Munculnya
Sebuah Kesan
Sebagai
mahasiswi fakultas komunikasi, penciptaan kesan bukanlah hal yang baru lagi.
Kesan merupakan hal yang penting di mana hal ini akan mempengaruhi penilaian
orang lain terhadap kita. Kesan sangat menentukan pola pikir atau persepsi dari
seseorang termasuk akan mempengaruhi diri kita sendiri. Misalnya, saat kita
pertama kali melihat seseorang dengan penampilan yang tidak rapi, gaya bicara
yang tidak runtut, tingkah laku yang tidak sopan, kesan yang kita persepsikan
mengenai orang tersebut pastilah kesan negatif. Kesan kita terhadap seseorang
akan terus sama sampai memang adanya perilaku yang mampu membuat kesan itu
berubah.
Kesan
memang penting. Kita memang ingin dinilai baik oleh orang lain. Jika positif,
kesan akan menimbulkan penghargaan namun, cacian juga bisa diberikan saat kesan
mengenai diri kita adalah negatif. Misalnya, ketika kita melihat dalam kasus
persepsi orang terhadap mereka yang berkulit hitam dan bertubuh kekar. Sadis,
kejam, dan hal-hal negatif lainnya yang kemudian kita persepsikan atas mereka,
padahal tidak semua yang berkulit hitam
dan bertubuh kekar itu kejam.
Segi
penampilan atau segi visual sangat mempengaruhi penilaian orang. Jika
penampilannya baik, maka akan dikatakan baik, demikian pula sebaliknya. Kesan
timbul dari apa yang kita lihat dan saksikan walau hanya secara sepintas. Oleh
karena itu, tidak jarang jika pengamatan kita sering tidak tepat.
Kesan
dan Kenyataan
Kesan
yang ada belum tentu menggambarkan kenyataan atau realita yang sesungguhnya,
apalagi kesan sepintas. Jangan pernah
puas hanya dengan hipotesa atau dugaan sementara. Untuk itu, prinsip pertama
yang perlu dipegang adalah jangan terlalu percaya dengan pengamatan visual,
terutama jika itu sepintas. Kesan sepintas secara visual sama seperti
orang-orang melihat foto. Foto seorang penguasa yang sedang memberikan
sumbangan kepada orang-orang yang dimuat di media masa akan menimbulkan kesan
bahwa beliau itu berjiwa sosial dan memiliki solidaritas yang tinggi.
Akibatnya, persepsi atau gambaran yang lain tentang beliau tersebut sering kali
tersingkirkan. Kalau ternyata kesan kita tersebut tidak menggambarkan kenyataan
yang sebenarnya, kita harus mengubahnya. Kesan dan persepsi yang dianut secara
dogmatis tidak akan mampu menggambarkan dan menjadi media pemahaman atas
kenyataan yang sebenarnya.
Menangkap
kesan dan memahami realitas memang tidak mudah. Kiya perlu mencari data dan
mengolahnya serta menganalisis fakta. Berhenti dan hanya percaya pada kesan sepintas
itu hanyalah gejala dari orang-orang yang tak mau tahu, apatis akan realitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar