Kesan dan realita
merupakan dua hal yang berbeda tetapi berjalan selaras karena terkadang orang
salah menilai bahwa ‘kesan’ tersebut adalah atau sama dengan realita. Seperti
hal nya saat kita bertemu gerombolan orang di jalan dengan postur badan yang
kekar serta berotot, baik bertato ataupun tidak, jujur saja kesan pertama yang muncul
di benak kita adalah mereka itu preman, tetapi yang tidak kita sadari adalah
tanpa sadar dari kesan tersebut membuat kita percaya bahwa itulah faktanya
karena itu yang terlihat karena kesan akan muncul ketika kita melihat gaya
penampilan atau bagaimana orang lain itu bersikap.
Tentu saja kesan sangat berpengaruh
terhadap penilaian mengenai seseorang, seperti halnya pada orang yang
‘terlihat’ seperti preman. Bayangan kita menilai mereka sama seperti preman
dengan sosok yang kasar, pemalak, tidak punya hati, dsb. Padahal belum tentu
pandangan kita dalam menilai mereka itu benar karena merekapun belum tentu
adalah preman seperti yang kita lihat dari kesan yang ditunjukkan. Kesan adalah
faktor yang menentukan bagaimana kita menilai orang dan persepsi terhadap orang
tersebut.
Namun, kebanyakan orang terpengaruh
dengan segi visual orang lain saja hingga muncul pikiran di benak kita, “dia
terkesan…”, “karena penampilannya yang…”, yang tak jarang spekulasi tersebut
berubah menjadi realita yang kita percaya. Kesan itu muncul akibat pengaruh
dari apa yang kita lihat, apa yang tampak, secara sepintas. Oleh karena
sepintas itu mengapa pengamatan kita terhadap seseorang sering tidak tepat.
Contohnya, bila bertemu Bob Sadino di jalanan, siapa yang akan tahu bahwa dia
adalah seorang yang kaya raya? Bila hanya melihat dari bentuk visual yang
nampak. Dengan gayanya yang simple adalah ciri khasnya, bukanlah orang yang
rapih seperti parlente masa sekarang. Dan dibalik gaya simplenya itu ternyata
Ia adalah seorang yang terpandang. Karena semua juga tergantung dari apa yang
tak terlihat dibalik dari pengamatan sekilas kita.
Yang paling penting adalah, kesan
belum tentu adalah kenyataan yang sebenarnya. Berhati-hatilah bila terlalu
terpaku dengan kesan saja karena dengan begitu kita tidak memahami kenyataan
yang sebenarnya. Kesan memang diperlukan tetapi yang harus diketahui bahwa,
janganlah terlalu gegabah menentukan sebuah kesan adalah realita yang nyata
karena itu bisa saja merupakan kesan semu yang akan membawa kita ke realitas
yang semu juga. Dan apabila dengan kesan tersebut membuat kita beranggapan
telah mengetahui realitasnya, berarti kita melanggar pengertian bahwa realita
itu bersifat holistis atau multidimensi, sedangkan kesan berdasarkan segi
visual adalah bersifat lamis atau
seperti ‘topeng’. Perlu diingat bahwa kesan bukanlah sesuatu yang dogmatis dan
realitas pasti berubah. Perlu diakui pula bahwa dalam memahami realitas yang
sudah terjerumus dari kesan pertama tidaklah mudah, karena dalam realitas pun
masih banyak kepalsuan serta menciptakan pula realitas semu.
Oleh :
Ghesilia Gianty
NIM :
14140110386
Tidak ada komentar:
Posting Komentar