Senin, 30 Mei 2016

Pertemuan 10 : Manipulasi Media, Pornografi dan Kekerasan serta Propaganda dalam Media/Pers

Anisa Novianti
14140110207

Manipulasi Media, Pornografi dan Kekerasan serta Propaganda dalam Media/Pers


Memang saat ini informasi yang tersedia di media begitu banyak, salah satunya hal yang berbau pornografi. Pornografi sendiri hadir sebagai representasi eksplisit berupa gambar, video, tulisan dari aktivitas atau hal yang tidak senonoh. Hal tersebut dipahami sebagai sesutau yang melukai dengan sengaja rasa malu dengan membangkitkan representasi sesksualitas. Tapi, bisa saja penilaian ini dituduh subjektif dikarenakan mengacu pada situasi mental.
                                      
ARGUMEN PENOLAKAN PORNOGRAFI DAN ETIKA MINIMAL -  ada 3 alasan utama, antara lain adalah perlindungan pada anak-anak adalah hal yang penting , mencegah terjadinya perendahan martabat perempuan, dan mencegah sifat yang menghancurkan tatanan nilai seksual keluarga dan masyarakat. Selain itu, hal ini juga di kahawatirkan dapat mendoronh kejadian yang tidak diinginkan dan merugikan orang lain serta dari pornografi juga sebenarnya bisa menimbulkan gangguan psikis.

HUKUM REPRESIF, PEREMPUAN MENJADI KORBAN -  yang ditekankan dalam hal ini adalah bagaimana agar hukum yang melarang pornografi tidak lagi menjadikan perempuan sebagai korban. Sebenarnya perdebatan pornografi ini menyangkut masalah pengambilan sikap moral dan politik.
Kemudian hal-hal ini dipertimbangkan dengan berbagai acuan, namun sebenarnya yang terpenting adalah kita harus lebih bertanggung jawab dalam membedakan mana seni dan pornografi atau yang mana pornografi dan mana yang erotisme.

PATERNALISME NEGARA = POLISI MORAL – sikap ini biasanya mengatasnamakan tujuan luhur, antara lain: melindungi anak-anak atau orang yang belum dewasa, melindungi perempuan agar tidak dijadikan sebagai objek lagi, dan menghukum semua yang termasuk dalam kategori batas moral di luar pernikahan.

KEKERASAN -  Etika komunikasi semakin tersingkirkan karena besarnya kasus kekerasan dalam media kekerasan itu bisa berupa fisik, verbal, moral, atau melalui gambar. Dalam konteks ini, gambar menjadi komoditi.

ASPEK ESTETIK KEKERASAN – Pada kenyataannya, kekerasan yang saat ini terdapat dalam media semata-mata agar mendapat perhatian dari publik atau bisa dibilang mencari rating dan mampu mensukseskan pasar. Namun, ada juga kekerasan di media yang dibalut dengan seni sehingga dari hal ini pastinya publik kebingungan mana sebenernya konten yang mendidik mana yang merugikan. Dan kekerasan di media sebagai seni saat ini terus mencari pembenarannya, antara lain:
1.       Horor-regresif: digerakkan oleh ketertarikan  pada hal yang meneror dan menegangkan
2.       Horror-transgesif: contohnya adalah foto tawanan perang Irak yang disiksa dan dilecehkan secara seksual dan digantung terbalik
3.       Gambar symbol: ada konteks kekerasan tetapi kemudian diganti dnegan tatanan yang lebih bagus.
BAHAYA KEKERASAN DALAM MEDIA – kekerasan di dalam media dapat menimbulkan kegelisahan yang berakibat pada sikap represif masyarakat. Selain itu, publik akan melihat dan menciptakan persepsi yang berlebihan bahwa dunia itu kejam.
MENENTUKAN BATAS-BATAS KEKERASAN – kesulitan utamanya adalah bagaimana menentukan batas-batas kekerasan media yang masih bisa ditoleransi. Dalam hal ini, orang-orang dituntut untuk perlu memahami bahwa di dalam media terdapat 3 bentuk kekerasan, yaitu:
1.       Kekerasan dokumen: gambar kekerasan yang disajikan dilihat sebagai sebuah dokumentasi atau rekaman fakta. Contohnya adalah penayangan tindakan pembunuhan, tembakan.
2.       Kekerasan fiksi / Kekerasan simulasi: didalam media dibeberkan dalam kisah fiksi. Contohnya adalah acara TV smackdown
3.       Kekerasan simbolik dan ketidakpedulian: kekerasan ini paling sulit diatasi dan biasanya ditemukan dalam iklan (dampak dari kekerasan tersebut tidak tampak). Kekerasan ini menjebak individu dalam cara melihat, berpikir, dan bertindak.
ETIKA KOMUNIKASI DAN POLITIK MEDIA – politik media memang harus diarahkan untuk perlindungan anak dari konten media yang merugikan. Salah satunya, perlu pengembangan pendidikan dan pelatihan di bidang media. Tidak hanya itu, peran orang tua juga sangat dibutuhkan dalam mengatasi kekerasan yang ada di media.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar