. Sehingga perlu diberikan suatu kemampuan, pengetahuan, kesadaran dan keterampilan secara khusus kepada khalayak sebagai pembaca media cetak, penonton televisi atau pendengar radio
            Literasi media memiliki dua karakteristik penting yaitu literasi media adalah multidimensi dan literasi media adalah sebuah rangkaian kesatuan bukan merupakan sebuah kategori terpisah. Literasi media sangat dibutuhkan agar masyarakat menjadi cerdas. Masyarakat harus memiliki kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengomunikasikan pesan, sehingga dapat memilih mana media yang baik dan mana yang buruk.


A.        Tiga Pilar Penghalang Literasi Media
1.      Personal Locus
Personal Locus tersusun dari tujuan. Semakin anda sadar dengan tujuan yang anda ingin capai, semakin anda dapat memilih pencarian informasi mana yang anda cari. Ketika anda sudah dapat memilah informasi, semakin anda dapat mencurahkan upaya anda untuk mencapai tujuan tersebut.

2.      Knowledge Structures
Knowledge structures merupakan serangkaian informasi yang terorganisasi di dalam ingatan seseorang. Pengetahuan tidak terstruktur secara spontan, hal tersebut harus dibentuk dengan ketelitian dan juga bukan hanya tumpukan sebuah fakta, mereka dibentuk secara hati-hati mengumpulkan satu per satu informasi dan menjadikannya sebuah desain yang menyeluruh.
3.      Skills
Untuk membentuk sebuah struktur pengetahuan kita bersandar atau bergantung pada kemampuan yang kita punya. Kemampuan dapat diibaratkan seperti otot, semakin dilatih maka hasil yang didapatkan akan semakin bagus dan kuat, berlaku juga kebalikannya tanpa adanya latihan, kemampuan akan menjadi lemah dan berkurang.

Kemampuan yang penting dalam literasi media meliputi :
1.      Analisis merupakan menguraikan pesan-pesan tersebut menjadi elemen yang lebih berat.

2.      Evaluasi merupakan membuat sebuah penilaian tentang nilai suatu elemen.

3.      Pengelompokkan adalah membentuk elemen yang mirip di beberapa cara dan juga menentukan elemen grup yang berbeda.

4.      Induksi adalah menyimpulkan pola dari elemen-elemen kecil kemudian mengeneralisasi polda dari semua elemen di elemen dasar.

5.      Deduksi merupakan menggunakan prinsip umum untuk menjelaskan sesuatu dengan menguraikan alasan silogisme.

6.      Sintetis merupakan perkaita elemen-elemen yang menjadi sebuah struktur yang baru.

7.      Abstraksi merupakan menciptkan sebuah deskripsi yang jelas, singkat dan akurat dari sebuah pesan yang telah dievaluasi. D.

II. Pentingnya Literasi Media
A.        MENINGKATKAN HASRAT UNTK LEBIH MENJELAJAH PESAN MEDIA LAINNYA
Media massa secara terus menerus mencoba untuk mendesak pilihan anda sehingga meraka dapat mempersiapkan kamu untuk masuk dan memperlihatkan kebiasaan dari suatu tipe dari pemilihan sebuah media. Hal tersebut akan membuat kamu menjadi mudah ditebak dari sudut pandang marketing dan kemudahan penebakan ini akan meningkatkan perusahaan media massa untuk mengurangi resiko berbisnis. Namun, pilihan tetap ada di tangan kita sendiri untuk mengambil mana yang lebih unggul, tetapi kebanyakan dari kita lebih memilih sesuatu yang terus-menerus kita lakukan tanpa menjelajahi lebih luas mengenai pesan media lainnya.
B.        MEMBERDAYAKAN INDIVIDU-INDIVIDU DALAM MENGONTROL MEDIA PEMROGRAMAN
Istilah pemrograman dalam pengertian ini, tidak bermaksud program televisi atau media pesan. Seorang individu oleh dirinya sendiri tidak akan punya banyak pengaruh mengubah bagaimana massa kerajinan media pesan mereka. Seorang individu akan pernah bisa menjalankan banyak kendali atas apa yang akan ditawarkan kepada publik. Namun, seseorang bisa belajar untuk mengerahkan banyak kontrol atas cara pikiran seseorang mendapat diprogram. Dengan demikian, tujuan media keaksaraan adalah untuk menunjukkan orang-orang bagaimana untuk mengalihkan kontrol dari media sendiri.
Literasi Media juga bertujuan untuk membatasi pilihan. Media telah memprogram kita untuk percaya bahwa kita sedang menawarkan banyak pilihan, tetapi pilihan kisaran sangat terbatas. The media have programmed you to think that you have choices when in fact the degree of choice is greatly limited, berarti Media telah memprogram Anda berpikir bahwa Anda memiliki pilihan ketika pada kenyataannya tingkat pilihan sangat terbatas. Kemudian literasi media juga bertujuan untuk meningkatkan pengalaman. Kita tetap akan kembali ke jenis pesan yang sama, percaya bahwa Kita akan memiliki pengalaman yang memuaskan sekali lagi seperti yang ada di masa lalu. Seiring berjalannya waktu, kebiasaan menjadi kuat, dan itu menjadi jauh lebih sulit untuk mencoba sesuatu yang baru. Literasi media sangat dibutuhkan agar masyarakat menjadi cerdas. Masyarakat harus memiliki kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengomunikasikan pesan, sehingga dapat memilih mana media yang baik dan mana yang buruk
III.       STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI MEDIA
Menurut Potter dalam  bukunya Media Literacy, terdapat 12 pedoman yang perlu kita ketahui untuk mencapai literasi media:
1.      Strengthen your personal locus
Locus adalah kombinasi antara kesadaran kita akan tujuan kita dan energy yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi dan pengalaman untuk mencapai tujuan kita. Oleh karena itu, kita harus menganalisa tujuan kita. Kita juga harus meningkatkan kemauan kita untuk meningkatkan mental effort. Misalnya, ketika kita biasanya hanya membaca artikel-artikel ringan mengenai kehidupan artis, musik, dsb, kita cenderung tidak akan membuka diri untuk berita-berita ‘berat’ seperti politik. Ketika kita mencoba pun, cenderung kita akan berhenti ketika informasi tersebut membutuhkan usaha lebih banyak dari ekspektasi kita. Kita harus berusaha menantang diri kita untuk memahami informasi-informasi dengan bahasa yang lebih berat.

2.      Focus on Usefulness as a Goal
Ada berbagai alasan dalam terpaan media. Kita harus mengetahui dengan jelas apa tujuan kita dalam setiap media yang kita baca. Kita harus ingat bahwa kita beresiko mendapatkan efek yang tidak diinginkan bila kita membuka diri kepada media tanpa mementingkan tujuan kita. Sebagai contoh, kita harus bertanya kepada diri kita, apakah saya akan mengatur terpaan media pada diri saya untuk memenuh tujuan saya? Atau kita hanya menerima segala terpaan yang ada? Bila kita hanya menerima semua terpaan media yang ada, maka kita bisa dibilang adalah alat media massa.

3.      Develop an Acurate Awareness of Your Exposure
Secara berkala, buat diari mengenai penggunaan media kita selama seminggu. Dengan begitu, kita dapat memantau perubahan ketertarikan kita di media. Apakah kita memperluas referensi kita atau tetap pada media-media yang biasa kita percaya.

4.      Acquire a Broad Base of Useful Knowledge
Selalu ada jarak antara pengetahuan yang telah kita miliki dan pengetahuan yang kita butuhkan untuk mengetahui dunia lebih baik.  Untuk memperkecil jarak itu, kita harus melakukannya topik demi topic. Untuk memperkecil jarak itu sepenuhnya merupakan kontrol kita karena jarak ini dipengaruhi oleh ketertarikan kita sendiri. Sebagai contoh, bila kita tertarik dengan topic mengenai fashion, kita akan berusaha untuk mencari segala informasi dari berbagai sumber. Tetapi, untuk berita politik, kita akan membiarkan media untukmenentukan seberapa banyak informasi yang kita dapatkan.

5.      Think About the Reality-Fantasy Continuum
Beberapa film memiliki setting dan situasi yang realistis tetapi masih merupakan fiksi, seperti film serial Desperate Housewives, How I Met Your Mother. Ada juga film yang memiliki setting fiksi, tetapi disampaikan seolah-olah nyata, contohnya nseperti film-film action mengenai FBI. Kita tidak bisa memisahkan mana film yang menceritakan fiksi, mana yang nyata karena semua pesan di media pasti memiliki keduanya. Oleh karena itu kita harus dapat memilah dengan baik karena perbedaan antara fiksi dan realita itu bukanlah garis yang jelas.

6.      Examine Your Mental Codes
Secara berkala, tanya kepada diri kita mengapa kita memilk kebiasaan yang seperti ini. Kemudian, setelah kita mendapat jawabannya, pikir kembali dan memprogram di mana kita sebaiknya memperbaiki kebiasaan kita. Sehingga, ketika kita melakukan kebiasaan itu, alam bawah sadar kita dapat memerintahkan kita agar bertindak sesuai program. Contohnya adalah bila kita memiliki kebiasaan menerima suatu informasi hanya dari satu sumber. Kemudian kita memprogram ulang mental code kita sehingga kita mencari dari beberapa sumber terlebih dahulu sebelum menyimpulkan suatu fenomena.

7.      Examine Your Opinions
Kita harus bertanya kepada diri kita: apakah opini kita memiliki alasan yang kuat? Kebanyakan orang mengkritisi tayangan di televisi secara general, tetapi opini mereka ini seringkali tidak konsisten. Sebagai contoh, pada awal tahun 1980, The Roper Organization melakukan riset dan menemukan hanya 13% respondent yang merasa terlalu banyak kekerasan dalam film Dukes of Hazard, padahal tayangan tersebut merupakan salah satu tayangan yang digolongkan negatif. Namun, ketika ditanya mengenai tayangan televisi secara umum, 50% menjawab terlalu banyak seks dan kekerasan di televisi.
8.      Change Behaviors
Kita harus tahu sejauh mana tindakan kita dapat sesuai dengan pandangan kita. Mengubah perilaku kita sesuai dengan pandangan kita menunjukkan tanggung jawab moral kita kepada pandangan kita sehingga kita tidak hanya menyalahkan orang lain dan berlaku pasif. Contoh perilaku yang dapat kita lakukan adalah memboikot pengiklan, membatalkan langganan, dan menulis surat mengenai apa yang tidak kita suka dari suatu media. Memang tindakan ini tidak akan memberikan efek apapun kepada media. Namun, dengan mengambil tindakan, kita memberikan diri kita sendiri rasa ‘mengontrol media’ dan perasaan ini akan membuat perubahan dalam kehidupan sehari-hari kita.

9.      Make Cross-Channel Comparisons
Ada beberapa tantangan yang diberikan oleh saluran yang berbeda. Sebagai contoh, media online dan media konvensional seperti Koran. Yang membedakan kedua media tersebut adalah, pada media online kita tidak hanya berperan sebagai penerima pesan tetapi juga berperan dalam membuat pesan.

10.  Become More Skilled at Designing Messages
Sekarang ini banyak media yang tidak hanya menawarkan penggunanya untuk menerima pesan, tetapi juga membuat pesan mereka sendiri. Contohnya adalah akun Facebook. Di Facebook kita tidak hanya menerima pesan dari teman-teman kita, tetapi kita juga diharuskan mendesign pesan-pesan dan tampilan akun kita. Oleh karena itu, literasi media dibutuhkan agar kita dapat memakai berbagai media yang ada di sekitar kita dengan bijak.

11.  Do Not Take Privacy for Granted
Sebelum kita menuliskan pesan di Internet, pikirkan semua audiens potensial yang akan membaca pesan kita, teman kantor, atasan, calon pasangan hidup, anak kita, orangtua kita, dsb. Apakah pesan itu akan memberikan diri kita kesan yang baik? Apakah pesan itu merupakan bagian dari privasi kita?

12.  Take Personal Responsibility
      Kebanyakan orang seringkali menyalahkan orang lain karena itu mengijinkan kita untuk merasa bahwa masalah tersebut berada di tempat lain sehingga hal itu menjadi tanggung jawab orang lain. Sebagai contoh, salah satu masalah di Amerika adalah makan berlebihan. Satu dari tiga orang di Amerika mengalami obesitas namun mereka tetap makan berlebihan dan tidak berolahraga. Mereka menunggu agar pemerintah memberikan sebuah solusi. Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk melarang penjualan junk-food di beberapa kota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar