Senin, 28 Maret 2016

BAB I: Filsafat Sebuah Perkenalan Singkat

----------------------------------

Apa itu Filsafat?

Istilah filsafat bersala dari bahas Yunani Kuno, yakni philosophia dan philosophos yang berarti "orang yang cinta pada kebijaksanaan" atau "cinta pada pengetahuan".
Adapun bentuk pertanyaan sehari-hari (pertanyaan sederhana) dengan pertanyaan teknis dan mendalam (pertanyaan serius) tersebut memberikan jawaban berbeda. Pertanyaan sehari-hari memberikan jawaban yang dikenal pengetahuan eksistensial, sementara pertanyaan teknis dan mendalam menghasilkan jawaban yang disebut filsafat.
Pencarian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu dilakukan secara terus-menerus hingga mendekati kebenaran. 
Oleh karena itu, filsafat sering disebut sebagai "tanda tanya", dan bukan "tanda seru".

Terdapat beberapa pengertian untuk memahami apa itu filsafat, antara lain:
1. Filsafat sebagai upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap dengan tentang seluruh realitas.
2. Filsafat sebagai upaya untuk melukiskan hakikat realitas paling akhir serta paling dasar yang diakui sebagai satu hal yang nyata.
3. Filsafat sebagai upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan.
4. Filsafat sebagai hasil suatu penelitian kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.
5. Filsafat sebagai disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda untuk menyatakan apa yang Anda katakan dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat.


Dari Mitos ke Logos

Muncul pertanyaan-pertanyaan filosofis saat manusia sudah menyadari bahwa dirinya berbeda dengan alam. Alam pikiran mistis (pra-logis); manusia , alam, tumbuhan dan binatang tergolong dalam satu kelas, tidak ada perbedaan satu sama lain. Pandangan ini kemudian berganti dengan pandangan dunia logis yang melihat adanya perbedaan antara manusia dengan alam (ontologis). Pada tahap ini manusia mulai mencoba mempertanyakan alam dan dirinya.
Hal ini muncul sebagai akibat ketidakpuasan atas penjelasan mitologis dalam menjelaskan asal-mula alam. Penjelasan ini (mitologi) dirasakan tidak memenuhi tuntutan rasio atau logos. Oleh karena itu, para filsuf mencari jawaban yang lebih rasional sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Periodisasi Filsafat Barat

1. Filsafat Yunani

Periode (600 SM = 400 SM), filsafat umumnya dibagi dua. Pertama, pada masa pra-Socrates. Masa pra-Socrates bercirikan kosmosentris, berkaitan dengan pertanyaann tentang alam dan terbuat dari apa alam itu. Contoh filsuf pra-Socrates: Thales, Pythagoras dan Heraclitos.
Kedua, masa Yunani Klasik. Filsuf-filsuf yang ada pada masa ini, ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Ketiganya paling banyak memengaruhi pemikiran filsafat di masa selanjutnya (Abad Pertengahan dan Modern). Pemikiran Socrates tidak lagi berorientasi pada pembahasan kosmos, sebagaimana yang dilakukan para filsuf sebelumnya. Socrates membicarakan tentang manusia, tentang baik dan buruknya tindakan (etika), politik dan negara, tentang demokrasi, dan juga masalah keadilan. Filsafat yang memfokuskan perhatiannya pada manusia dan permasalahannya disebut 'antroposentris'.

2. Periode Abad Pertengahan

Periode (400-1500 M), terbagi dua zaman yakni zaman Patristik dan zaman Skolastik. Setelah berkembang agama Kristen di Barat, fokus pemikiran filsafat berpusat pada ajaran-ajaran agama Kristen (tentang Tuhan) sehingga disebut teosentris. Kebebasan berpikir yang telah berkembang mengalami kemerosotan pada zaman ini.  
Filsafat dan pengetahuan pada era ini hanya ditujukan sebagai alat untuk mengabdi pada teologi Kristen.

3. Periode Modern

Periode ini umumnya dibagi menjadi dua, yakni masa Renaisans (abad ke 14-17) dan masa Pencerahan (abad ke 18) yang menjembatani abad pertengahan ke abad Modern.
Pemikiran zaman Renaisans dan pasca yang disebut Pencerahn adalah pemikiran yang menjadi pemikiran dasar spiritual (pandangan dunia) bagi zaman Modern. Kombinasi filsafat Yunani dan Humanisme muncul dan melahirkan kebebasan individu pada zaman itu.
Pada abad ke- 16 dan ke- 17 muncul era Revolusi Ilmiah di Eropa. 
Berbagai pemkiran yang berkembang pada zaman Renaisans dan Pencarah pada akhirnya terpadu dalam cara berpikir dan menyelesaikan masalah yang menekankan pada: pengamatan, pola argumen yang rasional, dan metode presentasi dan kalkulasi.

4. Periode Postmodern atau Kontemporer

Istilah 'postmodern' secara kebahasaan, post (atau beyond) berarti sesudah, lepas. Dengan begitu, postmodern berarti filsafat atau pemikiran yang berkembang sesudah atau mengatasi era Modern. 

5. Pemetaan Cabang Filsafat

Secara umum, pembagian bidang Filsafat dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu:
1. Ontologi: membahas masalah "ada" / "realitas"
2. Epistemologi: membahas persoalan-persoalan tentang darimanakah pengetahuan itu berasal atau apakah sumber pengetahuan itu, bagaimanakah manusia mengetahui dan lain-lain.
3. Aksiologi: membahas tentang "nilai", yaitu terkati etika dan estetika

Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama

Perbedaan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan dapat dilihat pada ciri berpikir ini:
Filsafat mengkaji manusia, akan dikaji secara menyeluruh/utuh; ilmu pengetahuan mengkaji manusia dari sisi atau aspek tertentu, sebatas aspek psikis, biologis, anatomis, ataupun aspek ssosiologisnya semata (ilmu pengetahuan bersifat spesialis).

Perbedaan antara agama dan filsafat, bisa dilihat dari sumbernya. Jika filsafat bersumber dari pengalaman dan rasio, maka agama bersumber dari iman (wahyu Tuhan). Namun, bukan berarti rasio tidak digunakan dalam kehidupan beragama kita.

Ciri Berpikir Filsafat

Berpikir filsafat harus dipertimbangkan dengan penalaran atau penarikan kesimpulan secara hati-hati. Karena filsafat menuntuk kejelasan, keruntutan, konsistensi, dan sistematika.

Cara Belajar Filsafat

Dikemukakan oleh Marx B. Woodhouse (2000), berfilsafat ada beberapa syarat:

1. Diperlukan empat sikap batin yang mendukung terjadinya komunikasi secara efektif, yakni: 
a. Keberanian untuk menguji secara kritis hal-hal yang kita yakini
b. Kesediaan untuk mengajukan hipotesis-hipotesis tentatif dan untuk memberikan tanggapan.
c. Kesediaan untuk menempatkan tekad pencarian kebenarat di atas kepuasan diri sendiri.
d. Kemampuan untuk memisahkan sikap/pandangan atau konflik pribadi.

2. Berfilsafat adalah keterampilan yang mesti dikembangkan dalam praktik.
3. Kita "belajar filsafat" dan "berfilsafat" dengan didasari bacaan karya-karya filsuf dengan sikap kritis.
4. Dalam berfilsafat.berpikir, hindari bersifat kekeuh dengan pendapat pribadi.

Metode Filsafat

Metode-metode filsafat:
- Metode Kritis (Socrates, Plato)
- Metode Intuitif (Plotinus, Hendry Bergson)
- Metode Skolastik (Thomas Aquinas)
- Metode geometri (Rene Descartes)
- Metode Empiris (Francis Bacon, David Hume)
- Metode Transendental (Immanuel Kant)
- Metode Dialektis (Hegel)
- Metode Fenomenologi (Husserl)
- Metode Analisis Bahasa (Wittgenstein)

selai metode-metode ini, adapula metode-metode lainnya.

Manfaat Belajar Filsafat

Filsafat sering dikatakan abstrak, mengawang, namun filsafat sebenarnya mempunyai manfaat praktis yang cukup luas dan berjangka panjang. Filsafat perlu digarisbawahi juga kalau itu bukan saingan ilmu pengetahuan, karena terdapat perbedaan fokus antara keduanya.
Manfaat lainnya adalah filsafat akan membentuk kemandirian secara intelektual, membangun sikap toleran terhadap perbedaan sudut pandang, dan membebaskan dari jeratan dogmatisme. Sehingga dapat membentuk pembelajar untuk berpikir kritis.

Regina Bertha Utami Kumala
14140110044
[Sumber: Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer -  DR. Akhyar Yusuf Lubis]

                                                                              -----------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar