Senin, 28 Maret 2016

Bab 1 : Filsafat, Sebuah Pengantar

Bab 1 : Filsafat, Sebuah Pengantar

Kezia / 14140110199



Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yakni philosphia dan philosophos yang berarti “orang yang cinta pada kebijaksanaan” atau “cinta pada pengetahuan”, karena philos (philein) adalah cinta, dan sophia berarti pengetahuan,kebenaran, hikmat, dan kebijaksanaan. Pythagoras yang diduga menggunakan istilah filsafat untuk pertama kalinya pada abad ke-6 SM, ketika masyarakat Yunani mengagumi kecerdasannya dan menganggap dirinya sebagai ilmuwan yang tahu segala hal.
Filsafat identik dengan cara/metode berpikir yang selalu mempertanyakan segala sesuatu secara kritis dan mendasar. Perilaku filsafat selalu didasari dengan rasa heran, rasa ingin tahu, dan bertanya-tanya. Kajian ilmu filsafat membahas alam semesta, manusia, dan Tuhan.
Filsafat di unani diawali dengan munculnya pemikiran yang mempertanyakan asal-mula alam (kosmologi). Ini muncul sebagai akibat ketidakpuasan atas penjelasan mitologis dalam menjelaskan asal-mula alam. Misalnya, anggapan masyarakat pra-ilmiah bahwa matahari adalah seorang dewa yang sedang menunggangi kereta kudanya yang melintas di langit (Gregory, 200: 2) atau dalam kajian kosmologi primitif bumi dianggap seperti meja dan di atasnya ada sebuah mangkok setengah lingkaran. Penjelasan ini (mitologi) dirasakan tidak memenuhi tuntutan rasio atau logos. Sebab itu, para filsuf mencari jawaban yang lebih rasional sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Ada beberapa periode Filsafat berdasarkan timeline masanya:

1.      Periode Yunani
Masa pra-Socrates, dan masa Yunani Klasik. Pada masa pra-Socrates, filsafat berorientasi kosmosentris (pemikiran berkaitan dengan pertanyaan tentang alam dan menarik kesimpulan bahwa alam merupakan satu susunan yang teratur dan harmonis). Beberapa filsuf pra-Socrates adalah Thales, Phytagoras, dan Heraclitos. Thales berusaha memberikan jawaban terkait asal-mula alam dan berpendapat bahwa semua makhluk hidup berasal dari air dan manusia berkembang dari ikan. Phytagoras berpendapat bahwa adanya harmoni apda alam karena alam atau benda-benda dibuat atas dasar prinsip bilangan (matematika). Heraclitos terkenal dengan pernyataannya “panta rhei kai uden menei” (segala sesuatu berada dalam perubahan), yang artinya segala sesuatu mengalir dalam proses menjadi. Seseorang tidak bergerak dalam kehidupan, akan tetapi kehidupan itu mengalir melalui kita. Adapun tiga filsuf besar era Yunani Klasik yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles yang pandangannya banyak memengaruhi pemikiran filsafat untuk masa selanjutnya. (Abad Pertengahan dan Modern). Socrates adalahs eorang kritis yang selalu mempertanyakan segala hal, dan sangat rendah hati. Bukan untuk menyerang atau meruntuhkan, tetapi mempertanyakan dasar argumentasi dan konsistensi berpikir. Socrates yang memiliki moralitas tinggi dan mengaku dituntun oleh kekuatan Ilahi dianggap sesat oleh penguasa Yunani bagi generasi muda karena menyelewengkan dari dewa-dewa mereka, sehingga Socrates dihukum mati. Tanpa menyisakan tulisan apapun, pemahamannya diwariskan dan disebarluaskan oleh murid yang sangat mengaguminya, Plato. Pembicaraan filsuf sejak Socrates mulai meluas membicarakan tentang manusia, etika, politik dan negara, demokrasi, dan juga keadilan.

2.      Periode Abad Pertengahan
Pada masa ini, Bapak-bapak gereja (patres) atau ahli-ahli agama Kristen menguasai pemikiran filsafat sehingga filsafat masa ini disebut juga dengan zaman Patristik. Filsafat dan pengetahuan pada era ini hanya ditujukan sebagai alat untuk mengabdi pada teologi Kristen. Para filsuf zaman ini umumnya percaya bahwa kebenaran sejati hanya ada pada kitab suci (Injil).

3.      Periode Modern
Periode ini umumnya dibagi menjadi dua yakni masa Renaisans dan masa Pencerahan. Masa Renaisans (abad 14-17) dan Pencerahan (abad 18) adalah periode yang menjembatani abad Pertengahan ke abad Modern. Pemikiran zaman Renaisans dan Pencerahan adalah pemikiran yang menjadi dasar spiritual (pandangan dunia) bagi zaman Modern. Melalui para pemikir zaman ini terjadi perubahan minat yang besar dari permasalahan metafisika Abad Pertengahan kepada fisika, peralihan dari metode berpikir spekulatif ke eksperimental matematis. Terjadi pula peralihan dari pemikiran sosial-politik yang didasarkan atas teologi ke pemikiran yang antroposentris (humanis). Renaisans dan Pencerahan adalah pintu masuk ke zaman Modern yang ditandai oleh : (1) penduniawian ajaran/pemikiran (sekulerisme), (2) keyakinan akan kemampuan akal (rasio), (3) berkembangnya paham utilitarianisme, dan (4) optimisme dan percaya diri (Suseno, 1992).

4.      Periode Postmodern atau Kontemporer
Postmodern merupakan perpaduan pemikiran dan kebudayaan klasik, modern, dan postmodern ke dalam cara berpikir atau kebudayaan baru (lihat Lubis, 2003). Baudrillard menyatakan, jika pada era Klasik dan Modern ilmuwan dan filsuf masih berdebat dan berbicara soal realitas, maka pada erae Postmodern justru soal “kematian realitas” (hyperreality).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar