Pengetahuan merupakan
cakupan pemikiran, gagasan, dan pemahaman manusia akan dunia dan isinya,
termasuk dirinya sendiri dan kehidupan yang dijalani. Pada awalnya, sebelum
pengetahuan berkembang, mitos dan pengetahuan pra ilmiah yang menjadi jawaban
masalah manusia. Seiring berjalannya waktu, mitos dianggap tidak lagi dapat
dapat menyelesaikan masalah tersebut karena dianggap tidak rasional.
Pengetahuan ilmiah sendiri hanyalah jenis pengetahuan yang memiliki ciri
khusus.
Ilmu dan pengetahuan
memiliki perbedaan, ilmu dapat disamakan dengan pengetahuan, tetapi pengetahuan
bukanlah ilmu. Sedangkan, pengetahuan
merupakan apa yang diketahui atau hasil pekerjaan dari manusia yang berusaha untuk
menjadi tahu. Para prajurit pengetahuan mencari tahu apa yang mereka ketahui
melalui kepercayaan, mitos, dan akal sehatnya. Namun, ilmu dicari dengan para
prajurit yang sudah mendapatkan pengetahuan sehingga dapat menganalisisnya
melalui metode-metode dan akal sehat yang sudah tertata dan terlatih.
Perbedaan mengenai
pengetahuan pada umumnya dengan pengetahuan ilmiah dapat dilihat dari tujuan,
metode, dan bahasa yang dimilikinya. Pengetahuan umum memiliki tujuan yang
dapat digunakan dalam sehari-hari tanpa metode khusus dan diungkapkan dengan
bahasa yang ambigu. Sedangkan, pengetahuan ilmiah bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran, memperluas pemahaman,
mendeskripsikan/interpretasikan/memprediksikan/meretrodiksikan, aplikasi dan
kontrol terhadap sesuatu.
Ilmu pengetahuan
memiliki ciri tertentu serta cara untuk memperoleh dan membuktikannya.
Beerling(1996), dalam Lubis(2015: 68), mengemukakan beberapa ciri, yaitu
pengetahuan berlaku umum(universal), mempunyai kedudukan yang mandiri(otonom)
dalam pengembangan norma ilmiah, memiliki dasar pembenaran(verifikasi dan
falsifikasi), bersifat sistematik, serta bersifat objektif. Pada universalisme
sendiri berdasarkan kebenaran ilmu pengetahuan yang melampaui individu sendiri,
ruang, waktu, atau tempat teori itu ditemukan. Namun, tidak semua ciri tersebut
dapat diterapkan pada masa modern ini. Contohnya, ciri universalisme, dalam
ilmu-ilmu sosial, budaya, dan humaniora yang berbeda-beda sesuai dengan waktu
dan tempatnya berada.
Dalam mengetahui sebuah
ilmu pengetahuan, terdapat macam-macam cara yang dapat digunakan demi menemukan
sebuah teori atau kesimpulan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan atau yang
disebut metedologi. Metedologi yang dapat digunakan, contohnya metedologi
logika.
Menurut Benjamin(1991),
filsafat ilmu pengetahuan merupakan cabang filsafat yang menelaah dengan
sistematis sifat dasar ilmu, metode, konsep, serta asumsi/prasangka, serta
posisinya dalam kerangka umum dari berbagai cabang ilmu pengetahuan(Lubis,
2015).
Fokus utama dari
bahasan filsafat ilmu pengetahuan sendiri adalah studi mengenai konsep,
analisis konsep, dan eksistensi dan rekonstruksi aplikasi untuk memperoleh ilmu
pengetahuan. Kemudian, studi dan justifikasi proses penarikan kesimpulan, studi
mengenai keragaman bidang ilmu serta sifat tertentunya, studi mengenai konsekuensi
pengetahuan ilmiah dikaitkan dengan realitas dan pemahaman, serta analisis
tentang konsep dan masalah yang galibnya digunakan dalam metode ilmiah.
Istilah-istilah penting
yang harus dipahami dalam filsafat ilmu pengetahuan, yaitu fakta, konsep, konseptual/operasional,
postulat, asumsi, hipotesis, dan teori.
Metode ilmiah adalah
hasil penemuan yang telah diusahakan oleh manusia dengan jangka waktu yang
panjang. Metode ini didasarkan pada asumsi-asumsi yang diterima begitu saja.
Asumsi-asumsi tersebut berkaitan dengan peristiwa atau fenomena yang terjadi
berulang-ulang atau terpola, keyakinan bahwa ilmu pengetahuan lebih baik dari
kebodohan, pengalaman memberikan dasar yang dapat dipercaya, tatanan kausalitas
dalam fenomena alam dan sosial, serta manusia, dan asumsi terkait dengan
pengamatan. Asumsi yang terkait dengan pengamatan, antara lain dorongan untuk
mendapatkan pengetahuan sebagai alat perbaikan di masa mendatang, penarikan
hakikat dari fenomena yang dimiliki, serta masyarakat ilmiah mendukung metode
empiris sebagai dasar penemuan ilmu pengetahuan.
Popper, dalam
Lubis(2015: 80-81), tidak membedakan antara epistemology dengan filsafat ilmu
pengetahuan. Ini dikarenakan adanya batas-batas yang tidak jelas antara
kriteria ilmu dan non-ilmu. Ilmu pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi
empat bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Ilmu
yang mempelajari strata fisio-kimiawi (ilmu alam, kimia, geologi, astronomi,
teknik, dll)
2. Ilmu
yang mempelajari strata biotik/organsme hidup (ilmu hayat, pertanian, kehutanan,
pertenakan, dan medis)
3. Ilmu
yang mempelajari strata psikis (persepsi, naluri, emosi, kognisi, afeksi, dan
motivasi) dan tingkah laku manusia.
4. Ilmu
yang mempelajari strata khusus manusia (makhluk uni dan multidimensional)
Banyak tokoh, pemikir,
atau ilmuwan yang melahirkan pandangan mengenai ilmu pengetahuan baru, seperti
Francis Bacon, Copernicus, Galileo, Newton, dan Rene Descartes. Bacon
menekankan kepentingan akan metode baru atau metode ekperimen, Copernicus
terkenal dengan revolusi Copernicannya yang menyatakan bahwa bumi dan
planet-planet mengelilingi matahari. Glileo dan Newton memperkuat gagasan
Copernicus, Galileo menggunakan teleskop dalam observasinya terhadap gerakan
planet. Sedangkan, Newton mengemukakan teori gravitasi dengan perhitungan
kalkulus dan optik. Tokoh selanjutnya, Rene Descartes, mengemukakan metodenya
yang berkeyakinan bahwa manusia dapat mengembangkan metodenya dan menjadi
pemilik alam. Ia terkenal sebagai Bapak Pemikir Modern, karena membawa revolusi
Cartesian dengan pemikiran, “Saya berpikir, maka saya ada”.
ADHYRA RAMADIANI
14140110360
ADHYRA RAMADIANI
14140110360
Tidak ada komentar:
Posting Komentar