FILSAFAT;
SEBUAH TANDA TANYA
Oleh
Monica
Khoirunnisa Permana
14140110383
Filsafat secara etimologis berasal dari
kata Yunani Kuno “philosophia” dan “philoshophos”. Philos atau philein memiliki
arti “cinta,” sedangkan Sophia berrati pengetahuan, kebenaran, hikmat atau
kebijaksanaan. Bila digabungkan berarti memiliki makna “cinta akan pengetahuan,
kebenaran, atau kebijaksanaan”. Arti sofis menjadi lebih dalam lagi menjadi
“Mencari tanpa henti pengetahuan, ragam gagasan, ide atau konsep yang mendasar”.
Menjadi seorag sofis berarti ada dua prinsip yang harus dipegang:
·
Ironi
o
Mengajukan
pernyataan-pernyataan yang bertolak belakang namun orang lain tidak menyadari
karena tertutup oleh kemampuan retorika
·
Skeptisisme
o
Meragukan segala kebenaran
Mempertanyakan sesuatu secara mendasar dan
menyeluruh merupakan kegiatan filsafat yang mencerminkan kecintaan akan
pengetahuan. Akhirnya filsafat dipahami sebagai upaya terus menerus mencari
pengetahuan dan kebenaran. Maka dari itu filsafat tidak asing dengan metode kritis
dan mendasar yang selalu mempertanyakan segala sesuatu. Pencarian jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul dari rasa ingin tahu manusia akan
selalu dicari jawabannya secara terus-menerus hinga ditemukan jawaban yang
mendekati. Menurut Herbert Spencer, filsafat diartikan sebagai upaya spekulatif
untuk menyajikan pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
Filsafat mencoba memberikan gambaran
pemetaan pikiran manusia yang belum menjadi suatu keseluruhan. Filsafat juga
bisa diartikan sebagai upaya melukiskan hakikat realitas. Karena filsafat
mempertanyakan hakikat realitas.
Filsafat di Yunani diawali dengan
munculnya pemikiran yang mempertanyakan asal-mula alam (kosmologi). Penjelasan
mitologis dalam menjelaskan asal mula alam dianggap tidak memuaskan.
Penjelasan-penjelasan seperti dewa dan legenda-legendanya dianggap tidak
memenuhi tuntutan rasio atau logos. Maka, para filsuf mencari jawaban yang
lebih rasional. Karena penjelasan mitologi dianggap kurang jelas dan yidak dapat
dikontrol rasio. Dari situlah filsafat lahir ketika logos (akal budi)
menggantikan mitos. Secara historis filsafat terbagi menjadi beberapa periode.
Pertama adalah Filsafat Yunani, Abad Pertengahan, Modern, dan Kontemporer atau
Post Modern. Dalam pembagian cabang dan bidang, perkembangan sejarah turut
menyumbang prinsip pembagain. Aristoteles contohnya ia memasukan logika,
estetika, psikologi, filsafat politik, fisika, dan matematika. Secara umum,
pembagian bisa dikaji dalam tiga bidang:
1.
Ontologi
2.
Epistemology
3. Aksiologi
Ciri berpikir secara filosofis adalah
dengan sangat berhati-hati. Kejelasan, keruntutan, konsistensi dan sistematika
dituntut dalam berfikir filsafat. Berpikir konsisten memiliki ciri, yakni harus
runtut atau konsisten terhadap suatu pernyataan atau gagasan lain. Sistematis
artinya mengikuti system tertentu. Melihat sesuatu secara menyeluruh juga
diharuskan dalam berfirkir filosofis.
Perbedaan antara filsafat, ilmu
pengetahuan, dan agama terletak pada ciri berpikir. Berpikir secara filosofis
berarti berpikir secara radikal, konsisten, sistematik dan bebas. Perbedaan
antara filsafat dnegan ilmu pengetahuan
adalah, jika filsafat mengkaji tentang manusia, maka kajian tentang
manusia ini dilakukan secara menyeluruh, sementara ulmu pengetahuan mengkaji
manusia dari sisi tertentu. Perbedaan antara filsafat dan agama adalah
berdasarkan sumbernya. Filsafat berdasarkan pengalaman dan rasio, sedangkan
agama bersumber dari wahyu Tuhan. Walaupun ada perbedaan antara filsafat, ilmu
pengetahuan dan agama, ada persamaan diantara ketiga ini. Ketiganya sama-sama
mencari kebenaran walaupun berangkat dari sisi yang berbeda.
Marx B. Woodhouse mengemukakan beberapa
syarat untuk belajar filsafat, antara lain:
1.
Keberanian menguji hal kritis
yang kita yakini
2.
Kesediaan mengajukan hipotesis
dan memberi tanggapan terhadap suatu pernyataan
3.
Kesediaan untuk menepatkan
tekad pencarian kebenaran di atas kepuasan diri sendiri karena telah “menang” dalam suatu perdebatan
atau kekecewaan karena “kalah”
4.
Kemampuan untuk memisahkan
sikap/pandangan atau konflik pribadi
yang akan membuat kekaburan berpikir dan menghambat diskusi
5.
Keterampilan berfilsafat harus
dikembangkan dalam praktik.
6.
Belajar filsafat dan
berfilsafat bisa dilakukan dengan membaca karya-karya filsuf dengan sikap
kritis.
7. Dalam berfilsafat atau berpikir hindarilah bersikap kekeuh dengan
pendapat pribadi. Perlu argument jelas mengapa setuju dengan suatu teori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar