Ontologis merupakan salah satu kajian yang paling kuno para filsuf Yunani. Hal ini membahas tentang keberadaan sesuatu yang bersifat nyata. Pada saat itu, tokoh yang memiliki pandangan ontologis adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Karena, pada saat itu belum banyak orang yang dapat membedakan apa yang tampak dan apa yang sesungguhnya.
Perkembangan dari filsafat pertama, metafisika, yang menggunakan bahasa natural sampai kepada filsafat alam (fisika) yang menggunakan bahasa formal bertujuan sama, yakni memahami hakikat realitas menurut suatu hukum akal budi yang bersifat universal, yakni ontologi.
Hakikat kenyataan atau realitas memang bisa didekati kenyataan atau realitas memang bisa didekati secara ontologis berdasarkan dua sudut pandang. Kuantitatif adalah sudut pandang yang menyatakan apakah kenyataan itu bersifat tunggal atau jamak. Sebaliknya kualitatif, adalah sudut pandang yang menyatakan apakah sebuah kenyataan atau realitas memiliki kualitas tertentu atau tidak. Hal ini berguna bagi studi-studi ilmu empiris seperti antropologi, sosiologi, kedokteran, ilmu kebudayaan, fisika, dan ilmu teknologi.
Dua teori etika paling utama adalah etika teleologis dan etika deontologis. Dalam etika teleologis, dikatakan bahwa suatu perbuatan adalah baik jika sesuai dengan tujuan kodrati (telos). Setiap hal menurut adanya tertuju pada tujuan sebagai pnenyempurnaan kodratnya. Etika deontologi muncul sebagai reaksi terhadap pemikiran etika teleologis yang dinilai terlalu inkinatif sehingga menghilangkan kehendak bebas manusia untuk mempertimbankan sendiri perbuatannya.
Damianus R. Soni Pati
14140110066
Tidak ada komentar:
Posting Komentar