Zaman Yunani Kuno Hingga Awal Abad XX
Hakikat filasafat adalah upaya
mencari kebijaksanaan yang mampu mencerahi manusia, agar bisa menempatkan diri
dan memainkan peranannya secara tepat dalam kompleksitas pengalaman, mereka
mencari bahan utama yang mendasari segala sesuatu yang ada. Sang baik, sang
benar atau sang indah dianggap sebagai ide yang menduduki posisi puncak pada
tata urutan dunia ide yang mendasari dan mempersatukan berbagai ide.
Aristoteles yang menekankan kenyatan benda-benda materian dunia ini, tidak bisa
mengelak dari keharusan sistimnya untuk mempempatkan primum movers immobile
sebagai prinsip awal sekaligus tujuan akhir dari semua kenyataan.
Sementara
di jaman yunani kuno peran filsafat memonopoli pemahaman mengenai pengetahuan
sejati, abad pertengahan menjadikan teologi sebagai rival utama filsafat bahkan
ciri khas abad pertengahan ialah bahwa semua filsuf pada dasarnya adalah
teolog. Maka tidak mengherankan jika sejak saat itu berkembang anggapan bahwa
philosophia est ancilla theologiae.
Perkembangan
ilmu (sains) pada abad ke XIV merupakan pemicu bergesernuya manusia di dalam
upayanya untuk mnyatukan pemahamannya sebagai kenyataan. Tokoh-tokoh seperti
Keplet dan Galileo meletakkan dasar sains klasik pada jaman modern, sains model
newton. Filsafat modern dimulai dengan Rene Descartes menekan perlunya penemuan
kebenaran-kebenaran baru di Perancis atau dengan Francis Bacon di Inggris yang
menekankan bahwa knowledge is power.
Focus
perhatian digeser dari teologi yang menempatkan Allah sebagai pusat
segala-galanya ke manusia dengan budinya sebagai unsur penentu di dalam
percaturan pengalaman. Studi-studi litarer dan cita-cita pendidikan baru
berkembang subur di dalam gerakan humanistic renaissance, sedangkan sains
berkembang melalui gerakan saintifik reinasissancy. Perkembangan dipicu lebih
cepat dengan jaman akal budi yang ditandai oleh gerakan pencerahan pada abad ke
XVIII dan semangan umum dari enlightment adalah rasionalist. Budi yang tidak
dihalangi oleh iman akan pewahyuan atau kekuasaan kebiasaan dan intuisi,
gerakan ini berkembang melalui abad XIX dari para rasionalist dan humanitarian
abad itu.
Semangat
mengandalkan budi dan menjadikan manusia menjadi pusat kenyataan berkembang
terus sampai memasuki abad ke XX, sering disebut jaman kontemporer, tidak
terlalu mudah untuk diidentifikasi ciri khasnya. Selanjutnya perlu diingat
bahwa dominasi filsafat analitik di awal abad ini tidaklah mutlak sebab
disamping filsafat analitik masih berkembang berbagai aliran yang tidak boleh
dianggap remeh pengaruhnya. Yang perlu diperhatikan antara lain adalah
pragmatism, yang menekankan aspek tindakan konkret, fenomenologi yang
menekankan metode penyelidikan untuk sampai kepada hakikat objek,
eksitensialisme yang menekankan kenyataan sebagai kenyataan yang dialami dengan
masalah konkretnya, hegelianisme-marxisme yang menekankan pentingnya sejarah,
filsafat proses yang menekankan proses sebagai fakta utama yang melibatkan
segala aspek pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar