Pornografi
dapat didefiniskan sebagai representasi eksplisit dari aktivitas seksual atau
hal yang tidak senonoh yang dimaksdukan untuk dikomunikasikan ke publik.
Sesuatu yang diluar moral kita tentu saja sudah melanggar etika yang selama ini
kita pahami, bahkan hanya memikirkan sesuatu yang bersifat mesum saja sudah
melanggar etika ataupun norma lingkungan masyarakat.
Biasanya
pornografi akan lebih mudah dipahami dengan adanya analisis berupa manipulasi
ikon ataupun sesuatu yang bisa mengacu kepada hal-hal yang mesum yang menjadi
sebuah gambaran ketika khalayak melihat ikon tersebut dan akan langsung memicu
kepada hal-hal yang mesum.
Ada
4 dampak dari pornografi. Depersonalisasi tubuh dipahami sebagai upaya untuk
menarik keluar dari tubuh semua hal yang merepresentasikan kepribadian
seseorang. Tiadanya tuntunan kebenaran disebabkan oleh imperatif semua sudah
kelihatan. Tirani terhadap liyan terjadi karena subjektivitas liyan dilucuti.
Estetika buruk muka sangat menonjol dalam pornografi.
Dengan
semakin meningkatkan kegunaan dari media maka akan terjadi pula kekerasan dan
juga manipulasi media. Kekerasan media kerap sekali terjadi dari berupa fisik,
simulasi, dimana kekerasan fisik itu bisa saja dengan menonton tayangan yang
menonjolkan kekerasan fisik sedangkan kekerasan simulasi seperti anak bermain
video game, banyak sekali game-game yang mengutamakan bagaimana perang atau pun
melakukan kejahatan, dari video game anak juga akan meimplikasikan kepada
kehidupan nyata, dimana teman sebayanya akan diperlakukan seperti adegan yang
dilakukan di video game tanpa mengetahui hal tersebut sebenarnya tidak pantas
untuk dilakukan karena kekerasan merupakan tindakan yang tidak bermoral dan
tidak sesuai dengan norma yang ada.
Setidaknya
ada 4 faktor kenapa banyak orang yang tidak memperhatikan kekerasan dalam
media. Ketidaktahuan orang dewasa akan budaya orang muda, karena zaman yang
berbeda membuat sebuah budaya akan berbeda juga, orang tua kita dulu belum mengenal
media online tetapi setelah media online muncul anak-anak merekalah yang lebih
mahir menggunakannya.
Keyakinan
kuat bahwa kehadiran orang dewasa bisa memperbaiki situasi padahal sering sudah
terlambat, kebanyakan orang dewasa berpikir dengan bantuan mereka maka situasi
aman akan tetapi tak banyak orang dewasa yang mengetahui bahwa media lebih
cepat dibandingkan kesadaran mereka, tak banyak dari mereka yang terlambat
untuk mengamati sebuah situasi.
Faktor
ideologi mau menunjukkan bahwa semua bentuk pembatasan atau pelarangan akses
orang muda ke media akan dianggap sebagai reaksioner.
Kesulitan
pendampingan karena ketidakmampuan orang tua dalam berbagai hal seperti
pengetahuan akan medai waktu yang diberikan.
Kekerasan
fisik bisa berdampak yang terlihat oleh mata tetapi kekerasan simbolis tidak
akan melihatkan luka yang disebabkannya. Simbolis lebih melihat bagaimana cara
bertindak dari khalayak, cara mereka mengerjakan suatu hal, dan dengan begitu
individu akan terjebak dengan iklan merek yang bisa dilihat dan ditindak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar