Senin, 30 Mei 2016

MEDIA LITERACY DAN TANGGUNG JAWAB INDIVIDU DALAM BERMEDIA

1.      Memahami Literasi Media
Mc Cannon mengartikan literasi media sebagai kemampuan secara efektif dan secara efesien memahami dan menggunakan komunikasi massa (Strasburger & Wilson, 2002). Lalu, James W. Potter (2005) mendefinisikan literasi media adalah satu set perspektif yang aktif kita gunakan untuk membuka diri kepada media untuk menafsirkan makna pesan yang kita hadapi. Kita membangun perspektif kita dari struktur pengetahuan. Untuk membangun struktur pengetahuan kita, kita perlu alat dan bahan baku. Alat-alat adalah keterampilan kita. bahan baku adalah informasi dari media dan dari dunia nyata. aktif menggunakan berarti bahwa kita sadar akan pesan dan berinteraksi dengan mereka secara sadar.
 Salah satu definisi yang popular  dari the National Leadership Conference on Media Literacy menyatakan bahwa literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi pesan media (Aufderheide: 1993).
2.      Pentingnya Literasi Media
Literasi media sangat dibutuhkan agar masyarakat menjadi cerdas. Masyarakat harus memiliki kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengomunikasikan pesan, sehingga dapat memilih mana media yang baik dan mana yang buruk. Sebagai Negara demokrasi, media massa merupakan salah satu pilar demokrasi. Jika masyarakat tidak melek media, maka media tidak bisa berperan secara optimal.
Di era teknologi informasi yang berkembang demikian cepatnya, hingga kita kebanjiran informasi, tidak ada cara lain selain “masuk” terlibat di dalamnya. Tidak ada jalan lain untuk lari dari “kejaran” informasi. Kita membutuhkan informasi untuk mampu bertahan di era ini, karena informasi sudah menjadi kebutuhan pokok. Maka dari itu kita harus mampu memproduksi dan mengonsumsi informasi dengan benar melalui literasi media.
3.      Isu-isu Literasi Media
Menurut W. James Potter (2009), ada tiga isu utama yang harus disorot, yaitu:
1.      Apakah media itu?” Dalam membicarakan literasi media, kita harus mehetahui media mana yang dimaksud.
2.      Apa yang dimaksud dengan literasi?” Kita juga harus mengetahui apa yang dimaksud dengan literasi tersebut. Ada yang menganggap literasi yang dimaksud mengacu pada peningkatan keterampilan dalam memggunakan media, ada yang mengacu pada pengetahuannya, atau bahkan keduanya.
3.      Apa yang seharusnya menjadi tujuan dari literasi media?” Bagaimana literasi media dapat meningkatkan kehidupan individu.
4.      Khalayak Literasi Media
Deddy Mulyana (2002) mengidentifikasik.an adanya khalayak yang pasif terhadap konten media, dan ada meeka yang aktif dalam mengkritisi isi media. Khalayak aktif tersebut tidak hanya sebagai pengamat tetapi juga aktif menindaki media massa jika mereka telah melakukan penyimpangan. Walaupun ada yang pasif, ia tetap menyebut kedua khalayak tersebut sebagai khalayak yang “melek media”.
Menurut Martens (2010), khalayak literasi media dibagi berdasarkan dua konsep, yaitu mereka yang percaya bahwa dampak media dapat membahayakan khalayak (terutama anak), dan mereka yang sekedar melakukan pengkajian terhadap isi media. Di Indonesia, menurut B. Guntarto (2009), kegiatan literasi media bermunculan utamanya dari golongan yang pertama, sehingga dapat disimpulkan sebagai demikian bentuk khalayak literasi media di Indonesia.
Menurut Hendriyani & Guntarto (2011), memasuki lebih dalam khalayak literasi media Indonesia, kita dapat menemukan aktivis literasi media. Aktivisi literasi media yang ada di Indonesia saat ini dapat dikategorikan dalam enam tipe kelompok.
Kelompok pertama adalah LSM dan yayasan, seperti Masyarakat Peduli Media, Rumah Sinema, Bandung School of Communication Studies (BaSCom), Habibie Center, Lembaga Studi Pers dan Informasi (LeSPI), Yayasan Jurnal Perempuan (YJP), dan Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA).
Kelopok kedua adalah sekolah, seperti Lentera Insan Child Development and Education Center (CDEC), Rumah Belajar Semi Palar, dan Early Childhood Care & Development Resource Center (ECCD-RC). Dalam sebagian besar kegiatan literasi media, sekolah hanya menjadi khalayak sasaran, bukan aktor literasi media.
Kelompok ketiga terdiri dari perguruan tinggi, terutama dengan latar Ilmu Komunikasi, seperti di UI, Unisba, Undip, UnPad, Paramadina, dan sebagainya.
Kelompok keempat adalah masyarakat umum yang aktif meningkatkan literasi media. Kelompok kelima berisi lembaga-lembaga yang tidak masuk dalam keempat kategori sebelumnya: pemerintah (seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak), Dewan Pers, Komisi Penyiaran Indonesia, Unicef, dan Unesco.
Kelompok terakhir adalah gabungan dari berbagai lembaga, seperti Koalisi Kampanye Hari Tanpa TV (2006-2010) yang meminta keluarga dengan anak-anak untuk mematikan televisi selama satu hari dalam rangka Hari Anak Nasional.
5.      Model Literasi Media
Claire Bélisle (2006 dalam Martin, 2009: 7) mengajukan pemikiran mengenai pentingnya literasi yang memungkinkan berbagai kemampuan untuk ditempatkan dalam konteks makna dan aksi sosial. Ia mengidentifikasi evolusi konsep literasi ini dalam tiga model, yaitu:
1.      Model fungsional yang melihat literasi sebagai penguasaan keterampilan kognitif dan praktis sederhana, dan berkisar dari pandangan sederhana dari literasi sebagai keterampilan mekanik membaca dan menulis ke pendekatan yang lebih maju (misalnya oleh UNESCO tahun 2006) tentang literasi sebagai keterampilan yang diperlukan untuk berfungsi secara efektif dalam masyarakat.
2.      Model praktek sosial-budaya yang beranggapan bahwa konsep literasi hanya bermakna dalam konteks sosial, dan untuk menjadi literate berarti memiliki akses ke struktur budaya, ekonomi dan politik masyarakat.
3.      Model pemberdayaan intelektual berpendapat bahwa literasi tidak hanya keterampilan untuk menangani teks dan angka dalam konteks budaya dan ideologi tertentu, tetapi membawa pengayaan yang mendalam dan akhirnya memerlukan transformasi dari kapasitas pemikiran manusia. Pemberdayaan intelektual ini terjadi setiap kali manusia memperkaya dirinya dengan perangkat kognitif baru, seperti misalnya menulis dengan perangkat teknis baru, yang telah dipermudah dengan adanya teknologi digital.
Tipe-tipe literasi media:
a.       Media yang dituju:
·         Literasi atau melek huruf  : pada awalnya dikaitkan dengan komunikasi
pembangunan. Misalnya tingkat literasi per seribu penduduk. Lalu, literasi dihubungkan sangat dekat dengan media cetak dan berfokus pada kecakapan membaca dan menulis.
·         Literasi media (arti sempit): berkaitan dengan televisi.
·         Literasi media baru           : melingkup kecakapan dan pemahaman untuk
media digital yang berhubungan dengan internet. Seperti ponsel dan video game.

b.      Tingkatan Literasi Media:
·         Awal                           : pengenalan media dan dampaknya.
·         Menengah                   : menumbuhkan kecakapan dalam memahami  
 pesan.
·         Lanjut                          : kecakapan dalam memahami media yang
lengkap. Dimulai dari produksi pesan, struktur pengetahuan, sampai pemahaman kritis dengan melakukan aksi. Contohnya : melakukan aksi mengkritik media.
c.       Lokasi kegiatan:
·         Rumah atau tempat tinggal
·         Sekolah
·         Kelompok masyarakat
IV.             Mengembangkan Kemampuan Literasi Media
Keterampilan literasi media yang dirumuskan oleh Henry Jenkins tersebut mencakup (Jenkins, 2007):
1.      Bermain – kapasitas untuk bereksperimen dengan lingkungan seseorang sebagai bentuk pemecahan masalah
2.      Kinerja – kemampuan untuk mengadopsi identitas alternatif untuk tujuan improvisasi dan penemuan
3.      Simulasi – kemampuan untuk menafsirkan dan membangun model dinamis dari proses dunia nyata
4.      Kecocokan – kemampuan untuk memaknai informasi dan mengemas ulang konten media
5.      Multitasking – kemampuan untuk memindai lingkungan dan seringkali berpindah fokus perhatian
6.      Kognisi Terdistribusi – kemampuan untuk berinteraksi secara bermakna dengan peralatan yang dapat memperluas kapasitas mental
7.      Kecerdasan Kolektif – kemampuan pengetahuan kolam renang dan membandingkan catatan dengan lain menuju tujuan bersama Penghakiman – kemampuan untuk mengevaluasi keandalan dan kredibilitas informasi yang berbeda sumber
8.      Penilaian – kemampuan untuk mengevaluasi sumber informasi
9.      Navigasi transmedia – kemampuan untuk mengikuti alur cerita dan informasi dalam berbagai modalitas
10.  Jaringan – kemampuan untuk mencari, mensintesis, menyebarkan informasi
11.  Negosiasi – kemampuan untuk mendekati komunitas yang beragam, memahami berbagai perspektif, dan memegang serta mengikuti norma-norma

 Bella Anastasya Achita Putri
14140110099





Tidak ada komentar:

Posting Komentar