Selasa, 22 Maret 2016

Filsafat Ilmu

Review Pertemuan 2 - Novita Andriyani 14140110203

(Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQWawnldFUpGL2mosylMrjNpIgKXvs4XNUa4Ftw88cUDC1KaqArRL8JneXjLc8fhpuLPQK6l-cf3mZEsM7uOn6Y2RGRh8YVVK_JZoE6Py8lcHfSPNaPF-csRgHn6rBVdnCe7Ynw6h_lekT/s1600/Flasafat+Ilmu.jpg)

Setelah sebelumnya kita sudah membahas mengenai filsafat itu sendiri, sekarang kita masuk dalam filsafat ilmu. Apa itu filsafat ilmu? Apa yang membedakan filsafat dengan filsafat ilmu? Filsafat adalah bentuk kegiatannya, kegiatan mencari tahu sesuatu, haus akan informasi, dan menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat ilmu sudah berbentuk pengetahuan, kumpulan dari hasil kegiatan mencari informasi yang didapat melalui kegiatan filsafat. Filsafat ilmu bisa disebut sebagai hasil akhir dari pencarian jawaban yang dilakukan setelah diamati sedemikian lama melalui filsafat.

Ada beberapa syarat untuk bisa menjadi suatu filsafat ilmu:
1. Melalui metode penelitian yang tepat dan sesuai.
2. Memiliki alur yang sistematis dari awal mempertanyakan sampai mendapatkan jawaban.
3. Diterima oleh semua orang.
4. Teori dapat dipertanggungjawabkan.

Ada beberapa tahapan sebelum ditemukannya sebuah 'ilmu':
1. Mitos --> ada kepercayaan yang dimiliki oleh orang dan dipercaya sebagai suatu mitos.
2. Rasa ingin tahu --> orang mulai menggali lebih dalam mengenai hal dibalik mitos yang diketahui.
3. Hipotesis --> mulai ada pandangan baru yang diciptakan atas dasar mitos tersebut. Ada yang dilihat secara nyata, ada juga yang hanya muncul di dalam pikiran masing-masing.
4. Teori --> mulai bermunculan teori-teori yang memperkuat hipotesis yang sudah terbentuk.
5. Ilmu --> setelah mengalami perbandingan, akhirnya kita mendapatkan suatu ilmu baru yang nantinya bisa diteliti lebih lanjut oleh generasi selanjutnya.
Kegiatan mencari ilmu ini harus didasari dengan metode penelitian.

Dalam mendapatkan jawaban, dapat melalui epistemologi yang dibagi dalam 2 kategori:
1. Rasio(nalisme) --> menggunakan akal budi
2. Empereia(lisme) --> menggunakan panca indra

Namun karena perdebatan panjang mengenai kedua pandangan tersebut, akhirnya muncullah kritisisme yang menjadi penengah antara rasio dan empiris.


Sumber: Permbahasan bersama dalam perkuliahan hari Selasa, 23 Februari 2016.
Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis, Drs. A. Susanto, M. Pd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar