Senin, 30 Mei 2016

Media dan Kesadaran Palsu, Pornografi dan Kekerasan Serta Propaganda dalam Media

PORNOGRAFI
Program televisi masa kini amat beragam. Tak jarang di antaranya tampak sejumlah sisipan-sisipan unsur yang bersifat ambiguitas dan menjurus pada pornografi.
Unsur manipulasi amat tampak pada pornografi, karena tidak tampil dengan latar belakang yang sesungguhnya, dan tokoh yang ada tidak memiliki identitas yang jelas. Paparan konten pornografi dapat menyebabkan depersonilasi, yaitu hilangnya perasaan bahwa tubuh kita adalah bagian dari diri kita. Individu akan merasa dirinya terwakilkan dengan apa yang digambarkan dalam pornografi, dan merasa itu adalah realita.
EROTISME
Berbeda dengan pornografi, erotisme menekankan pada imajinasi dan sugesti. Hasrat lebih diungkapkan dengan kata-kata dan simbol, tapi tidak dengan bahasa visual seperti gerakan tubuh.
Erotisme berada di batas ambiguitas dan dapat mengatakan sesuatu secara tersembunyi dan tersirat. Erotisme sendiri cukup beresiko mengandung konten pornografi.
KEKERASAN DALAM MEDIA / PERS
Kekerasan dapat diartikan sebagai tindakan yang mendasari kekuatan untuk memaksa seseorang, dan biasanya mengandung unsur dominasi fisik, verbal, non verbal, moral, psikologis, atau visual. Kekerasan bisa berdampak pada banyak aspek, salah satunya adalah psikologis yang dapat memengaruhi cara berpikir dan tindakan seseorang.
Media membuat kekerasan menjadi sebuah hal yang lumrah. Media mengarut tontonannya agar audiens menganggap itu sebagai sebuah kebiasaan dan dapat menerima secara utuh. Bahayanya adalah perwujudan tindakan kekerasan di dunia nyata.
CINDY

14140110101

Tidak ada komentar:

Posting Komentar