Senin, 30 Mei 2016

Media, Pelayanan Publik dan Logika Politik; Tanggungjawab Sosial dan Tekanan Ekonomi


Media selalu didilemakan oleh dua hal ini, tekanan ekonomi dan tanggung jawab sosial. Di satu sisi, media dituntut untuk melakukan tanggung jawab sosial yaitu memberitakan dan menayangkan berita setransparan mungkin dan mendidik. Di sisi lain, media ditekan ekonomi agar bisa terus berjalan, maka dari itu mereka membuat agenda setting agar pengiklan tertarik untuk mengiklan di medianya.  Hal ini justru cenderung membuat media membuat tayangan tidak mendidik. Contohnya membuat tayangan YKS yang kurang mendidik tapi memiliki rating yang tinggi sehingga pengiklan tertarik untuk mengiklan di YKS.
Faktor kepemilikan media menjadi faktor terbesar dalam tekanan ekonomi media yang dialami pada zaman sekarang. Kepentingan-kepentingan pemilik media mendominasi media sehingga moral media rendah dan berfokus pada profit. Tekanan ekonomi berasal dari tiga sumber:
a.       Pendukung finansial; investor, pemilik, pemasang iklan, dan pelanggan.
b.      Para pesaing
c.       Masyarakat/publik secara umum.
Untuk meraup keuntungan dan akumulasi kekayaan tidak harus mengorbankan moral media. Namun pada prakteknya, manejemen media sudah mulai dirasuki oleh teori-teori marketing yang penuh strategi untuk meraup keuntungan komersil. Sehingga keputusan-keputusan manajemen media hanya berdasarkan sebuah jeuagan semata, dan meletakkan idealisme jurnalistik ke urutan paling bawah.
Neoliberalisme adalah menjadikan ekonomi sebagai kunci untuk memahami dan mendekati berbagai masalah, penggusuran arena hidup sosial ke urusan personal. Cara-cara kita bertransaksi dalam kegiatan ekonomi bukanlah satu dari berbagai model hubungan antara manusia,melainkan satu-satunya model yang mendasari semua tindakan dan relasi antar manusia, baik itu persahabatan, keluarga, hukum, tata-negara, maupun hubungan internasional. Ketika kita berkomunikasi, dari kacamata neolib, maka sejatinya kita tengah memenuhi kebutuhan. Dengan demikian, “berkomunikasi” pada dasarnya adalah “berekonomi”.
Gelombang neoliberalisme yang ditandai dengan upaya penghapusan regulasi negara atas industri media, walaupun dari satu sisi memang telah membebaskan media dari kontrol negara, namun pada sisi lain akan memperbesar kerentanan media terhadap rezim kapitalis yang mengarah pada kediktatoran pasar. Logika never-ending circuit capital accumulation: M-C-M (money-comodities-more money), dengan sistematis dan konsisten telah menciptakan struktur pasar yang ‘membungkam’ media yang tidak mematuhi kaidah-kadiah pasar.
Iklan merupakan sesuatu yang sanagt dibutuhkan media massa. Iklan adalah nafas media massa untuk bisa hidup. Jika tidak ada iklan, maka keuntungan berkurang dan perusahaan media itu akan tutup. Tekanan ekonomi yang timbul dari pengaruh iklan setidaknya dilihat dari tiga cara:
1.      Jumlah nateri komersil mengurangi spot berita atau hiburan.
2.      Pemotongan/pembatalan anggaran untuk iklan dari para klien sangat mempengaruhi perekonomian suatuinstitusi media.
3.      Pemasang iklan dapat langsung bereaksi bahkan sampai pada penarikan iklan apabila ada sesuatu yang tidak menyenangkan mereka.
Tidak dapat dihindari juga bahwa dalam mediapasti ada konflik kepentingan. Di satu sisi sipemilik modal inginnya begini, tapi bawahan inginnya begitu. Hal ini muncul karena pemilik modal berkuasa dan bawahan tidak dapat berbuat apa-apa.  Hal ini juga berujung pada kepentingan pemilik modal untuk menggunakan media sebagai bisnis sehingga menjadikannya ada berbagai konglomerasi media seperti Viva, Transcorp, dan MNC. Hal ini jika tidak bisa di-handle dengan baik, maka pastiakan terjadi ketimpangan yang merugikan masyarakat.
Seharusnya secara etika, media massa harus bisa mengimbangi antar profit dan tanggung jawab sosial. Memang jika disuruh memilih tanggung jawab sosial saja, media akan rugi karena setiap media pasti punya agenda setting agar tayangan atau pemberitaannya disukai masyarakat. Hal ini akan membuat rating tinggi sehingga para pengiklan mau mengiklan di media tersebut dan akhirnya media tersebut memperoleh keuntungan. Jadi intinya dalah keduanya harus seimbang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar