Senin, 30 Mei 2016

Review: Manipulasi Media dan Kesadaran Palsu, Pornografi dan Kekerasan, serta propaganda dalam Media Per

Secara etimologis, pornografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu “porne” dan “grapos”. Pornografi sendiri berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi. Namun dalam kehidupan sehati-hari pornografi sering dikaitkan dengan seks, cabul, bagian tubuh terhalang untuk dipertontonkan dan segala bentuk aksi yang membuat pendengar terangsang. RUU pornografi juga mengeluarkan definisi pornografi yaitu materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animas, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, dan bentuk pesan komunikasi lainnya. Pengertian erotisme adalah kemampuan manusia untuk mengalamu dan menyadari hasrat dan dorongan seksual, orgasme dan hal lain yang menyenangkan dari seks.

Media massa sering kali menjadi perang penting dalam membentuk opini publik dan berguna untuk menyampaikan pesan. Media masa juga menggambarkan masyrakat dengan kelebihan dan kekurangannya. Media juga berperan sebagai jendela atas peristiwa dan pengalaman. Cermin atas segala yang terjadi di dunia. Filter yang menyeleksi peristiwa apa yang diberi perhatian dan peristiwa apa yang tidak. Pelaku sekaligus penerjemah bagi masyarakat. forum tukar pikiram informasi dan ide partner komunikasi masyrakat.

Konsep-konsep pornografi terdiri dari lim, antara lain: pornografi, pornoteks, pornosuara, pornoaksi, pornomedia. Kelima konsep ini saling berhubungan dan menciptakan karakter media. Maka muncullah istilah pornomedia.

Bentuk kekerasan dalam media massa bisa berupa publikasi cetak dan tayangan fisik yaitu verbal oleh media (tulisan), ucapan yang berbau kekerasan (kata-kata kasar, rekonstruksi kekerasan yang dipertontonkan di televisi, dapat juga suara kekerasan yang disiarkan di radio, atau dibaca melalui media cetak)

Cara menyikapi kekerasan yang disajikan oleh media, melalui dua hal yaitu pertama, dipandang berguna sebagai outlet bagi naluri kekerasan manusia. Kedua, media massa dipandang menumbuhkan norma kultural yang menempatkan tindak kekerasan sebagai pola perilaku yang diterima.

Dalam media sering kali terjadi propaganda. Prpoganda sendiri adalah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda. Media massa merupakan alat propaganda yang paling efektif dan selalu digunakan oleh pemerintah dan elit politik. Propaganda sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan perpolitikan media massa. Sejak era orde baru (Soeharto) propaganda ini sering dilakukan. Contohnya adalah Aburizal Bakrie pemilik TV One, dia menjadi pemimpin Golkar dan juga orang kepercayaan Aburizal. Maka dari itu semua pemberitaan tentang Golkar selalu baik.


Nonna Sabrina Cendana
14140110096

Tidak ada komentar:

Posting Komentar