TEKANAN EKONOMI DAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL MEDIA
Kepentingan media selalu ada dan tidak ada yang dapat menuntaskannya
secara jelas lantaran perputaran informasi sangat cepat. Media memiliki tekanan
ekonomi yang berat yaitu untuk meraih keuntungan. Mungkin bagi media besar,
keuntungan tidak perlu dicari dan akan datang sendiri kepadanya. Hal ini sangat
berbeda dengan media lokal yang terus mencari keuntungan dari para pengiklan
yang bersedia mengiklan di medianya.
Yang perlu ditekankan dala hal ini
adalah adnaya media yang masih mementingkan kepentingan diri sendiri yaitu
untuk mendapatkan keuntungan. Media- media seperti ini yang harusnya diawasi
dan tidak mengganggu pengguna media.
PELAYANAN PUBLIK, TANGGUNGJAWAB PUBLIK DAN LOGIKA POLITIK MEDIA
Media seharusnya menyediakan pelayanan bagi publik
sebagai ruang publik. Menjadi sarana hiburan dan pendidikan yang bersifat tidak
memihak dan netral. Menjadikan tanggungjawab publik sebagai prioritas utamanya.
Sayangnya, logika politik media mengubah kinerja ideal jurnalis dalam media.
Media di era ini ingin membuat keuntungan sebesar- besarnya sehingga membentuk
banyak jaringan media lain yang berada di bawah satu naungan manajemen yang
dimiliki oleh satu orang. Logika politik media di era neoliberalisme ini adalah
menjadi besar dan mendominasi, ketika kamu sudah mendominasi, kamu akan
mendapatkan segalanya yang kamu inginkan.
NEOLIBERALISME SEBAGAI KEKUATAN EKONOMI BARU
Kerangka berpikir neoliberalisme dalam media membuat
pemilik media menjadikan ekonomi sebagai kunci untuk mendekati dan memahami
berbagai masalah, penggusuran arena sosial menjadi urusan individu, dan
pemindahan regulasi dari arena sosial ke urusan personal. Neoliberalisme
menjadikan transaksi sebagai satu- satunya cara yang digunakan dalam kegiatan
ekonomi hubungan antar manusia.
3 faktor munculnya neoliberalisme:
1.
Berkembangnya
pasar multinasional sebagai kekuatan nyata dan bahkan memiliki aset kekayaan
yang lebih besar dari negara- negara kecil di dunia.
2.
Munculnya rezim
internasional yang berfungsi sebagai surveillance
system.
3.
Terjadinya
revolusi di bidang teknologi komunikasi dan transportasi.
Internasionalisasi kekuatan pasar merupakan kondisi
ideal dari kegiatan neoliberalisme. Privatisasi adalah salah satu kebijakan
penting yang lahir dari neoliberalisme dan dapat dipahami sebagai bentuk
kerjasama sektor bisnis media dengan pemerintah. Regulasi negara yang dicabut
dari media merupakan pertanda bahwa neoliberalisme membuka babak baru media-
media yang ada di dunia. Disatu sisi media menjadi lebih bebas untuk
berkekspresi, namun di sisi lainnya mereka sebenarnya terjebak pada keadaan
mendesak yang membuat mereka bekerja di bawah “rezim kekerasan kapitalis” yang
punya moto mencari keuntungan sebanyak- banyaknya.
ISU EKONOMI VERSUS MORAL DALAM KEPENTINGAN MEDIA
Tekanan
ekonomi merupakan alasan utama seseorang akan melakukan segala sesuatu. Hal ini
tidak terkecuali pada media. Media yang seharusnya bersifat netral dan
berimbang, memilih untuk menggunakan fasilitas publikasi yang dimilikinya untuk
menjadi sarana perluasan pasar- pasar pengusaha media. Mulai dari sarana
pencitraan suatu produk, pembentuk opini publik tentang produk hingga membentuk
paradigma pengguna media menjadi konsumtif adalah tugas media di era
neoliberalisme ini. Hal curang pun dilakukan agar dapat menjatuhkan pesaing
dari produk tersebut. Tekanan ekonomi dapat mengubah keadaan secepat membalikan
telapak tangan.
Tekanan ekonomis inilah yang membuat
nilai- nilai etis yang ada di media luntur karena urusan kekuasaan (politik).
Media secara tidak langsung menyedot keuntungan dari para penikmat media. Intergrasi
Ekonomi Politik Vertikal- Horizontal yang digaung- gaungkan oleh Golding dan
Murdock merupakan bentuk tekanan ekonomidi era ini.
Berikut adalah persoalan kelemahan modus
komersialisasi industri media massa:
1.
Kapitalis media
memang telah berusaha maksimal mengurangi resiko usaha, sebagian besar mereka
membentuk usaha oligopolistik.
2.
Industri media
lebih berorientasi pada pemenuhan keinginan market
sesuai dengan kriteria apa yang paling secara ekonomi dan politik bagi para
pemilik modal.
Kita
harus melihat secara politisdan ideologis dominasi kapitalisme secara
ekonomisme atas dunia komunikasi.
MEDIA DAN KONFLIK KEPENTINGAN
Konflik kepentingan pada
media terkait dua pihak yakni pengusaha dan penguasa. Media yang berafiliasi pemilik media yang memiliki kekuatan politik, tentu
memiliki konflik kepentingan dalam setiap pemberitaannya. Media dihadapkan pada
dua pilihan yang harus dibela yaitu publik atau penguasa yang merupakan pemilik
media.
Media
seharusnya tidak memiliki hubungan dengan politik dalam tata pelaksanaan
profesionalisme jurnalis. Sayangnya banyak media yang mencampur adukan
kepentingan pemilik dan politik sehingga menimbulkan konflik. Media menjadi
bawahan dari politik yang sedang berlangsung.
Hakikatnya
pelayanan media bersifat sosial, berbeda dengan politik yang bersifat politik.
Jika pelayanan media bersifat politik maka yang akan terjadi adalah muatan
politik di dalam media hanya pesan yang harus diterima bulat- bulat oleh publik
tanpa kejelasan makna. Media hanya sebuah corong untuk kekuatan politik ketika
politik menjadi dasar berjalannya suatu media.
Media akan
bersifat sangat monoton ketika misi politik di dalam media mendominasi media
tersebut. Kreativitas pelayanan media juga terkooptasi dan konglomerasi media
menjamur dimana- mana karena adanya campur tangan politik dalam media.
Konflik
kepentingan memang akan selalu muncul dalam setiap media, keputusannya hanya
pada jurnalis. Masihkah publik menjadi prioritas utamanya dalam mencari
kebenaran?
Livia Kristianti
14140110102
Sumber:
Mufid, Muhamad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi.Jakarta: Media Prenada Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar