EPISTEMOLOGI
Secara etimologi, epistemologi
merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu
episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai
untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistematik. Dengan demikian epistemologi
dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Dalam
Bahasa Inggris epistemologis disebut sebagai The Theory of Knowledge dan dalam
bahasa Indonesia epistemologi disebut filsafat pengetahuan.
Epistemologi juga disebut logika,
yaitu ilmu tentang pikiran. Akan tetapi, logika dibedakan menjadi dua, yaitu
logika minor dan logika mayor. Logika minor mempelajari struktur berpikir dan
dalil-dalilnya, seperti silogisme. Logika mayor mempelajari hal pengetahuan,
kebenaran, dan kepastian yang sama dengan lingkup epistemologi. Epistemologi atau teori pengetahuan
adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan linkup pengetahuan,
pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Pengetahuan merupakan khasanah
kekayaan mental yang secara langsung ataupun tak langsung memperkaya kehidupan
kita. Pengetahuan pada hakikatnya segenap apa yang kita ketahui tentang objek
tertentu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia.
Macam bagian pengetahuan lain adalah seni dan agama. Pengetahuan merupakan
sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan itu disusun. Ketiga landasan itu saling berkaitan. Jadi ontologi ilmu berkaitan dengan epistemologi ilmu dan selanjutnya aksiologi ilmu.
Pengetahuan dikumpulkan ilmu untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari ditemui manusia. Pengetahuan ilmiah atau dikenal dengan ilmu dapat diibaratkan sebagai alat bagi manusia untuk memecahkan berbagai persolanan yang dihadapinya.
Seni merupakan bagian lain dari pengetahuan yang mencoba mendeskripsikan gejala dengan sepenuh maknanya. Seni merupakan daya inspirasi dan daya cipta manusia yang bebas dari berbagai cengkraman dan belenggu ikatan. Sedangkan ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal. Sedangkan seni tetap bersifat individual dan personal dengan memusatkan perhatiannya pada pengalaman hidup perorangan. Ketidakmungkinan ilmu mengembangkan konsep teoritis yang menyebabkan mengapa sebuah peradapan dengan seni terapan yang tinggi tidak mampu mengembangkan diri dalam bidang keilmuwan. Karena konsep teoritislah yang dijadikan tumpuan untuk mengembahkan pengetahuan ilmiah. Ilmu juga kurang berkembang di kebudayaan timur yang karena aspek kultural lebih mengembangkan berpikir etis dan kearifan dari pada cara berpikir ilmiah.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan itu disusun. Ketiga landasan itu saling berkaitan. Jadi ontologi ilmu berkaitan dengan epistemologi ilmu dan selanjutnya aksiologi ilmu.
Pengetahuan dikumpulkan ilmu untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari ditemui manusia. Pengetahuan ilmiah atau dikenal dengan ilmu dapat diibaratkan sebagai alat bagi manusia untuk memecahkan berbagai persolanan yang dihadapinya.
Seni merupakan bagian lain dari pengetahuan yang mencoba mendeskripsikan gejala dengan sepenuh maknanya. Seni merupakan daya inspirasi dan daya cipta manusia yang bebas dari berbagai cengkraman dan belenggu ikatan. Sedangkan ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal. Sedangkan seni tetap bersifat individual dan personal dengan memusatkan perhatiannya pada pengalaman hidup perorangan. Ketidakmungkinan ilmu mengembangkan konsep teoritis yang menyebabkan mengapa sebuah peradapan dengan seni terapan yang tinggi tidak mampu mengembangkan diri dalam bidang keilmuwan. Karena konsep teoritislah yang dijadikan tumpuan untuk mengembahkan pengetahuan ilmiah. Ilmu juga kurang berkembang di kebudayaan timur yang karena aspek kultural lebih mengembangkan berpikir etis dan kearifan dari pada cara berpikir ilmiah.
Gejala pengetahuan bisa dibedakan beberapa macam
epistemologi, yaitu:
1.
Epistemologi Metafisis
yaitu, mendekati gejala pengetahuan dengan bertitik tolak dari pengendaian
metafisika tertentu. Epistemologi macam ini berangkat dari suatu paham tertentu
tentang kenyataan, lalu membahas tentang bagaimana manusia mengetahui kenyataan
tersebut.
2.
Epistemologi
skeptis, dalam macam ini kita perlu membuktikan dulu apa yang dapat kita
ketahui sungguh nyata atau benar-benar tak dapat diragukan lagi dengan
menganggap sebagai tidak nyata atau keliru segala sesuatu yang kebenarannya
masih dapat diragukan.
Skeptisisme
Descartes adalah skeptisisme metodis. Yakni strategi awal untuk meragukan
segala sesuatu, justru dengan maksud agar sampai ke kebenaran yang tak dapat
diragukan lagi.
Macam epistemologi ketiga adalah epistimologi kritis.
epistimologi ini tidak memperioritaskan metafisika atau epistemologi tertentu,
melainkan berangkat dari asumsi, prosedur, dan kesimpulan pemikiran ilmiah
sebagaimana kita temukan dalam kehidupan, lalu kita tanggapi secara kritis
asumsi, prosedur dan kesimpulan tersebut lalu diuji kebenarannya di hadapan
pengadilan nalar.
Berikut ini beberapa teori tentang kebenaran dalam perspektif filsafat
ilmu:
a. Teori
Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan
bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi (berhubungan)
terhadap fakta yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta.
Suatuproposisi (ungkapan atau keputusan) adalah benar apabila terdapat suatu
fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan
dengan teori-teori empiris pengetahuan.
Ujian kebenaran yang di dasarkan atas teori korespondensi paling
diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah
kesetiaan kepada realita obyektif (fidelity to objective reality). Kebenaran
adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau
antara pertimbangan(judgement) dan situasi yang dijadikan pertimbangan itu,
serta berusaha untuk melukiskannya, karena kebenaran mempunyai hubungan erat
dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu (Titus,
1987:237).
b. Teori
Koherensi atau Konsistensi
Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan
kepada kriteria koheren atau konsistensi. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti
atau membawakepada pernyataan yang lain. Berdasarkan teori ini suatu pernyataan
dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (Jujun, 1990:55)., artinya
pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan
pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut
logika. Suatu kebenaran tidak hanya terbentuk karena adanya koherensi atau
kensistensi antara pernyataan dan realitas saja, akan tetapi juga karena adanya
pernyataan yang konsisten dengan pernyataan sebelumnya.
c. Teori
Pragmatik
Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa
arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau
sosial. Benar tidaknyasuatu dalil atau teori tergantung kepada peran fungsi
dalil atau teori tersebutbagi manusia untuk kehidupannya dalam lingkup ruang
dan waktu tertentu. Teoriini juga dikenal dengan teori problem solving, artinya
teori yang dengan itu dapat memecahkan segala aspek permasalahan.
d. Teori
Performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau
dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Masyarakat yang mengikuti
kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis danrasional. Mereka kurang
inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang
otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat,
kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar
keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari
kebenaran.
e. Teori
Konsensus
Paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi
determinan penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok
menerapkannya dengan cara yang sama. Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman
individual dalam penerapan nilai-nilai bersamayang bisa melayani fungsi-fungsi
esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai keputusan yuridiktif
yang diterima dalam hukum tak tertulis. Adanya perdebatan antar paradigma bukan
mengenai kemampuan relatif suatu paradigmadalam memecahkan masalah, tetapi
paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk
memecahkan berbagai masalah secara tuntas.
Disca Magura
14140110421
Tidak ada komentar:
Posting Komentar