Senin, 28 Maret 2016

BAB 2 EPISTEMOLOGI

BAB 2
                Pengertian epistemologi di cetuskan oleh J. F. Ferrier pada tahun 1854 untuk membedakannya dengan cabang filsafat lainnya yaitu ontology (Hunnex, 1986: 3). Secara kebahasaan (etimologi)dalam Yunani yakni episteme dan logos. Kata pertama dapat di katakan sebagai pengetahuan dan kata belakangnnya dapat di sebut sebagai teori atau ilmu. Jadi jika meihat silsilah kebahasaan tersebut epitemology dapat mengerti sebagai teori pengetahuan, jadi secara singkat kita dapat memahami bahwa epistemologi pada dasarnya merupakan satu upaya evaluatif dan kritis tentang pengetahuan manusia.
                Sumber pengetahuan ialah apa yang menjadi titik – tolak atau apa yang merupakan objek pengetahuan itu sendiri. Sumber dapa bersifat berasal dari “dunia eksternal” dan “dunia internal” atau kemampuan subjek. Hospers di antaranya yakni sens experience (pengalaman indrawi), reason (akal – budi), authority (otoritas), intuition (intuisi), revelation (wahyu) dan faith (keyakinan).
1.       Persepsi/pengamatan indrawi adalah hasil tanggapan indrawi terhadap fenomena alam. Adapun istilah persepsi ini adalah empiri atau pengalaman.
2.       Memory ( ingatan), pengalaman langsung atau tidak harus di dukung oleh ingatan agar hasil pengalaman itu dapat disusun secara logis dan sistematis (menjadi pengetahuan).
3.       Reason (akal, nalar), penalaran adalah proses yang harus dilalui alam menarik kesimpulan. Logika adalah cabang dilsafar yang membahas prinsip – prinsip yang di gunakan untuk membedakan antara argumen – argumen yang masuk akal dan dengan yang tidak.
4.       Intropection (introspeksi), di anggap sebagai sumberpengetahuan di mana manusia mendapatkan pengetahuan (pengenalan atau pemahaman terhada[ sesuatu) ketia ia mencoba melihat kedalam dirinya.
5.       Intuition (intuisi), “tenaga rohani”, suatu kemampuan yang mengatasi rasio, kemampua untuk menyimpulkan serta memahami secara mendalam.
6.       Authority (otoritas) mengacu pada individu atau kelompok yang di anggap memiliki pengetahuan ahih dan memiliki legitimasi sebagai sumber pengetahuan.
7.       Precognition (prakgnisi), kemampuan untuk mengetahui sesuatu perisstiwa yang akan terjadi.
8.       Kemampuan mempersepsi suatu peristiwa tanpa menggunakan indra.
9.       Telepathy (telepati) kemampuan berkomunikasi tanpa menggunakan suara atau tanpa menggunakan bentuk simbolik lain, namun hanya dengan menggunakan kemampuan mental.

Model – model Penalaran:
1.       Induksi, proses penalaran atau penarikan kesimpulan dimana banar tidaknya tesis detentukan oleh pengalaman.
2.       Deduksi, proses penalaran yang bertolak dari generalisasi lalu merumuskan kesimpulan yang lebih khusus.
3.       Abduksi, sebuah bentuk pemuktian berdasarkan silogisme.
4.       Diaktika, menggunakan metode dialog, socrates mengajak orang mengajukan pendapatnya.
Objek pengetahuan adalah hal atau materi yang menjadi perhatian bagi pengetahuan. Dalam istilah epistemologi, ini di sebut dengan masalah ontologi. Honderich (1995) menyatakan bahwa pbjek pwngwtahuan adalah gejala alam fisis, masa lalu, masa depan, nilai – nilai, abstraksi, dan pikiran. Stuktur atau situasi pengetahuan membahas bagaimana hubungan antara ilmuan dengan sense atau data atau hal yang diketahui (Hunnex 1986: 8). Ada beberapa pandangan seperti objektivitas, subjektivitas, skeptisisme, relativisme, dan fenomenalisme.
Dalam teori kebenaran epistemologi dan filsafat ilmu pengetahuan dikenal sejumlah teori kebenaran, yaitu; teori kebenaran korespoendensi, teori kebenaran koherensi, teori kebanaran paragmatis, tori kebenaran preformatif, dan teori kebenaran paradigmatik.
Juliene Ford sbegaimana dikutip Lincoln dan Guba (1985; 14-15), kebenaran memiliki empat makna, yaitu,:
1.       Kebenaran empiris
2.       Kebenaranlogis – matematis
3.       Kebenaran etis
4.       Kebenaran metafisik.
Postulat / aksioma adalah kebenaran dasar yang tidak memmerlukan pembuktian, akan tetapi menjadi fundasi bagi ilmu pengetahuan. Kriteria batas pengetahuan ada bberapa aliran/ pandangan yang berbeda dan ini berkaitan erat dengan apa yang menjadi sumberpengetahuan bagi alirannya. Empirisme radikal, kaum posotiveme logis.

Macam – macam epistemologi ada metafisis, skeptis, kritis. Jika kita teliti perkembangannya dari masa Yunani sampai sekarang, maka fokus kajian (objek) dapat pula di bedakan atas: individual, sosial, dan pranarka. Menurut A. M. W. Pranarka (1987) memberi alasan mengapa kita harus mempelajari epistemologi. Pertama adalah pertimbangan strategis karena ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi unsur yang dominan dalam zaman moderen. Kedua, asumsinya illmu pengetahuan berkaitan dengan asumsi ontologis dan askiologis yang biasanya tersembunyi.

Nadia Hersanti
14140110232

Tidak ada komentar:

Posting Komentar