Oleh : Ghesilia Gianty
NIM 14140110386
Pertemuan
13
Perkembangan
teknologi dan komunikasi atau yang lebih sering disebut dengan telekomunikasi
membawa kita menuju era new media, yang sebenarnya sedang dialami masyarakat
sekarang ini. Semakin meluas media yang beredar di masyarakat menjadi platform
untuk mengekspresikan dirinya. Kebebasan berekspresi dalam era media baru yang
mencakup kelompok atau individu bahkan juga pers sendiri. Melalui media online
seperti dengan munculnya Twitter, Facebook, Blog, dan kini juga ada istilah
Vlog. Menyediakan sarana untuk masyarakat menumpahkan pemikirannya. Semua
berkata, ini adalah negara demokratis, bebas, demikian pula dalam menyampaikan
pendapat serta pemikiran. Tak luput dari hal yang negative pula yang dipaparkan
melalui media. Terlalu bebas menyebabkan hatespeech. Bebas tetapi tetap
bertanggung jawab, seperti yang telah dijelaskan pada resume yang sebelumnya.
Apalagi di Indonesia yang termasuk dalam negara dengan pengguna media sosial
terbanyak di dunia, dapat dilihat dari penggunaan hashtag. Dimana hashtag dari
akun masyarakat Indonesia dapat menjadi TTWT atau Trending Topic World Wide.
Kebebasan
berekspresi terkadang juga menuai kontroversi antara apakah itu baik atau
tidak. Kemungkinan orang akan berpikir condong ke kebaikan, namun terkadang
juga ada unsur negativenya apabila sang pengikut atau pengguna lain media
tersebut yang membaca pemikiran seorang individu akan sesuau tanpa melakukan
literasi media dan malah jadi terpengaruh seutuhnya. Dimana kemungkinan ada
unsur propaganda atau manipulasi media di dalamnya. Pendidikan masyarakat
Indonesia yang masih rendah yang menjadi faktor pendukung dalam sisi negative
kebebasan berekspresi. Mereka telan mentah-mentah tanpa dapat bersikap kritis
mengikuti aturan etika berkomunikasi. Karena tak semua ekspresi yang
disampaikan individu memang layak untuk didukung.
Kebebasan
berekspresi juga harus mengikuti aturan kaidah yang berlaku, kembali lagi,
kepada rasa tanggung jawab akan tulisannya. Menghormati prinsip kebebasan
berekspresi. Prioritaskan terhadap mereka yang melakukan hegemonik terhadap
minoritas. Berpacu terhadap kepentingan public dan dapat membantu peran media
sebagai kontrol sosial. Perlu juga mengikuti regulasi media, regulasi public
dan juga regulasi public yang pluralism atau kebebasan dalam berpendapat.
Seperti
contoh ketika seorang Ibu mengutarakan gagasannya yang tidak senang dengan
perilaku karyawan di sebuah tempat donut yang keberatan ketika diminta untuk
pindah saat ada pelanggan yang ingin merokok ditempatnya. Sang ibu sedang
membawa bayi, dan jelas terpampang di tempat itu larangan merokok. Tetapi
karyawan tersebut malah lebih membela pelanggan yang ingin merokok. Kemudian,
merasa tidak terima dengan perlakuan karyawan tersebut. Ibu tersebut
melayangkan petisi secara online dan akhirnya membuat tempat dan karyawan
tersebut ditindaklanjuti.
Contoh
di atas adalah sikap kebebasan berekspresi yang memprioritaskan minoritas
karena pasti banyak yang merasa seperti Ibu di atas, merasa tidak nyaman namun
tak bisa mengutarakannya. Sikap Ibu yang berani mengekspresikan tanggapan serta
bertanggung jawab atas sikapnya tersebutlah yang patut dilakukan masyarakat
lain. Kebebasan bereskpresi untuk membawa perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar