Literasi
Media: Kemelekan Media adalah Hal yang Utama
- Menurut Gutterez dan
Hottmann, literasi media adalah kegiatan meningkatkan pemahaman siswa dalam
memahami dan menikmati media. Literasi media memfasilitasi bagaimana caranya
memahami media, memahami terbentuknya media, dan memahami media
mengonstruksikan kenyataan.
- Idealnya literasi media
diberikan secara formal lewat pembelajaran di kelasn Namun sebenarnya literasi
media bisa dilakukan secara non-formal terlebih dahulu melalui fase pertama
dalam hirarki sosial manusia. Literasi media seorang individu pertama kali
harusnya diberikan oleh keluarga, setelah itu dilanjutkan oleh pihak kedua
yaitu sekolah dan perguruan tinggi (pendidikan), dan yang terakhir literasi
media harus disadari oleh individu itu sendiri. Selain pendidikan formal,
pemerintah yang berkuasa suatu negara harusnya ikut membangun kemelekan media
tersebut. Pemerintah bisa menggunakan ruang publik untuk membentuk kesadaran
masyarakat terkait kemelekan media. Pemerintah dapat membentuk pandangan warga
negaranya agar mampu mengonsumsi media yang sesuai dengan kebutuhannnya.
- Keberhasilan literasi media,
tidak lepas dari faktor- faktor di dalam suatu negara. Tiga faktor yang
memengaruhi penerapan literasi media, yaitu:
1. Budaya
à Bagi negara yang memiliki budaya demokrasi dan mendukung
kebebasan, literasi akan lebih mudah dilakukan bila dibandingkan dengan negara
yang memiliki pemerintahan tangan besi dan mengekang kebebasan bagi
warganegaranya.
2. Kebebasan berekspresi
à Semakin tinggi tingkat kebebasan suatu negara dalam
meberikan ruang bagi warganya untuk berekspresi maka semakin berhasil juga
program melek media dalam dilaksanakan.
3. Aktivitas penduduk
à Jika penduduk memiliki tingkat pendidikan yang baik dan
memiliki peran aktif dalam mendukung berlangsungnya sebuah Negara maka literasi
media akan sangat berhasil dilakukan di negara tersebut.
Kebebasan
Berekspresi
Kaitan literasi media dan kebebasan
berekspresi sangatlah erat. Selain warga negara yang memiliki kebebasan
berekspresi, media juga berhak berekspresi terhadap informasi-informasi yang
akan disampaikannya melalui headline berita.
Hal yang menjadi sorotan
adalah kebebasan berekspresi media, terutama di Indonesia yang masih dicampuri
oleh kepentingan pemilik media. Jika pada masa orde baru media hanyalah corong
pemerintah, saat ini kepentingan pemilik media sangat mengambil peran dalam
berjalannya sebuah media.
Konstruksi
Media
Untuk mendukung keberhasilan literasi media,
sebagai individu kita harus mengenal teori konstruksivisme yang merupakan dasar
dari terbentuknya sebuah media. Berikut penjelasan mengenai konsep
konstruksivisme media:
1.
Media
merupakan hasil konstruksi.
à Konten media merupakan cerminan dari kenyataan yang
berlangsung. Pada kenyataannya media menyajikan produksi redaksi yang
terpengaruh oleh budaya ekonomi dan politik di media tersebut.
2. Representasi media mengonstruksi realitas
à Individu menerima pesan media dan menjadikan pesan tersebut
sebagai tuntunan hidupnya dalam beraktivitas.
3. Pesan media berisi nilai dan ideologi
media
à Pesan media yang terkontaminasi kepentingan pemilik media/
pemimpin redaksi terkadang harus dikritisi, karena mungkin saja terdapat
propaganda terselubung di dalamnya.
4. Pesan media berimplikasi sosial dan
politik
à Konten yang disampaikan media dapat berimplikasi terhadap
sosial dan budaya di sebuah negara.
Informasi dari media yang
merupakan hasil konstruksi seharusnya tidak ditelan secara mentah-mentah oleh
penggunanya. Semua orang harus memahami media dan mendapatkan pendidikan
literasi media. Hal ini penting agar individu dapat memahami secara utuh dan
menangkap informasi yang disampaikan oleh media dengan tepat, serta tidak
menimbulkan kebingungan atau keraguan akan suatu informasi.
R. Alca Octaviani
14140110304
R. Alca Octaviani
14140110304
Tidak ada komentar:
Posting Komentar