(Sumber: http://www.readingtree.org/wp-content/uploads/2013/07/Newspapers.jpg)
Tekanan ekonomi memengaruhi cara kita berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, kita menerepakan tanggung jawab sosial tetapi seringkali tertimbun oleh tekanan ekonomi itu sendiri. Ada 3 sumber tekanan ekonomi:
- Pendukung finansial
- Pesaing
- Masyarakat umum
Media sekarang ini tidak bergerak berdasarkan tanggung jawab sosial, tetapi lebih kepada mengejar keuntungan dan membuat berita yang menguntungkan ekonomi beberapa pihak.
NEOLIBERALISME SEBAGAI KEKUATAN EKONOMI BARU
Paham neoliberalisme menekankan ekonomi sebagai penyelesai segala masalah, sebagai inti dari segalanya. Paham ini menganggap tanpa adanya ekonomi, tidak akan ada kehidupan. Semua hal yang kita lakukan bisa terjadi karena dorongan ekonomi. Di masa sekarang ini, kita bisa melihat berbagai media massa yang menampilkan konten karena mementingkan ekonomi. Bisa dilihat banyaknya iklan yang ditampilkan dengan harga yang tinggi, product placement di berbagai acara, dan masih banyak lagi. Kita tidak bisa tutup mata tentang pemahaman ini karena pemahaman ini bisa mengubah persepsi kita tentang paham yang sebenernya tidak harus selalu dihubungkan dengan ekonomi.
ISU MORAL VERSUS KEPENTINGAN EKONOMI
Kemajuan teknologi komunikasi yang sangat cepat membuat media massa juga ikut berkembang dengan sangat signifikan. Kita bisa lihat sekarang ini banyak media-media yang beralih ke dalam bentuk baru (kompas.com, liputan6.com, detik.com, dll). Media sekarang juga sering digunakan sebagai saran promosi untuk kepentingan masing-masing, bisa kita lihat di salah satu media Indonesia yang menyiarkan promosi salah satu partau terus-menerus tanpa henti setiap harinya sampai-sampai anak-anak tahu mars partai tersebut dari awal sampai akhir. Media seharusnya bisa menjadi sarana masyarakat untuk mengetahui kebenaran dan kesuungguhan cerita, tetapi terkadang media sendiri berisikan berita-berita yang bersifat subjektif dan memihak beberapa pihak. Hal tersebut sudah melanggar moral dalam menyiarkan berita.
MEDIA DAN KONFLIK KEPENTINGAN
Konflik kepentingan adalah suatu kondisi dimana seseorang membutuhkan kepercayaan untuk suatu kepentingan. Konflik kepentingan yang tidak dijaga dengan baik bisa berujung pada bentuk manipulasi. Dalam media, konflik kepentingan terjadi antara 2 pihak: penguasa & pengusaha. Pengusaha disini adalah pengusaha media sekaligus pengusaha perusahaan lain. Dalam konteks pengusaha, media pada akhirnya memiliki konflik kepentingan jika ada pemberitaan yang buruk tentang perusahaan si pemilik media. Apakah media harus berkata sejujurnya ataukah ditutup-tutupi saja? Dalam konteks penguasa, media tidak bisa sembarangan memberitakan sesuatu, harus disetujui oleh penguasa yang berkuasa (pemerintah, KPI, dll).
Sumber:
Etika dan Filsafat Komunikasi, Muhamad Mufid.
ISU MORAL VERSUS KEPENTINGAN EKONOMI
Kemajuan teknologi komunikasi yang sangat cepat membuat media massa juga ikut berkembang dengan sangat signifikan. Kita bisa lihat sekarang ini banyak media-media yang beralih ke dalam bentuk baru (kompas.com, liputan6.com, detik.com, dll). Media sekarang juga sering digunakan sebagai saran promosi untuk kepentingan masing-masing, bisa kita lihat di salah satu media Indonesia yang menyiarkan promosi salah satu partau terus-menerus tanpa henti setiap harinya sampai-sampai anak-anak tahu mars partai tersebut dari awal sampai akhir. Media seharusnya bisa menjadi sarana masyarakat untuk mengetahui kebenaran dan kesuungguhan cerita, tetapi terkadang media sendiri berisikan berita-berita yang bersifat subjektif dan memihak beberapa pihak. Hal tersebut sudah melanggar moral dalam menyiarkan berita.
MEDIA DAN KONFLIK KEPENTINGAN
Konflik kepentingan adalah suatu kondisi dimana seseorang membutuhkan kepercayaan untuk suatu kepentingan. Konflik kepentingan yang tidak dijaga dengan baik bisa berujung pada bentuk manipulasi. Dalam media, konflik kepentingan terjadi antara 2 pihak: penguasa & pengusaha. Pengusaha disini adalah pengusaha media sekaligus pengusaha perusahaan lain. Dalam konteks pengusaha, media pada akhirnya memiliki konflik kepentingan jika ada pemberitaan yang buruk tentang perusahaan si pemilik media. Apakah media harus berkata sejujurnya ataukah ditutup-tutupi saja? Dalam konteks penguasa, media tidak bisa sembarangan memberitakan sesuatu, harus disetujui oleh penguasa yang berkuasa (pemerintah, KPI, dll).
Sumber:
Etika dan Filsafat Komunikasi, Muhamad Mufid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar