Filsafat
berasal dari bahasa Yunani Kuno adalah philosophia
dan philosophos yang berarti “mereka
yang cinta kebijaksanaan” atau “cinta kepada pengetahuan”. Diduga yang pertama
kali menggunakan istilah filsafat adalah Phytagoras pada abad ke-6 SM. Filsafat
dikatakan sebagai akar ilmu pengetahuan karena filsafat bermuncul dari rasa
heran, rasa ingin tahu, selalu bertanya-tanya akan sesuatu, ‘why?’. Manusia merupakan makhluk homo curiosus, selalu ingin tahu. Tetapi
keingintahuan inilah yang memicu mereka bertanya-tanya mengenai sesuatu secara
mendasar dan menyeluruh serta lahirlah filsafat. Pertanyaan tersebut pun tak
selalu adalah pertanyaan yang serius atau mendalam secara teknis yang
jawabannya pun belum ada yang konkret, tetapi juga pertanyaan sederhana seperti
pertanyaan mengenai, ‘setelah ini apa yang ingin aku lakukan?’ dapat memicu
munculnya filsafat. Secara garis besar, pertanyaan teknis dan mendalam akan
menghasilkan jawaban yang disebut filsafat. Tidak ada jawaban yang konkret
dalam filsafat melainkan adanya jawaban yang semakin lama semakin mendekati
kebenaran. Karena filsafat adalah sebuah ‘tanda tanya’, bukan ‘tanda seru’,
filsafat itu adalah pengetahuan yang tak pernah selesai.
Filsafat dapat dipahami melalui
beberapa cara. Di antaranya sebagai berikut :
1. Filsafat sebagai upaya spekulatif yang
merupakan pandangan sistematik tentang sebuah realitas. Terdapat pemetaan
terhadap pemikiran manusia yang abstrak menjadi suatu keseluruhan, bukan
mengenai realitas melainkan konseptual.
2. Filsafat mencoba mencari sifat hakiki
dari realitas. Melukiskan realitas paling akhir yang diakui sebagai hal yang
nyata. Filsafat mempertanyakan hakikat realitas, pencarian ini masuk dimensi
kepercayaan seperti terhadap Tuhan sebagai Sang Pencipta. Adalah disebut
filsafat metafisika.
3. Filfasat sebagai upaya menentukan batas
dan jangkauan pengetahuan, sumbernya, hakikatnya, serta nilai yang tercantum.
Adalah disebut filsafat epistemologi.
4. Filsafat sebagai penelitian kritis atas
pengandaian atau pertanyaan yang muncul dari berbagai ilmu pengetahuan.
5. Filsafat sebagai disiplin ilmu untuk
menyatakan apa yang kita katakana dan untuk mengatakan apa yang kita lihat.
Adalah disebut filsafat analitik.
Filsafat merupakan wilayah yang tak
berujung, berada di antara ilmu pengetahuan dan teologi. Jacques Maritain
menganggap filsafat sebagai upaya memahami ide yang berkembang dari proses
bertanya, ‘thinking about thinking’,
lebih terfokus terhadap pembahasan mengenai teori dan pemikiran di dalam ilmu
pengetahuan.
Dari Mitos ke Logos
Alam dianggap memiliki kekuatau yang
disebut anima. Pandangan mistis menyebut ini dengan hylozoisme. Lantas berganti dengan pandangan yang melihat perbedaan
antara manusia dengan alam, atau secara ontologis. Filsafat sendiri muncul
akibat dari para filsuf yang tidak puas atas mitos yang tidak dapat dipikirkan
baik secara rasio maupun pengalaman. Kemudian, filsafat di Yunani diawali
dengan munculnya kosmologis atau pemikiran yang mempertanyaan asal-mula alam.
Perubahan dari mitos ke logos ini
dikarenakan penjelasan pada mitos itu tidak memenuhi kaidah rasio atau logos itu sendiri. Seperti dalam kajian
kosmologi primitif bahwa bumi dianggap seperti meja dan di atasnya ada sebuah
mangkok sentengah lingkaran.
Periode Yunani
Adapun
para filsuf yang berperan besar dalam filsafat dunia adalah Thales, Phytagoras,
Heraclitos, Socrates, Plato, Aristoteles. Mereka mengabaikan penjelasan mitos
dan dewa-dewa Yunani. Filsuf Yunani pada periode ini ada yang beranggapan bahwa
segala sesuatu mengalir dan dalam proses menjadi, artinya adalah seseorang
tidaklah bergerak dalam kehidupan, akan tetapi kehidupan itulah yang mengalir
melalui kita. Ada pula ucapan filsuf periode ini yang terkenal sampai saat ini,
yaitu ‘Kenalilah dirimu sendiri!’, adalah konsep pengenalan diri yang akan berkembang
dalam bentuk introspeksi sebagai upaya untuk membedakan antara dimensi
kejahatan dan kebaikan pada diri manusia. Filsafat yang fokusnya terhadap
manusia dan permasalahannya disebut ‘antroposentris’.
Periode Abad Pertengahan
Periode ini dibagi menjadi dua zaman,
Patristik dan Skolastik. Disebut zaman patristic adalah ketika patres atau ahli agama Kristen menguasai
pemikiran filsafat. Era ini ditujukan sebagai alat untuk mengabdi pada teologi
Kristen. Namun ilmu pengetahuan yang dipelajari di Katedral justru untuk
mendukung doktrin teologi. Kemudian, terjadi perkembangan baru yang dimulai
melalui lahirnya sekolah di katedral yang disebut menjadi masa Skolastisisme.
Terdapat pembagian pembeda antara ilmu pengetahuan dengan agama akan tetapi
tidak ada pertentangan di antara keduanya. Filsuf pada periode ini mengatakan
bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari pengalaman yang kemudian diolah oleh
rasio. Filsuf ini juga berpendapat bahwa masalah agama harus diselesaikan
melalui kepercayaan, namun tetap membutuhkan rasio.
Periode Modern
Periode ini umumnya dibagi dua yaitu
masa Renaisans dan masa Pencerahan. Kedua masa ini merupakan jembatan antara
Abad Pertengahan dengan Abad Modern. Zaman pencerahan adalah zaman yang
menghasilkan pemikiran yang sangat berpengaruh bagi seluru aspek kebudayaan
modern. Sedangkan pada masa Renaisans muncul kembali upaya membangkitkan
kebebasan berpikir seperti pada masa Yunani. Kombinasi filsafat Yunani dan
humanism telah melahirkan kebebasan individu pada masa itu. Manusia menjadi
pusat segala-galanya. Adapun otoritas gereja mulai memudar. Mulai pula
berkembang reformasi yang berbuah dengan pemisahan Protestan dari Katolik.
Pemikiran zaman Reinaisans dan Pencerahan adalah pemikiran yang menjadi dasar
spiritual bagi zaman Modern. Dengan berkembangnya Renaisans, maka reduplah
pemikiran Abad Pertengahan dan Skolastik.
Periode
Postmodern atau Kontemporer
Postmodern dalam filsafat adalah
pemikiran yang berkembang sesudah mengatasi era Modern. Tetapi ada juga yang
mengartikan postmodern sebagai kebudayaan dan pemikiran lanjutan dari Modern
dengan mencoba mengatasi kekurangan yang timbul dalam budaya dan pemikiran
Modern itu. Dan masih ada beberapa pemikiran mengenai pengertian dari
postmodern.
Pemetaan Cabang Filsafat
Pencabangan filsafat terkait dengan
perkembangan sejarah yang dilakukan oleh para filsuf. Secara umum, pemetaan
bidang filsafat dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu
1. Ontologi, cabang filsafat yang membahas
masalah ‘ada’/’realitas’. ‘ada’ secara umum, bukan ‘ada’ yang bersifat khusus.
2. Epistemologi, cabang filsafat yang
mengkaji mengenai hakikat pengetahuan atau membahas persoalan tentang dari
manakah pengetahuan itu berasal atau apakah sumber pengetahuan itu,
bagaimanakah manusia mengetahui, dsb.
3. Aksiologi, cabang filsafat di samping
ontology dan epistemologi, membahas mengenai nilai atau value. Nilai yang dimaksud tidak hanya mengaju pada pengertian
etis, namun juga estetis.
Filsafat,
Ilmu Pengetahuan dan Agama
Perbedaan filsafat dengan ilmu
pengetahuan tercirikan pada cara berpikir yang radika dan komprehensif.
Filsafat mengkaji mengenai manusia secara menyeluruh/utuh sedangkan ilmu
pengetahuan mengkaji manusia dari sisi tertentu seperti dilihat dari segi
biologis, psikis, dll.
Perbedaan filsafat dengan agama
dapat dilihat berdasarkan sumbernya. Jika filsafat bersumber dari pengalaman
dan rasio. Maka agama bersumber dari iman atau wahyu Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar