Ontologi merupakan salah satu kajian filosofis yang paling
kuno di Yunani. Pada masa Aristoteles dan Plato, belum banyak orang yang bisa
membedakan apa yang terlihat dan yang sesungguhnya dan beranggapan bahwa segala
sesuatu berasal dari satu subtansi belaka.
Hakikat kenyataan atau realitas dapat didekati dari dua
sudut pandnag. Pertama dari kuantitatif, mempertanyaakan kenyataan tunggal atau
jamak. Kedua, yaitu sudut pandang kualitatif yang memandang kualitas tertentu. Beberapa
aliran dalam bidang ontology adalah realisme, naturalism, eksistensi, esensi,
subtansi, tunggal, dan jamak. Orang yang ingin memahami konsep ontology harus
mengerti bahwa ontologi berguna bagi studi ilmu empiris lainnya, seperti antropologi,
sosiologi, kedokteran, ilmu kebudayaan, fisika, dan teknologi.
Meninggalkan mitos, penggunaan akal sehat digunakan dengan
frekuensi yang cukup banyak. Melalui bahasa natural, pemikiran manusia mengenai
realitas dikembangkan secara spekulatif dan universal sehingga tercipta ilmu
pengetahuan teoritis atau metafisika. Namun, refleksi manusia kini berkembang meninggalkan cara metafisis dalam ilmu alam. Bahasa
natural dianggap menjadi bahasa abstrak. Perkembangan dari filsafat pertama
yang menggunakan bahasa natural sampai filsafat alam dengan bahasa formal
bertujuan sama, yaitu untuk memahami hakikat realitas dengan akal budi dan
bersifat universal (ontology).
Konteks metafisika sendiri adalah pencarian pengetahuan
murni sebagai pengetahuan yang sejati, berarti pengetahuan tunggal yang tidak
berubah-ubah. Plato beranggapan bahwa pengetahuan tersebut adalah pengetahuan
yang paling ideal. Descrates mengatakan itu merupakan pengetahuan rasional. Kant
menyebutnya apriori. Ketiganya menekankan pada hakikat realitas yang mengingat kembali ide-ide yang menjadi apriori dalam suatu rasio. Cabang metafisika menekankan pada pengetahuan manusia dari sudut pandang universal dan transhistoris.
ADHYRA RAMADIANI
14140110360
Tidak ada komentar:
Posting Komentar