Ilmu Pengetahuan dalam
Perspektif Ontologis
Monica Khoirunnisa Permana
14140110383
ontology meupakan
kajian filosofis opaling kuno yang dibuat oleh para filsuf Yunani. Studi ini
membahas seputar keberadaan sesuatu yang sifatnya nyata atau konkret. Thales
adalah tokoh Yunani yang berpandangan ontologis, begitu pula dengan Plato dan
Aristoteles. Belum banyak orang yang bisa membedakan apa yang tampak dan apa
yang sesungguhnya saat itu. Thales memiliki pendirian bahwa segala seuaty itu
mungkin sesekali berasal dari satu substansi belaka, sehingga sesuatu itu tidak
bisa dianggap ada muncul sendiri.
Kenyataan dan realitas bisa didekati
secara ontologis. Sudut pandang pertama adalah kuantitatif, yaitu
mempertanyakan apakah kenyataan tunggal atau lebih. Kedua adalah kualitatif,
yang mempertanyakan apakah realitas memiliki kualitas tertentu. Beberapa aliran
dalam bidang ontology adalah, realism, naturalism, dan empirilisme.
Cara pandang ini menjadi factor
mengapa mitos-mitos di dunia mulai runtuh. Cara pandang yang mendasarkan
penjelasan kenyataan dunia secara rasional
dengan akal sehat sangat bertabrakan dengan sudut pandang dongeng dan
mitos. Perkembangan bahasa dari bahasa natural ke logis juga ikut terdorong. Dengan
bahasa natural, manusia pikirannya berkembang kearah spekulatif dan berkembang
ke pengetahuan teoretis yang dikenal sebagai metafisika atau filsfafat pertama.
Akhirnya manusia mulai meninggalkan cara pemikiran metafisis dan kemudian
menggunaakan logika dan matematika sehingga pertanyaan-pertanyaan metafisis
tadi menjadi jelas dan ditingtif.
Konteks metafisika adalah pencarian penetahuan murni sebagai
pengetahuan sejati, yaitu pengetahuan tunggal yang tidak berubah. Plato
menyebutnya sebagai pengetahuan ideal, Descartes menyebutnya sebagai pengetahuan
rasional, dan Kant menyebutnya apriori.
Jadi pengetahuan metafisika menekankan usaha manusia yang terus
membersihkan pengetahuannya dari unsur yang tidak tetap untuk memahami
kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar