Selasa, 31 Mei 2016

MANIPULASI MEDIA dan KESADARAN PALSU, PORNOGRAFI, KEKERASAN, serta PROPAGANDA dalam MEDIA atau PERS

MANIPULASI MEDIA dan KESADARAN PALSU, PORNOGRAFI, KEKERASAN, serta PROPAGANDA dalam MEDIA atau PERS

Pornografi dapat didefinisikan sebagai represntasi eksplisit berupa gambar, tulisan, lukisan, dan foto dari aktivitas seksual atau hal yang tidak senonoh, mesum, atau cabul yang dimaksudkan untuk dikomunikasikan ke public. Mesum, cabul, dan tidak senonoh ini dapat diartikan sebgai sesuatu yang melukai dengan sengaja rasa malu atau rasa asusila dengan membangkitkan representasi seksualitas. Tetapi, tentu penilaian ini bersifat subjektif karena tergantung pada pemikiran setiap orang.

Ironis, biasa korban dari pornografi adalah perempuan. Perempuan seperti diberdayakan dengan kemolekan tubuhnya. Sebenarmya, pornografi sangat dilarang karena memiliki 3 alasan utama, yaitu:
1.      Perlindungan terhadap orang muda atau anak- anak.
2.      Mencegah adanya perendahan martabat perempuan.
3.      Mencegah sifaat subversi yang cenderung menghancurkan tatanan nilai seksual keluarga dan masyarakat.

Akhir- akhir ini, di Indonesia sendiri semakin marak kasus pencabulan terhadap gadis dibawah umur. Mungkin, ini disebabkan karena semakin marak dan bebasnya hal- hal yang berbau pornografi menyebar di masyarakat. Yang tidak disangka, selain korban yang masih berada dibawah umur, pelakunya pun juga masih berada dibawah umur. Hal ini amat sangat disayangkan, karena moral penerus bangsa saat ini bisa dikatakan sudah rusak. Di Indonesia sendiri, pornografi snagat dilarang keras karena bertentangan dengan moral dan agama, tetapi karena kemajuan teknologi saat ini membuat sedikit kecolongan dari penolakan itu.

Hal inilah yang menyebabkan etika komunikasi juga tidak dapat mengatasi maraknya kekerasan yang ada pada media. Kekerasan dalam media ini dapat diartikan debagai pornografi, kekerasan dalam bentuk verbal atau non verbal, serta kekerasan virtual ( game, dll).

Media menampilkan kekerasan, pasti menimbulkan bahaya. Karena, saat ini media, merupakan contoh kehidupan kebanyakn masyarakat saat ini. Tak jarang, saat ini sebagian besar kehidupan masyarakat sudah berpatokan terhadap apa yang mereka lihat di media, seperti meniru gaya bicara artis, mengikuti tatanan gaya fashion artis, dan masih banyak lainnya.

Hal inlah yang membuat sulit para pengawas media. Sejauh mana mereka masih bisa menampilkan sebuah tayangan yang memilki unsur kekerasan dan dapat ditoleransi dan sejauh mana tayangan yang tidak boleh ditampilkan tetapi masyarakat menyukainya.

            Fransiska Wahyuning// 14140110196
            Sumber:
Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan, dan Pornografi. Yogyakarta: Kanisius

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar