Senin, 30 Mei 2016

Media Literacy (Melek Media) dan Tanggungjawab Individu dalam Bermedia

 
Literasi Media: Kemelekan Media adalah Hal yang Utama

-     Menurut Gutterez dan Hottmann, literasi media adalah kegiatan meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami dan menikmati media. Literasi media memfasilitasi bagaimana caranya memahami media, memahami terbentuknya media, dan memahami media mengonstruksikan kenyataan.
-     Idealnya literasi media diberikan secara formal lewat pembelajaran di kelasn Namun sebenarnya literasi media bisa dilakukan secara non-formal terlebih dahulu melalui fase pertama dalam hirarki sosial manusia. Literasi media seorang individu pertama kali harusnya diberikan oleh keluarga, setelah itu dilanjutkan oleh pihak kedua yaitu sekolah dan perguruan tinggi (pendidikan), dan yang terakhir literasi media harus disadari oleh individu itu sendiri. Selain pendidikan formal, pemerintah yang berkuasa suatu negara harusnya ikut membangun kemelekan media tersebut. Pemerintah bisa menggunakan ruang publik untuk membentuk kesadaran masyarakat terkait kemelekan media. Pemerintah dapat membentuk pandangan warga negaranya agar mampu mengonsumsi media yang sesuai dengan kebutuhannnya.
-     Keberhasilan literasi media, tidak lepas dari faktor- faktor di dalam suatu negara. Tiga faktor yang memengaruhi penerapan literasi media, yaitu:
1.   Budaya
à Bagi negara yang memiliki budaya demokrasi dan mendukung kebebasan, literasi akan lebih mudah dilakukan bila dibandingkan dengan negara yang memiliki pemerintahan tangan besi dan mengekang kebebasan bagi warganegaranya.
2.   Kebebasan berekspresi
à Semakin tinggi tingkat kebebasan suatu negara dalam meberikan ruang bagi warganya untuk berekspresi maka semakin berhasil juga program melek media dalam dilaksanakan.
3.   Aktivitas penduduk
à Jika penduduk memiliki tingkat pendidikan yang baik dan memiliki peran aktif dalam mendukung berlangsungnya sebuah Negara maka literasi media akan sangat berhasil dilakukan di negara tersebut.


Kebebasan Berekspresi
Kaitan literasi media dan kebebasan berekspresi sangatlah erat. Selain warga negara yang memiliki kebebasan berekspresi, media juga berhak berekspresi terhadap informasi-informasi yang akan disampaikannya melalui headline berita.
Hal yang menjadi sorotan adalah kebebasan berekspresi media, terutama di Indonesia yang masih dicampuri oleh kepentingan pemilik media. Jika pada masa orde baru media hanyalah corong pemerintah, saat ini kepentingan pemilik media sangat mengambil peran dalam berjalannya sebuah media.

Konstruksi Media
Untuk mendukung keberhasilan literasi media, sebagai individu kita harus mengenal teori konstruksivisme yang merupakan dasar dari terbentuknya sebuah media. Berikut penjelasan mengenai konsep konstruksivisme media:
1.     Media merupakan hasil konstruksi.
à Konten media merupakan cerminan dari kenyataan yang berlangsung. Pada kenyataannya  media menyajikan produksi redaksi yang terpengaruh oleh budaya ekonomi dan politik di media tersebut.

2.     Representasi media mengonstruksi realitas
à Individu menerima pesan media dan menjadikan pesan tersebut sebagai tuntunan hidupnya dalam beraktivitas.

3.     Pesan media berisi nilai dan ideologi media
à Pesan media yang terkontaminasi kepentingan pemilik media/ pemimpin redaksi terkadang harus dikritisi, karena mungkin saja terdapat propaganda terselubung di dalamnya.

4.     Pesan media berimplikasi sosial dan politik
à Konten yang disampaikan media dapat berimplikasi terhadap sosial dan budaya di sebuah negara.

Informasi dari media yang merupakan hasil konstruksi seharusnya tidak ditelan secara mentah-mentah oleh penggunanya. Semua orang harus memahami media dan mendapatkan pendidikan literasi media. Hal ini penting agar individu dapat memahami secara utuh dan menangkap informasi yang disampaikan oleh media dengan tepat, serta tidak menimbulkan kebingungan atau keraguan akan suatu informasi.





R. Alca Octaviani
14140110304

Tidak ada komentar:

Posting Komentar