BAB 2
Pengertian
epistemologi di cetuskan oleh J. F. Ferrier pada tahun 1854 untuk membedakannya
dengan cabang filsafat lainnya yaitu ontology (Hunnex, 1986: 3). Secara kebahasaan
(etimologi)dalam Yunani yakni episteme dan logos. Kata pertama dapat di katakan
sebagai pengetahuan dan kata belakangnnya dapat di sebut sebagai teori atau
ilmu. Jadi jika meihat silsilah kebahasaan tersebut epitemology dapat mengerti
sebagai teori pengetahuan, jadi secara singkat kita dapat memahami bahwa
epistemologi pada dasarnya merupakan satu upaya evaluatif dan kritis tentang
pengetahuan manusia.
Sumber
pengetahuan ialah apa yang menjadi titik – tolak atau apa yang merupakan objek
pengetahuan itu sendiri. Sumber dapa bersifat berasal dari “dunia eksternal”
dan “dunia internal” atau kemampuan subjek. Hospers di antaranya yakni sens
experience (pengalaman indrawi), reason (akal – budi), authority (otoritas),
intuition (intuisi), revelation (wahyu) dan faith (keyakinan).
1.
Persepsi/pengamatan indrawi adalah hasil
tanggapan indrawi terhadap fenomena alam. Adapun istilah persepsi ini adalah
empiri atau pengalaman.
2.
Memory ( ingatan), pengalaman langsung atau
tidak harus di dukung oleh ingatan agar hasil pengalaman itu dapat disusun
secara logis dan sistematis (menjadi pengetahuan).
3.
Reason (akal, nalar), penalaran adalah proses
yang harus dilalui alam menarik kesimpulan. Logika adalah cabang dilsafar yang
membahas prinsip – prinsip yang di gunakan untuk membedakan antara argumen –
argumen yang masuk akal dan dengan yang tidak.
4.
Intropection (introspeksi), di anggap sebagai
sumberpengetahuan di mana manusia mendapatkan pengetahuan (pengenalan atau
pemahaman terhada[ sesuatu) ketia ia mencoba melihat kedalam dirinya.
5.
Intuition (intuisi), “tenaga rohani”, suatu
kemampuan yang mengatasi rasio, kemampua untuk menyimpulkan serta memahami
secara mendalam.
6.
Authority (otoritas) mengacu pada individu atau
kelompok yang di anggap memiliki pengetahuan ahih dan memiliki legitimasi
sebagai sumber pengetahuan.
7.
Precognition (prakgnisi), kemampuan untuk
mengetahui sesuatu perisstiwa yang akan terjadi.
8.
Kemampuan mempersepsi suatu peristiwa tanpa
menggunakan indra.
9.
Telepathy (telepati) kemampuan berkomunikasi
tanpa menggunakan suara atau tanpa menggunakan bentuk simbolik lain, namun
hanya dengan menggunakan kemampuan mental.
Model – model Penalaran:
1.
Induksi, proses penalaran atau penarikan
kesimpulan dimana banar tidaknya tesis detentukan oleh pengalaman.
2.
Deduksi, proses penalaran yang bertolak dari
generalisasi lalu merumuskan kesimpulan yang lebih khusus.
3.
Abduksi, sebuah bentuk pemuktian berdasarkan
silogisme.
4.
Diaktika, menggunakan metode dialog, socrates
mengajak orang mengajukan pendapatnya.
Objek pengetahuan
adalah hal atau materi yang menjadi perhatian bagi pengetahuan. Dalam istilah
epistemologi, ini di sebut dengan masalah ontologi. Honderich (1995) menyatakan
bahwa pbjek pwngwtahuan adalah gejala alam fisis, masa lalu, masa depan, nilai –
nilai, abstraksi, dan pikiran. Stuktur atau situasi pengetahuan membahas
bagaimana hubungan antara ilmuan dengan sense atau data atau hal yang diketahui
(Hunnex 1986: 8). Ada beberapa pandangan seperti objektivitas, subjektivitas,
skeptisisme, relativisme, dan fenomenalisme.
Dalam teori
kebenaran epistemologi dan filsafat ilmu pengetahuan dikenal sejumlah teori
kebenaran, yaitu; teori kebenaran korespoendensi, teori kebenaran koherensi,
teori kebanaran paragmatis, tori kebenaran preformatif, dan teori kebenaran
paradigmatik.
Juliene Ford sbegaimana dikutip Lincoln dan Guba (1985; 14-15),
kebenaran memiliki empat makna, yaitu,:
1.
Kebenaran empiris
2.
Kebenaranlogis – matematis
3.
Kebenaran etis
4.
Kebenaran metafisik.
Postulat /
aksioma adalah kebenaran dasar yang tidak memmerlukan pembuktian, akan tetapi
menjadi fundasi bagi ilmu pengetahuan. Kriteria batas pengetahuan ada bberapa
aliran/ pandangan yang berbeda dan ini berkaitan erat dengan apa yang menjadi
sumberpengetahuan bagi alirannya. Empirisme radikal, kaum posotiveme logis.
Macam – macam epistemologi
ada metafisis, skeptis, kritis. Jika kita teliti perkembangannya dari masa
Yunani sampai sekarang, maka fokus kajian (objek) dapat pula di bedakan atas:
individual, sosial, dan pranarka. Menurut A. M. W. Pranarka (1987) memberi
alasan mengapa kita harus mempelajari epistemologi. Pertama adalah pertimbangan
strategis karena ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi unsur yang dominan
dalam zaman moderen. Kedua, asumsinya illmu pengetahuan berkaitan dengan asumsi
ontologis dan askiologis yang biasanya tersembunyi.
Nadia Hersanti
14140110232
Tidak ada komentar:
Posting Komentar