Selasa, 29 Maret 2016

SEBUAH PERKENALAN SINGKAT AWAL FILSAFAT


Nama : Nur Zukhrufillah
NIM   : 14140110413

BAB I 
FILSAFAT : SEBUAH PERKENALAN SINGKAT

1.     Apa itu Filsafat?
·      aIstilah Filsafat berasal dari Bahasa Yunani Kuno yakini Philosophia dan Philosophos yang berarti “orang yang cinta pada kebijaksanaan” atau “cinta pada pengetahuan”. Pythagoras menggunakan istilah filsafat dipekirakan pada abad ke-6 SM. Istilah itu munculketika masyarakat yunani mengagumi kecerdasan dan menganggap dirinya sebagai ilmuan yang tahu segala hal. Dalam filsafat, kegiatan mencintai pengetahuan/kebijaksanaan itu dilakukan dengan mempertahankan sesuatu secara mendasar dan menyeluruh. Filsafat selalu memahami, dengan demikian, sesuatu secara mendasar dan menyeluruh. Dengan terus-menerus mencari suatu pengetahuan dan kebenaran. Oleh karena itu filsafat selalu identic dengan metode berfikir yang selalu mempertanyakan segala sesuatu secara kritis dan mendasar.pertanyaan itu mucul dari rasa ingin tahu manusia (homo curiosus) terhadap dunia dan dirinya. Adapun bentuk pertanyaan sehari-hari (pertanyaan sederhana) dengan pertanyaan teknis dan mendalam (pertanyaan serius). Dan oleh karena itu filsafat sering di sebut  bahwa filsafat adalah sebuah “tanda Tanya”, dan bukan “tanda seru”. Artinya, filsafat adalah sebagai upaya pencarian akan kebijaksanaan atau pencarian pengetahuan yang tidak pernah selesai.

      Beberapa pengertian yang digunakan untuk memahami apa itu filsafat. Yaitu :
a.     filsafat sebagai upaya spekualatif untuk menyajikan uatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas. filsafat mencoba memberikan suatu gambaran (pemetaan) tentang pemikiran manusia yang bercerai-berai menjadi suatu keseluruhan (bukan tentang realitas akan tetapi konseptual).
b.     Filsafat sebagai upaya untuk melukiskan hakikat realitas paling akhir serta paling dasar yang diakui sebagai satu hal yang nyata. Filsafat serta mencari sifat hakiki dari realitas, dengan ciri hakiki dari eksistensi manusia. Karena filsafat mempertanyakan hakikat realitas, maka pencarian filsafat ini sering memasuki dimensi kepercayaan, misalnya adanya kepercayaan kepada adanya Tuhan sebagai zat yang menciptakan semua realitas di alam semesta ini.
c.     Filsafat sebagai upaya untuk menentukan batas-batasan dan jangkauan pengetahuan: sumber pengetahuan, yaitu hakikat pengetahuan, keabsahan serta nilai-nilainya.
d.     Filsafat adalah suatu hasil dari suatu penelitian kritis atas penggadaian-penggadaian dan pernyataan-peryataan yang diajukan dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Misalnya, filsafat social, filsafat budaya, filsafat politik, filsafat hokum, filsafat psikologi, dan lain-lain.

2.     Dari Mitos ke Logos
·      ertany mencari sebuah jawaban atas berbagai macam pertanyaan telah dilakukan oleh para filsuf sepanjang sejarah pemikiran selama ribuan tahun. Adapun pertanyaan-pertanyaan filosofis itu muncul pada saat manusia sudah mulai menyadari bahwa dirinya berbeda dengan alam. Pada alam pikiran mistis (pra-logis), manusia, alam, tumbuhan, dan binatang digolongkan dalam sutu kelas. Maksudnya tidak ada perbedaan antara manusia dengan objek lain. Alam dianggap memiliki kekuatan (jiwa) yang disebut anima. Filsafat dalam pandangan pra-logis (mistis) ini juga disebut dengan hylozoisme. Pandangan ini lantas berganti dengan pandangan lain yaitu pandangan dunia logis yang melihat adanya suatu perbedaan antara manusia dengan alam (ontologis).  Semejak itulah manusia mulai untuk mempertanyakan alam dan dirinya.


3.     Periodisasi Filsafat Barat
·      Secara historis, filsafat barat dapat dibagi atas beberapa periode. Periode tersebut adalah pertama, Filsafat Yunani, kedua, Filsafat abad pertengahan, ketiga, Filsafat Modern, keempat, filsafat Kontemporer atau Postmodern. Itulah beberapa filsafat barat.
a)    Priode yunani
Dalam priode ini (600SM=400M), filsafat ini di bagi menjadi dua. Pertama, masa pra-Socrates dan kedua, masa Yunani Klasik atau juga selepas masa pra-Socrates. Filsafat bercirikan kosmosentris. Pertanyaan pada masa itu tentang alam dan terbuat dari apa alam itu. Berdasarkan rasio, para filsufi masa ini sampai pada kesimpulan bahwa alam itu merupan suatu susunan yang teratur dan harmonis.
b)    Priode Abad Pertengahan
Periode ini (400 – 1500 M) umumnya dibagi menjadi dua yakini zaman patristic dan zaman skolastik. Setelah berkembangnya agama Kristen di Barat, focus pemikiran filsafat berpusat pada ajaran-ajaran agama Kristen (tentang Tuhan) sehingga disebut teosentris. Filsafat dan pengetahuan pada era ini hanya ditunjukan sebagai alat untuk mengabdi pada teologi. Para filsufi zaman ini umumnya percaya bahwa kebenaran sejati hanya ada pada kitab suci (injil).
c)     Periode Modern
Periode ini umumnya dibagi menjadi dua yakni masa Renaisans dan masa Pencerahan. Masa Renaisans (abad ke-14 hingga ke-17) dan pencerahan (abad ke-18) adalah periode yang menjembatani Abad pertengahan. Sejak sekitar tahun 1000M hingga 1150 M para sarjana Kristen (Barat) mulai menggali kembali filsafat yunani dan ilmuan pengertahuan Arab (Islam). Pada awal perkembangan Islam. Para khalifah telah mendirikan berbagai macam akademi, sekolah, perusahaan, dan observatorium. Salah satu lembaga ilmiah itu adalah Bait Al-Hikmah yang didirikan di Baghdad oleh Al-Makmun yang berkuasa sejak 813 M.
     
4.     Pemetaan Cabang Filsafat
·      Pembidangan atau pencabangan filsafah terkait juga dengan perkembangan sejarah serta prinsip pembagian yang dilakukan oleh para filsuf. Aristoteles umpamanya, memasukan kedalam bidang filsafat di antaranya yaitu logika, etika, psikologi, filsafat politik, fisika, dan matematika. Ia mengelompokan filsafat ini pada tiga bagian yakini, filsafat spekualatif, filsafat praktis, dan ilmu produktif (Bagus, 1992). Filsafat teoretis dalam pandangan Aristoteles bersifat objektif. Filsafat ini dikembangkan demi tujuan pada dirinya atau filsafat demi filsafat itu sendiri. Cabang filsafat yang termasuk dalam wilayah filsafat teoretis ini adalah fisika, metafisika, biopsikologi. Selain Aristoteles ada ilmuan lain seperti Christian Wolff, Ted Honderich.

5.     Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama
·      Dalam ilmu filsafat yang salah satunya akan dibahas di etika adalah erkait moral. Moral adalah ajaran atau pertimbangan baik atau buruknya satu tindakan dilakukan secara individu atau masyarakat, sebagai manusia. Jika di sederhanakan di bagi menjadi dua golongan yaitu monisme moral dan pluraisme moral. Monism moral adalah suatu pandangan yang berpendapat bahwa nilai dan aturan moral itu hanya satu. Pandangan “keseragaman moral” ini berkaitan dengan asumsi monalisme ontologis atau keseragaman umat manusia. Penganut monalisme ini tidak menyangkal adanya perbedaan, akan tetapi perbedaan itu bukan pada nilai kemanusiaannya (parekh, 2008). Penganut monismme ini lebih menerima asumsi keunggulan moral dan ontologis terhadap “persamaan” daripada “perbedaan”. Artinya, persamaan jauh lebih dari penting dari pada keutamaan perbedaan. Berbeda dengan monism moral, pluralisme moral lebih memberikan pengakuan dan penghargaan pada pluralisme budaya, etnis, ras, dan lain-lain. Pluralisme moral menghargai perbedaan dan solidaritas anatara satu budaya,etnis, agama dengan nilai-nilai moralnya dengan yang lainnya. Pada era modern (abad 17 dan 18).


6.     Ciri Berfikir Filsafat
·      Berfikir secar filosofis adalah berfikir dengan ketat, dengan mempertimbangkan penalaran atau penarikan kesimpulan secara hati-hati. Berfikir filsafat menuntut kejelasan, keruntutan, konsensistensi dan sistematika. Ciri berfikir konsisten maksunya ialah berfikir secara filsafat itu mestilah runtut atau konsisten antara satu gagasan sebuah pertanyaan/ proposisi dengan gagasam pertanyaan lain. Sedangkan sistematis maksudnya adalah berfikri filosofi juga ditandai oleh sifat pemikiran yang menyeluruh. Artinya melihat sesuatu secara tidak berpisah. Berfikir secara filosofi itu adalah memberikan penjelasan tentang dunia, tentang manusia, tentang segala sesuatu, termasuk tentang bagaimana cara manusia mengetahui. Upaya mengetahui sesuatu pada akhirny bias memberikan keterangan tentang dunia dan semua yang ada di dalamnya. Misalnya pandangan atomisme Demokritos dan Lecretius adalah suatu pandangan dunia.

7.     Cara Belajar Filsafat
Bagaimana caranya belajar filsafat?
mengikuti Marx B. Woodhouse (2000), dia mengemukakan beberapa syarat untuk belajar berfilsafat. Adapun beberapa syarat tersebut antara lain :
a.     Untuk berfilsafat diperlukan empat sikap batin yang mendukung terjadinya komunikasi secara efektif. Apapun empat sikap batin tersebut adalah sebagai berikut:
-       Keberanian untuk menguji secara kritis hal-hal yang kita yakini.
-       Kesediaan untuk mengajukan hipotensis-hipotensis tentative dan untuk memberikan tanggapan awal terhadap suatu peryataan filsafat (termasuk pertanyaan dan tanggung jawab yang kadang kelihatan aneh sekalipun).
-       Kesediaan untuk menepatkan tekad pencarian kebenaran di atas kepuasan diri sendiri karena telah “menang” dalam suatu perdebatan atau kekecewaan karena “kalah”.
-       Kemampuan untuk memisahakan sikap/pandangan atau konflik pribadi karena ketidak mampuan memisahkan hal-hal yang bersifat pribadi ini akan membuat kekaburan berfikir dan menghambat diskusi (woodhiuse, 2000: 57)

b.     Berfilsafat adalah keterampilan yang mesti dikembangkan dalam praktik. Di samping itu, karena persoalan filsafat sangat beragam, maka peminat filsafat mesti dapat menggunakan berbagai metode secara sensitive dan tepat, dengan menyadari kekhususan dan keterkaitan dengan yang lain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar