Rabu, 30 Maret 2016

BAB 2 EPISTEMOLOGI

EPISTEMOLOGI

Istilah Epistemologi pertama kali digunakan oleh J.F Ferrier pada tahun 1954 untuk membedakannya dengan cabang filsafat lainnya yaitu ontology (Hunnex,1986: 3). Secara kebahasaan (etimologi), istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani yakni episteme dan logos.

Jika kata yang pertama disebutkan berarti pengetahuan (knowlegde), maka kata yang belakangan disebutkan berarti ilmu atau teori (theory). Jadi, jika melihat dari silsilah kebahasaan tersebut, epistemologi dapat dimengerti sebagai teori pengetahuan (theory of knowledge).

Sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan ialah apa yang menjadi titik-tolak atau apa yang merupakan objek pengetahuan itu sendiri. Sumber itu dapat bersifat atau berasal dari “dunia eksternal” atau juga terkait dan berasal dari “dunia internal” atau kemampuan subjek. Dalam sejarah filsafat, Plato dan Aristoteles adalah dua filsuf yang memiliki pandangan yang berbeda terkait sumber pengetahuan.

Adapun R. John Hospers (1967) juga mengemukakan sumber pengetahuan, diantaranya :
1.    Revelation (wahyu)
2.    Faith (kepercayaan)
3.    Sense experience (pengalaman indrawi)
4.    Reason (akal budi)
5.    Authority (otoritas)
6.    Intuition (intuisi)

Model Penalaran
         
Ada beberapa model penalaran, antara lain yakni (1) induksi, (2) deduksi, (3) abduksi, (4) dialektika, dan lain-lain. Adapun induksi dan deduksi adalah dua model penalaran yang paling dominan digunakan dalam dunia ilmiah.

1.    Induksi
Adalah proses penalaran atau penarikan kesimpulan di mana benar-tidaknya tesis (pernyataan/proposisi) ditentukan oleh pengalaman.
2.    Deduksi
Adalah proses penalran yang bertolak dari generalisasi (hal yang umum) lalu kita rumuskan kesimpulan yang lebih khusus
3.    Abduksi
Adalah sebuah bentuk pembuktian berdasarkan silogisme.
4.    Dialektika
Dengan menggunakan metode dialog, Socrates mengajak orang untuk mengajukan pendapatanya. Metode Socrates ini lebih dikenal dengan dialektike tekhne atau seni berdialog. Dengan berdialog dapat dilakukan proses: membandingkan, menyisihkan, memperjelas, hingga menolak kemudian baru ditarik pengertian umum (definisi).

Objek Pengetahuan
          Honderich (1995) menyatakan bahwa objek pengetahuan adalah : 1) gejala alam fisis, 2) masa lalu, 3) masa depan, 4) nilai-nilai (aksiologi); 5) abstraksi, 6) pikiran (philosophy of mind: our own experiences, our own inner states, other minds), (Honderich, 1995: 931).

Struktur Pengetahuan
          Struktur atau situasi pengetahuan (the knowledge situation) membahas bagaimana hubungan antara ilmuwan (the knower, self) dengan sense atau data (experience) atau hal/objek yang diketahui (things known, world) (Hunnex, 1986: 8)

Teori Kebenaran
          Dalam epistemologi dan filsafat ilmu pengetahuan dikenal sejumlah teori kebenaran, yaitu: teori kebenaran korespondensi, teori kebenaran koherensi, teori kebenaran pragmatis, teori kebenaran performatif dan teori kebenaran paradigmatik.

1.    Teori Kebenaran Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi menyatakan bahwa satu teori/proposisi bila proposisi atau teori itu sesuai dengan fakta (kenyataan). Aristoteles menyebut ini dengan teori penggambaran/cermin yang ia rumuskan sebagai “veritas est adaquatio intellectus et rhei”.

2.    Teori Kebenaran Konsistensi atau Koherensi
Dalam teori konsistensi atau koherensi, kebenaran adalah apabila adanya saling hubungan antar putusan-putusan atau keseuaian/ketaatasasan dengan kesepakatan atau pengetahuan yang telah dimiliki. Logika dan matematika adalah contoh yang menerapkan teori kebenaran ini.

3.    Teori Kebenaran Pragmatis
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang lahir di Amerika Serikat akhir abad ke-19, yang menekankan pentingya akal budi (rasio) sebagai sarana pemecahan masalah (problem solving) dalam kehidupan manusia baik masalah yang bersifat teoritis maupun praktis.

4.    Teori Kebenaran Performatif
Teori kebenaran ini berasal dari John Langshaw Austin (1911-1960), seorang filsuf Inggris yang mengemukakan teori tindak bahasa (speech-acts).

5.    Teori Kebenaran Paradigmatis dan Konsensus
Teori kebenaran paradigmatik ini dapat diturunkan dari konsep paradigma Thomas Samual Kuhn. Menurut Kuhn, ilmu pengetahuan dikonstruksi atas paradigma tertentu.


          Makna (Kriteria) Kebenaran dan Postulat Ilmiah
                  
Juliene Ford, sebagaimana dikutip Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa kebenaran memiliki empat makna, yaitu:

A.   Kebenaran empiris (kriterianya verifikasi dan falsifikasi)
B.   Kebenaran logis-matematis (kriterianya koherensi dan konsistensi)
C.   Kebenaran etis (ditentukan nilai-nilai moral, misalnya aborsi, euthanasia, kloning dibolehkan atau tidak)
D.   Kebenaran metafisik (tidak dapat dibuktikan, akan diterima sebagai keyakinan paling dasar)

Batas dan Jenis Pengetahuan

          Ditentukan pula oleh alat yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan itu. Adapun terkait jenis pengetahuan, Prof. Dr. Rasyidi mengemukakan jenis pengetahuan sebagai berikut: pertama, pengetahuan tentang benda-benda; kedua, pengetahuan tentang pikiran (mind) orang lain; ketiga, pengetahuan tentang pikiran kita sendiri; keempat, pengetahuan tentang nilai-nilai (etika, estetika) dan; kelima, pengetahuan tentang Tuhan (1987: 45).

Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa jenis pengetahuan antara lain:
1.    Pengetahuan biasa,
2.    Pengetahuan ilmiah,
3.    Pengetahuan filosofis,
4.    Pengetahuan teologis.

Macam-macam (Jenis-jenis) Epistemologi

1.    Epistemologi Metafisis
2.    Epistemologi Skeptis
3.    Epistemologi Kritis

Jika kita teliti perkembangan epistemologi dari masa Yunani sampai sekarang, maka fokus kajian (objek) epistemologi dapat pula dibedakan atas:
1.    Epistemologi Individual
2.    Epistemologi Sosial

Alasan Belajar Epistemologi

          Pertama, adalah pertimbangan strategis karena ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi unsur ang dominan dalam zaman modern.

          Kedua, asumsi epistemologi ilmu pengetahuan berkaitan dengan asumsi ontologis dan aksiologis yang biasanya tersembunyi.


          Ketiga, berdasarkan pertimbangan edukatif ( pendidikan), epistemologi membantu peserta didik memahami berbagai bentuk pengetahuan, dan memahami kekuatan dan keterbatasannya sehingga terbentuk pemahaman yang lebih holistik. 

Fadillah Satrio Pradhana - 14140110462

Tidak ada komentar:

Posting Komentar