Semua
bentuk komuikasi memiliki tujuan untuk mendapatkan pengaruh melalui rekayasa.
Rekayasa yang dimaksud adalah membangun citra rill sehingga tampak seperti
rill. Nilai, gagasan dan opini sering tidak dibedakan dan dibuat sedemikian
rupa sehingga diterima pendengarnya sebagai fakta.
Manipulasi
dan Demagogi dalam Politik
Menurut
Haryatmoko dalam bukunya yang berjudul Etika Komunikasi, rekayasa sebetulnya
merupakan tindak kekerasan dan tekanan yang menghilangkan kebebasan dengan
menggunakan strategi mengurangi kebebasan agar khalayaknya tidak mendiskusikan
atau melawan apa yang diusulkan.
Demagogi
adalah orang yang meminjamkan suaranya kepada rakyat . dalam hal ini yang
sering menjadi demagog adalah politisi.
Demagog akan meyakinkan pendengarnya bahwa ia berpikir dan mewakili perasaan
mereka. (contoh: Ruu KPK)
Menjamurnya
Sarana Komunikasi
Media
komunikasi politik saat ini mulai terpengaruh dengan terbentuknya system media
yang beragam dan kompetitif. Sistem komunikasi politik ini pun sudah sangat
berkembang karena adanya kemajuan teknologi informasi. Mudahnya mengakses
informasi saat ini membuat masyarakat menjadi lebih kritis terhadap informasi
yang ada. Saat ini juga banyak media yang menyuguhkan informasi tentang
politik, tidak hanya dari berita pemerintah.
Prinsip
pelayanan publik
Pelayanan
publik dapat diartikan sebagai kegiatan atau pelayanan yang harus lepas dari
kepentingan pribadi/pemiliknya dan harus dihindarkan dari tujuan untuk mencari
keuntungan semata.
Menurut
B. Libois, ada 3 prinsip pelayan public, yaitu :
1. Kontinuitas
Maksudnya
adalah pelayanan public harus tetap dijalankan meski ada kendala seperti pemogokan atau masalah
keuangan perusahaan.
2. Kesetaraan
Hal
ini memiliki arti bahwa tidak boleh ada unsur diskriminasi
3. Adaptif
Hal
ini berarti selalu mengikuti perkembangan kebutuhan social.
Adapun
prinsip lain yang juga harus ada adalah netralitas, dalam hal ini adalah
memperhitungkan pluralism opini, tema, dan sudut pandang dalam setiap acara.
Mengimbangi
Kelemahan Prosedural dangan Meperbaiki Komunikasi
Dalam
kondisi saat ini yang menuntut segala sesuatu serba cepat, seringkali membuat
pemerintah mengambil keputusan dengan cepat pula dengan mengabaikan prosedur
demokrasi. Dalam hal ini, media diharapkan mampu menjadi jembatan antara
pemerintah dengan masyarakat dalam penyampaian tujuan, merumuskan kebijakan dan
mengkoordinasi aktivitas, sehingga proses pengambilan keputusan melibatkan
banyak pihak.
Persaingan
dalam Mempengaruhi persepsi masyarakat.
Persaingan
dalam mempengaruhi persepsi masyarakat antara pemerintah dengan pihak lainya
sangat ketat. Pemerintah harus bersaing dengan kelompok kepentingan lain untuk
mendapatkan akses ke media.
Berbagai
kelompok penekan dan upaya advokasi tidak lagi mengandalkan pada lobi
pemerintah, parlemen atau partai untuk mewujudkan aspirasi mereka. mereka telah
menyadari bahwa menggunakan media jauh lebih efektif dalam memperjuangkan
asirasi mereka. dan hal ini terbukti benar dan memaksa pemerintah untuk merespon.
Etika
Komunikasi dalam situasi konflik
Para
wartawan dan redaksi dihadapkan pada suatu konflik baik internal maupun
eksternal ketegangan bisa terjadi antara
tim managemen dan tim redaksi. Selain itu mereka juga mendapatkan tekanan
dariberbagai institusi dan
organisasi yang merasa terancam dengan
sikap kritis pers atau media. Oleh sebab
Etika sangat diperlukan dalam sebuah situasi konflik atau situasi yang membuat
kita dilema.
Yang
paling penting adalah media harus berpihak pada korban. Ketika mereka harus
berpihak pada korban, mereka juga harus berpegang pada integritas moral dan
sikap kritis agar tidak modah tergoda dengan berbagai bentuk kecurangan seperti
penyuapan. Identitas korban pun seharusnya dirahasiakan dan tidak disebarkan
secara sembarangan. Prinsip yang lain
yang harus ada adalah keadilan dan kebenaran.
PENGERTIAN KONFLIK
Robbins
(1996), dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah sebuah
interaksi yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat yang
berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun negatif.
KEPENTINGAN, TEKANAN EKONOMI, DAN
TANGGUNG JAWAB SOSIAL
A. Tekanan
Ekonomi dan Tanggung Jawab Sosial
Tekanan
ekonomi mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Louis Alvin Day dalam bukunya
“Ethics in Communication” mengatakan bahwa tekanan ekonomi memang menjadi salah
satu motivator terbesar dalam proses kerja media. Sehingga, jika telah ditekan
oleh status ekonomi yang rendah, media rentan untuk berperilaku tidak etis.
Menurut Mufid, ada 3 sumber tekanan ekonomi :
1. Pendukung
finansial, investor, pemilik, pemasang iklan, dan pelanggan
Contoh:
TVOne yang sahamnya dimiliki oleh Aburizal Bakrie
2. Para
pesaing
Contoh:
Trans7 bersaing dengan MnCTV untuk program-program yang menghibur
3. Masyarakat/publik
secara umum
Contoh:
tuntutan dari masyarakat.
Institusi
media pada dasarnya mempunyai hak untuk mencari keuntungan dan kekayaan, tetapi
karena pertumbuhan pasar yang semakin bersaing, menjadikan institusi media
sebagai ekspansi bisnis, keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan
keuntungan komersil, mengorbankan moral.
Idealisme
jurnalistik ada kalanya dikalahkan oleh kekuasaan keuangan. Manajemen media
sudah dirasuki teori-teori Marketing, yang mana membuat keputusan mereka
berdasarkan komersial dan meletakkan ideologi jurnalistik sebagai paling bawah.
B.
Neoliberalisme
sebagai kekuatan ekonomi baru
Model yang mendasari semua tindakan dan relasi
antar manusia, baik itu persahabatan, keluarga, hukum, tata-negara, maupun
hubungan internasional merupakan gagasan neoliberalisme. Aktivitas komunikasi
didasari oleh entitas ekonomi yang berujung pada hubungan untung-rugi. Dengan
demikian, komunikasi pada dasarnya adalah proses “berekonomi”.
Otoritas
regulatif suatu pemerintahan memang menyurut karena manusia ekonomi dalam
neliberalisme mensyaratkan pelimpahan otoritas regulatif dari tangan negara ke
tangan individu. Individu yang dimaksud bukan hanya perorangan, tetapi juga
organisasi-organisasi.
Hidayat
(2003: 2), mencatat bahwa keseluruhan transformasi yang berlangsung dalam
sector media di Tanah Air, pada hakikatnya mencerminkan suatu peralihan dari
state regulation menuju market regulation, di mana operasi dari institusi media
tidak lagi didasarkan atas intervensi negara tetapi pada suatu bentuk mekanisme
pasar dan ditentukan oleh kekuatan-kekuatan pasar. Rezim capital mendasarkan
diri pada kaidah rasionalitas produksi-konsumsi dan keuntungan serta logika M-C-M (Money-Commodities-More Money) telah menciptakan struktur
pasar yang ‘membungkam’ media yang tidak mematuhi kaidah-kaidah pasar. Akhirnya
terciptalah sebuah dogma, menurut Mufid (12312312), yang akhirnya diyakini oleh
para pemilik modal sector industri media, manajer media, ataupun bahkan
jurnalis media serta berbagai konsumen media sendiri.
C.
Tanggung
Jawab Sosial
Tanggung
jawab, menurut filsafat, adalah kemampuan manusia yang menyadari bahwa seluruh
tindakan selalu mempunya konsenkuensi. Tanggung jawab memiliki batasan dari
kebebasan yang dimiliki manusia, tanpa mengurasi kebebasan itu sendiri (kecuali
kebebasan orang lain). Maka, demi kebaikan bersama, pelaksanaan kebebasan
manusia harus mmemperhatikan kelompok sosial di mana ia berada. Kelompok sosial
pada umumnya adalah sukumpulan orang yang secara sosial teratur, mudah diamati
dan memiliki struktur yang relatif jelas. Adapun pula kelompok sosial yang
tidak teratur, sulit diamati struktur dan sifatnya (kerumunan dan publik).
D.
Isu
Ekonomi Dalam Media Massa
Ekonomi
merupakan ilmu yang menelaah kekuatan atau kemampuan yang mengalokasikan sumber
untuk memenuhi kebutuhan yang dipersaingkann
Dalam
perkembangan media massa, turut juga dipengaruhi oleh masalah produksi dan
distribusi massal. Menurut Straubhaard dan LaRose dalam buku Media Now (2002), ada beberapa tipe
masayakat ekonomi pembentuk media massa, antara lain :
a. Masyarakat
pertanian di mana produksi dan distribusi ditandai dengan dinamika produksi dan
distribusi yang bersifat lokal dan kedaerahan
b. Masyarakat
industri yang ditandai dengan standarisasi dan pengolahan produksi dan
distribusi massal
c. Masyarakat
informasi yang ditandai internasionalisasi dan komersialisasi informasi yang
ada
Pada
dasarnya, media massa mengikuti model ekonomi industrial yang ditandai dengan
akselerasi banyaknya media dan hasil-hasilnya untuk mendapatkan biaya yang
murah untuk produksinya, dan ketika produksi semakin besar, diharapkan
perkembangan pembeli dan cakupan daerah yang dapat membelinya.
Dalam perkembangan selanjutnya,
media massa juga tidak dapat dipisahkan dengan hukum persaingan karena industri
media massa yang didirikan tidak lagi sebagai pemain tunggal. Persaingan tidak
dilihat sebagai hal negatif tapi harus dipahami sebagai hal yang membangun baik
dari segi produksi dan distribusi media massa itu sendiri. Di iklim ekonomi,
tidak menutup kemungkinan terjadinya monopoli, yang diperlukan karena
persaingan yang keras dan membutuhkan pemain yang kuat. Hal ini juga dapat
mengakibatkan kepemilikan media massa.
Kepemilikan media massa juga mempunya
kelemahan, yakni melemahkan peran dan fungsi sosial media massa itu sendiri,
dalam hal ini melemahkan proses diversitas informasi yang diperlukan
masyakarat. Banyak motif ekonomi yang akan muncul, tapi tetap paling utama
adalah motif keuntungan (tujuannya antara lain kegiatan operasional,
pembiayaan, dll). Motif keuntungan inilah yang sering bertabrakan dengan
masalah kepentingan public yang juga dipegang oleh media massa.
E.
Isu
Moral Versus Kepentingan Ekonomi
Perkembangan
media massa tak terelakan ketika terjadi perubahan dramatis dalam teknologi
komunikasi. Konsekuensi logis dari usaha untuk mengembangkan media adalah
kebutuhan modal yang lebih besar. Tekanan ekonomi memang sudah mejadi alasan
utama untuk semua orang bebas melakukan sesuatu. Media massa pun juga sama,
yang pada awalnya berfungsi menyampaikan informasi yang besar dan akurat tanpa
ada pengaruh atau tekanan oleh siapapun, namun saat ini media menjadi sebuah
sarana untuk para pengusaha memperluas jangkauan pasarnya.
Hasilnya, semua tayangan media
dijadikan pasar yang memperlihatkan semua produk dari pemasang iklan dan
sponsor-sponsor acara, yang mendorong pemirsa menjadi konsumtif. Hal lainnya,
tayangan yang memperoleh rating
tertinggi menjadi tayangan yang mengakibatkan perilaku antisosial dan jelas
bertentangan dengan nilai-nilai etis yang berlaku. Saat terjadi dilema antara
rasa tanggung jawab sosial dan tekanan ekonomi muncul, maka nilai-nilai etis
dengan sendirinya akan luntur dengan kekuasaan tekanan ekonomi.
Dalam konteks ekonomi-politik media,
terdapat tiga tolak ukur sistem sosial politik yang demokratis :
1. Peniadaan
ketimpangan sosial dalam masyarakat
2. Pembentukan
kesadaran bersama tentang pentingnya mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi
3. Demokrasi
membutuhkan sistem komunikasi politik yang efektif
Menurut Mosco (1996; 30) ada tiga entry konsep dalam ekonomi-politik media
yang menarik untuk dikaji, yaitu komodifikasi, spasisalisasi, dan strukturisasi.
Komodifikasi adalah proses pengambilan barang/jasa yang bernilai dalam
pemakaiannya, dan mengubahnya dengan komoditi yang bernilai pada apa yang dapat
dihasilkan pasar.
Mosco (1996; 141-245)
mengidentifikasi empat bentuk komodifikasi:
1. Komodifikasi
isi
2. Komodifikasi
khalayak
3. Komodifikasi
cybernets
4. Komodifikasi
tenaga kerja
Spasisalisasi,
proses mengatasi perbedan ruang dan waktu ddalam kehidupan sosial. Sedangkan,
strukturisasi adalah menyatukan gagasan dan agensi, proses dan praktis sosial.
F.
Pengaruh
Iklan Dalam Praktik Komunikasi
Tekanan
ekonomi yang timbul akibat dampak dari pengaruh iklan dapat dilihat sedikitnya
di tiga area:
1. Jumlah
dari materi komersil yang dapat menentukan lamanya iklan tersebut bukan saat
waktunya iklan, namun saat berita dan iklan.
2. Pemotongan
anggaran untuk iklan dari pada klien yang disebabkan oleh resei ekonomi, atau
pengalokasian dana iklan dari satu media ke media lainnya sangat memepengaruhi
perekonomian suatu institusi media.
3. Pesan-pesan
komersial akan mempengaruhi isi dari pesan yang bukan komersial dan otomatis
juga memberi tekanan pada pemilik media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar