Pengertian Literasi
Media
McCannon mengartikan literasi media sebagai kemampuan
secara efektif dan efisien memahami dan menggunakan komunikasi massa. Menurut James
W Potter, literasi media adalah satu perangkat perspektif di mana kita secara
aktif memberdayakan diri kita sendiri dalam menafsirkan pesan-pesan yang kita
terima dan bagaimana cara mengantisipasinya. Dan salah satu definisi yang
popular menyatakan bahwa literasi media adalah kemampuan untuk mengakses,
menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi pesan media.
· Literasi media adalah hal yang sangat penting
terutama di era digital seperti
saat ini yang
memiliki perputaran informasi sangat cepat. Berita nasional di Indonesia
sendiri memiliki perputaran yang sangat cepat karena adanya media online. Salah satu berita
yang menjadi sorotan dan headline di beberapa media adalah
tentang maraknya lambang palu arit yang sering dikaitkan dengan partai komunis
yang memiliki catatan hitam di Indonesia. Namun, ternyata dibalik itu semua,
beberapa masyarakat terutama generasi Y dan generasi Z belum terlalu paham
mengenai pemberitaan tersebut. Mereka hanya mengikuti tren tanpa mengetahui
sejarah dibalik headline dari media- media di Indonesia.
Dengan melihat kenyataan tersebut,
munculah pertanyaan, sudah sejauh mana literasi media diterapkan di Indonesia?
Dan apa hubungannya dengan kebebasan berekspresi?
Media membantu masyarakat untuk bisa mendapatkan informasi,
akan tetapi hal tersebut juga dapat mempengaruhi pembentukan opini pada
masyarakat. Informasi tidak pernah bersifat netral pada semua aspek, dalam kata
lain sudah mengandung suatu persepsi dari berbagai belah pihak. Informasi dapat
dikatakan sebagai hasil dari kebebasan berekspresi yang dipengaruhi oleh
beberapa visi.
Literasi Media:
Kemelekan Media adalah yang Utama
Menurut Gutterez dan Hottmann,
literasi media adalah kegiatan meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami dan
menikmati media. Memfasilitasi caranya memahami media, memahami terbentuknya
media, dan memahami media mengonstruksikan kenyataan.
Idealnya literasi media diberikan
secara formal lewat pembelajaran di kelas, namun sebenarnya literasi media bisa
dilakukan secara non- formal terlebih dahulu lewat fase pertama dalam hirarki
sosial manusia. Literasi media seorang individu pertama kali harusnya diberikan
oleh keluarga, setelah itu diteruskan oleh pihak kedua yaitu sekolah dan
perguruan tinggi (pendidikan), dan yang terakhir literasi media harus disadari
oleh individu itu sendiri. Selain pendidikan formal, pemerintah yang berkuasa
suatu negara harusnya ikut membangun kemelekan media tersebut. Pemerintah bisa
menggunakan ruang publik untuk membentuk kesadaran masyarakat terkait kemelekan
media. Pemerintah dapat membentuk pandangan warga negaranya agar mampu
mengonsumsi media yang sesuai dengan kebutuhannnya.
Ada 3 faktor yang memengaruhi
penerapan literasi media, berikut penjelasannya:
1.
Budaya
Bagi negara yang memiliki budaya demokrasi dan mendukung
kebebasan, literasi akan lebih mudah dilakukan bila dibandingkan dengan negara
yang memiliki pemerintahan tangan besi dan mengekang kebebasan bagi warga negaranya.
2.
Kebebasan berekspresi
Semakin tinggi tingkat kebebasan suatu negara dalam memberikan
ruang bagi warganya untuk berekspresi maka semakin berhasil juga program melek
media dalam pelaksanaannya.
3.
Aktivitas penduduk
Jika penduduk memiliki tingkat pendidikan yang baik dan
memiliki peran aktif dalam mendukung berlangsungnya sebuah Negara maka literasi
media akan sangat berhasil dilakukan di negara tersebut.
Kebebasan
Berekspresi
Kaitannya literasi media
dan kebebasan berekspresi sangatlah erat, selain warga negara yang memiliki
kebebasan berekspresi, media juga berhak berekspresi terhadap informasi- informasi
yang akan disampaikannya lewat headline berita.
Hal yang menjadi sorotan adalah kebebasan berekspresi di media, terutama di
Indonesia masih dicampuri oleh kepentingan pemilik media. Jika pada masa orde
baru media hanyalah corong pemerintah, saat ini kepentingan pemilik media
sangat mengambil peran dalam berjalannya sebuah media.
Kita dapat
melihat contoh kasus yang terjadi pada dua stasiun televisi besar, TV ONE dan
Metro TV yang kala pilpres 2014 berlangsung membela kubu yang didukung oleh masing-
masing pemilik media. Praktik kebebasan berekspresi saat itu, bagi kedua media
tersebut mati karena campur tangan pemilik media. Kasus seperti harusnya dapat
dihindari dengan adanya literasi media sehingga tidak mengganggu kebebasan
berekspresi bagi penikmat media dalam menentukan keputusan terutama keputusan
politik.
Konstruksi Media
Untuk mendukung
keberhasilan literasi media, sebagai individu kita harus mengenal teori
konstruksivisme yang merupakan dasar dari terbentuknya sebuah media. Berikut
penjelasan mengenai konsep konstruksivisme media:
1.
Media merupakan hasil
konstruksi.
Konten media merupakan cerminan dari kenyataan yang
berlangsung. Pada kenyataannya media menyajikan produksi redaksi yang
terpengaruh oleh budaya ekonomi dan politik di media tersebut.
2.
Representasi media
mengonstruksi realitas
Individu menerima pesan media dan menjadikan pesan tersebut
sebagai tuntunan hidupnya dalam beraktivitas.
3.
Pesan media berisi
nilai dan ideologi media
Pesan media yang terkontaminasi kepentingan pemilik media/
pemimpin redaksi terkadang harus dikritisi, karena mungkin saja terdapat
propaganda terselubung di dalamnya.
4.
Pesan media
berimplikasi sosial dan politik
Konten yang disampaikan media dapat berimplikasi terhadap
sosial dan budaya di sebuah negara.
Informasi yang diperoleh dari media
merupakan hasil konstruksi. Maka dari itu, kita sebagai audiens tidak menelan
mentah-mentah apa yang kita dapat dari media. Masyarakat atau audiens perlu
mendapat pendidikan literasi media agar mereka paham apa isi pesan yang
diberikan media tersebut.
Meiliani
14140110029
Tidak ada komentar:
Posting Komentar