Kemunculan filsafat
sudah dirasakan sejak ribuan tahun yang lalu. Istilah filsafat yang diduga
dikenal melalui Pytaghoras pada abad ke-6 SM, berasal dari bahasa Yunani Kuno,
yaitu philoshopia dan philosophos yang berarti “orang yang
cinta pada kebijaksanaan/pengetahuan”. Istilah tersebut muncul karena kekaguman
masyarakat Yunani terhadap ilmuwan yang mengetahui segala hal.
Kegiatan mencintai
pengetahuan tersebut dilaksanakan dengan rasa keingintahuan manusia(homo curiosus) yang besar terhadap
dirinya dan dunia, serta menanyakannya secara mendasar dan menyeluruh. Dalam
memahami filsafat terdapat beberapa pengertian, yaitu sebagai berikut.
1.
Filsafat sebagai upaya spekulatif untuk
menyajikan pandangan sistematik dan lengkap tentang realitas
2.
Filsafat sebagai upaya untuk menjelaskan
hakit realitas paling akhir dan dasar yang diakui secara nyata.
3.
Filsafat sebagai upaya untuk menentukan
batas-batas dan jangkauan pengetahuan.
4.
Filsafat sebagai hasil suatu penelitian
kiritis atas pengandaian dan pernyataan yang diajukan kepada berbagai bidang
ilmu pengetahuan.
5.
Filsafat sebagai disiplin ilmu yang
membantu manusia dalam menyatakan apa yang akan dikatakan dan mengakatan apa
yang dilihat.
Pada awalnya, filsafat
di Yunani muncul karena adanya ketidakpuasan atas penjelasan mitologis dalam
pemikiran yang mempertanyakan asal mula alam(kosmologi). Misalnya, dalam kajian
kosmologi primitif, bumi itu dianggap seperti meja dan di atasnya terdapat
mangkok setengah lingkaran. Penjelasan secara mitologi dianggap tidak masuk
dengan rasio atau logika. Maka dari itu, terdapat pernyataan bahwa filsafat
lahir sebagai pengganti mitos.
Pemetaan terhadap
filsafat akhirnya lahir karena adanya perkembangan sejarah serta prinsip para
filsuf. Filsuf yang ikut membagi filsafat adalah Aristoteles, Christian Wolff,
Ted Honderich, Imanuel Kant, dan lain-lain. Secara umum, terdapat tiga
pembagian bidang filsafat, yaitu sebagai berikut.
1.
Ontologi atau yang sering disebut
sebagai metafisika merupakan cabang filsafat yang membahas tetang
‘ada’/’realita’. Dalam kajian metafisika, terdapat pertanyaan yang berhubungan
dengan keseharian manusia. Namun, tidak ada pertanyaan filsafat yang dijawab
secara memuaskan dan pertanyaan tersebut akan selalu muncul. Pertanyaan
tersebut berasal dari dua cara pandang, yaitu monisme dan pluralisme. Monisme
diartikan sebagai pandangan yang beranggap bahwa alam semesta berasa dari satu
sumber. Misalnya, secara materialistik, seorang penganut monisme seperti
ilmuwan akan beranggapan alam terdiri dari atom-atom. Sedangkan, secara
idealistik, penganut monism akan alam ini bersumber dari Tuhan yang Maha Esa.
Cara pandang yang ke dua adalah pluralisme yang beranggapan alam semesta
berasal dari beragam sumber atau berbagai subtansi, seperti air, udara, tanah,
dan api.
2.
Epistemologi merupakan cabang filsafat
yang mengkaji hakikat pengetahuan. Cabang ini dapat dibahas dengan berbagai
pandangan, seperti rasionalisme dan empirisme. Orang yang menguji pengetahuan
melalui rasionalisme akan menggunakan akal budinya untuk berpikir, seperti pasangan
suami dan istri ada digunakan dengan akal rasional. Sedangkan, orang yang menggunakan cara empiris, maka
akan mencari pengetahuan tersebut melalui apa yang ia lihat, seperti terjadinya
Perang Dunia II (1974) akan ia percayai ketika membaca dokumen yang ada.
3.
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang
membahas tentang nilai. Nilai tersebut tidak hanya menjurus kepada pengertian
etis saja, tetapi juga estetis. Bidang yang terkait adalah etika dan estetika.
Filsafat dengan ilmu
pengetahuan dan agama sering menimbulkan pertanyaan mengenai apa perbedaan di
antara ketiganya. Dalam membedakan
filsafat dan ilmu pengetahuan, kita dapat melihatnya dari cara pengkajian dalam
suatu hal. Contohnya, jika manusia dipandang melalui filsafat, kita akan
membahas secara menyeluruh sampai ketahap metafisis dan normatif. Sedangkan,
dalam ilmu pengetahuan akan dipandang melalu sisi yang terbatas, seperti aspek
biologis, psikis, anatomis, dan sosiologis. Selain itu, terdapat perbedaan
antara filsafat dan agama, perbedaan yang paling menonjol adalah
sumbernya. Filsafat bersumber dari
pengalaman dan rasio. Sedangkan, agama bersumber dari iman(kepercayaan)
terhadap wahyu Tuhan.
Ciri berpikir secara
filosofis dijelaskan melalui cara berpikir yang ketat dengan menimbang nalar
dan kesimpulan yang ditarik. Filsafat menuntut kejelasan, keruntutan,
konsistensi, sistematika, dan komprehensif.
Filsafat sendiri dapat
dipelajari dengan berbagai cara. Marx B. Woodhouse(2000) mengungkapkan syarat
belajar berfilsafat, yaitu sebagai berikut.
1.
Belajar filsafat melalui empat sikap
batin, yaitu keberanian untuk menguji, kesedian merumuskan hipotesis,
memantapkan tekad untuk pencarian, serta kemampuan untuk menjauhkan pandangan
pribadi.
2.
Harus dapat menggunakan metode secara
tepat.
3.
Menyatukan belajar filsafat dan
berfilsafat sekaligus sehingga terbentuk suatu kebiasaan berpikir secara
filosofis.
4.
Menghindari sikap egois terhadap
pandangan pribadi.
5.
Memisahkan argumen filosofis dengan
praktik psikologi.
6.
Menganalisis dari sisi kritis dan
konstruktif.
7.
Mempertimbangkan kekuatan kritik yang
akan diberikan terlebih dahulu.
Berbagai metode dapat
diterapkan untuk memahami filsafat. Seperti, metode kritis, metode intuitif,
metode skolastik, metode geometri, metode empiris, metode transcendental,
metode dialektis, metode fenomenologi, dan metode analisis bahasa. Di samping
metode tersebut, juga terdapat metode strukturalis, dekonstruksi,
post-strukturalis, semiotika, analisis wacana, dan lain-lain. Filsafat sangat
memerlukan metode-metode tersebut karena ilmu ini memiliki tugas untuk
menginterpretasikan beragam bentuk pengalaman manusia.
Manfaat belajar
filsafat dapat kita rumuskan dari pembahasan di atas, yaitu filsafat dapat
memberikan pertimbangan etis terhadap suatu c dengan mengubah apa yang diyakini
sebelumnya, cara pandang terhadap dunia, serta nilai-nilai pandangan dunia.
Selain itu, belajar filsafat akan membentuk kemandirian intelektual, membangun
sikap toleran, dan menjauhkan dari pandangan dogmatism secara lebih kritis.
Intinya, filsafat membantu pembentukan pemikiran dengan menyusun
keyakinan-keyakian dengan argumentasi rasional.
ADHYRA RAMADIANI
14140110360
Tidak ada komentar:
Posting Komentar