FILSAFAT
Filsafat
berasal dari kata philoshopia (Yunani) berarti cinta pada ilmu
pengetahuan atau hikmat. Kata Fhiloshopia merupakan kata majemuk yang
terdiri dari filo yang artinya artinya cinta dalam arti yang
seluas-luasnya dan sofia artinya bijaksana atau pandai tahu dengan
mendalam. Berdasarkan namanya filsafat diartikan sebagai rasa ingin tahu dengan
mendalam atau cinta kepada kebijaksanaan.
Filsafat dikatakan sebagai
ilmu pengetahuan karena filsafat merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan
dan mempunyai peranan yang mendasar dalam sebuah pendidikan. Keberadaan
filsafat yang berasal dari pemikiran seseorang yang dapat mempengaruhi aspek
hidup manusia secara tidak perseorangan diakui keberadaannya, dikarenakan sifatnya
yang sangat rasional dan merupakan buah pemikiran yang berdasarkan empiris yang
dilakukan oleh para filosof sehingga menghasilkan suatu kebenaran yang dapat
diimplementasikan dalam
kehidupan yang nyata.
Suatu Ilmu pasti memiliki perkembangan ilmu dari tahun ke tahunnya.
Berikut ini adalah periodisasi Filsafat Barat:
a. Ilmu pada Zaman Yunani
Periode
Yunani merupakan tonggak awal berkembangnnya
ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban umat manusia. Perkembangan ilmu ini
dilatarbelakangi dengan perubahan paradigma dan pola pikir yang berkembang saat
itu. Ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat karena menjawab persoalan
disekitarnya dengan rasio dan meninggalkan kepercayaan terhadap mitologi atau
tahayul yang irrasional.
George J.
Mouly, membagi perkembangan ilmu pada tahap animisme, ilmu empiris, dan ilmu
teoritis. Animisme menjelaskan gejala yang ditemuinya dalam kehidupan
sebagai perbuatan dewa-dewi, hantu dan berbagai makhluk halus.
Ada beberapa
tokoh demitologisasi seperti Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-528 SM),
Phitagoras (532 SM), herakliotos (535-475 SM), Parminides (540-475 SM) serta
banyak lagi pemikir lainya, maka pemikiran filsafat berkembang secara cepat
kearah puncaknya. Thales dikenal dengan filosof tertua, mengatakan “Semua
adalah Air, dia berpendapat bahwa asal alam adalah air. Anaximandros mencoba
menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal, ada dengan sendirinya.
Dia mengatakan itu udara, udara merupakan sumber segala kehidupan. Heraklitos
melihat alam semesta selalu dalam keadaan berubah. Baginya kosmos tidak pernah
berhenti (diam) selalu berubah, dan bergerak.Parmenides berpendapat bahwa
realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah.
Phytagoras berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama alam dan sekaligus
menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan
tidak terbatas. Jasa Phytagoras sangat besar dalam pengembangan ilmu, terutama
ilmu pasti dan ilmu alam.
Tokoh yang
sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates. Masa
keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia
berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang
dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika.
Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme.
Pada dasarnya silogisme terdiri dari tiga premis:
1.
Semua
manusia akan mati (premis mayor).
2.
Socrates
seorang manusia (premis minor).
3.
Socrates
akan mati (konklusi).
b. Ilmu pada Zaman Romawi
Sumbangan
terbesar bangsa Romawai kepada peradaban manusia terutama dalam bidang
pemikiran sistem hukum dan lembaga-lembaga politik, ada tiga bentuk pemikiran
hukum Romawi yang banyak diadopsi para pemikir Barat, antara lain : Ius
Civile, Ius Gentium, Ius Naturale. Romawi memberikan pemahaman tentang
teori imperium, antara lain:
1.
Kekuasaan
dan otoritas negara
2.
Equal Rights
(Persamaan hak politik)
3.
Governmental
Contract (Kontrak Pemerintah)
4.
Pengadaptasian
kekuasaan dan keagamaan
2. Ilmu dalam Peradaban Abad Pertengahan
Dominasi
para teolog pada masa ini mewarnai aktivitas ilmiah pergerakan ilmu
pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu pada
masa ini adalah ancillla theologia atau abdi agama
3. Ilmu pada Zaman Renainsans (14-16 M)
Renaisans
merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung
arti bagi perkembangan ilmu. Orang pertama yang menggunakan istilah renaisans
adalah Michelet. Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk
menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan
lebih khusus lagi di Italia sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Renaisans adalah
periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad
kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans merupakan era sejarah yang penuh
dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri
utama renaisans yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme, empirisisme, dan
rasionalisme.
Ilmu
pengetahuan yang berkemang maju pada masa ini adalah bidang astronomi.
Tokoh-tokohnya yang terkenal antara lain : Roger Bacon, Copernicus,
Galileo Galilei. Bacon berpendapat bahwa matematika merupakan syarat mutlak
untuk mengolah semua pengetahuan. Sekalipun ia menganjurkan pengalaman sebagai
basis ilmu pengetahuan, namun ia sendiri tidak meninggalkan tulisan atau karya
yang cukup berarti bagi ilmu pengetahuan.
Pendapat
Copernicus berkenaan di bidang astronomi yaitu bumi dan planet semuanya
mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisisme).
Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hippaarchus dan
Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta
(geosentrisisme).
Berkenaan
dengan pendapat di atas, Galileo Galilei menerima pendapat tentang prinsip tata
surya yang heliosentrisisme. Selain itu, ia membuat sebuah teropong bintang
yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara
langsung. Ia menemukan beberapa peristiwa penting dalam bidang astronomi. Ia
melihat planet Venus dan Mercurius menunjukkan perubahan-perubahan seperti
halnya bulan, sehingga menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan
cahaya sendiri.
Langkah-langkah
yang dilakukan oleh Galileo dalam bidang ini menanamkan pengaruh yang kuat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa hal seperti :
pengamatan (observation), penyingkiran (elimination), segalaa hal
yang tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati, peristiwa tersebut,
pengamalan (prediction), pengukuran (measurement), dan percobaan
(experiment) untuk menguji teori yang didasarkan pada ramalan matematik.
4. Ilmu pada Zaman Modern (17-19 M)
Perkembangan
ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesunguhnya sudah dirintis pada masa
Ranaissance, yaitu pada abad XIV, dan dimatangkan oleh ‘gerakan’ Aufklaerung di
abad ke-18. Di dalamnya ada dua indikasi yaitu, pertama, semakin
berkurangnya kekuasaan Gereja, kedua, semakin bertambahnya kekuasaan
ilmu pengetahuan. Sehingga dengan demikian, membawa benua Eropa sebagai basis
perkembangan ilmu pengetahuan.
a. Abad ke-17 sampai 18 (Abad klasik-Aufklaerung)
Pada abad
ke-17 terjadi perumusan kembali yang radikal terhadap objek-objek dan
fungsi-fungsi pengetahuan alamiah. Pada abad ini, wacana epistemologi pada ilmu
pengetahuan mendapat perhatian penting dalam sejarahnya. Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat epistimologis ini, maka dua aliran filsafat
yang memberikan jawaban berbeda, bahkan saling bertentangan. Aliran filsafat
tersebut ialah rasionalisme dan emperisme.
Menjelang
abad k-18, mulailah revolusi industri yang mentransformasikan Eropa dari
masyarakat agraris menjadi masyarakat perkotaan; pada akhir abad inilah terjadi
Revolusi Perancis, aktivitas ilmu mengalami perubahan-perubahan yang sedemikian
rupa. Gaya dominan ilmu di zaman revolusi adalah matematis. Dalam penerapannya,
metode-metode yang digunakan beruapa rasionalisasi
Selanjutnya
tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern, khususnya pada abad ke-17-18 M,
yaitu : Sir Isaac Newton (1643-1727 M), Leibniz (1646-1716 M), Joseph Black
(1728-1799 M), Joseph Prestley (1733-1804 M), Antonie Laurent Lavoiser
(1743-1794 M), dan J.J. Thompson (1897 M). Newton adalah penemu teori
gravitasi, perhitungan calculus, dan optika yang mendasari ilmu alam. Pada masa
Newton, ilmu yang berkembang adalah matematika, fisika, dan astronomi. J.J.
Thompson menemukan elektron. Dengan penemuannya ini, maka runtuhlah anggapan
bahwa atom adalah bahan terkecil dan mulailah ilmu baru dalam kerangka
kimia-fisika yaitu fisika nuklir.
b. Abad ke-19
Selama abad
ke-19, bangsa-bangsa industri maju Eropa membaurkan akibat-akibat revolusi industri
dengan revolusi Perancis. Abad ke-19 merupakan abad emas dalam perkembangan
ilmu pengetahuan. Ilmu meluas menjadi bidang-bidang penelitian dan sangat
berhasil. Perluasan itu meliputi penggabungan matemaika dengan eksperimen
fisika, penerapan teori kepada eksperimen dalam kimia, dan eksperimen yang
terkendali dalam biologi. Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan
ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika, sementara pada abad
ke-19 lahirlah pharmakologi, geofisika, geomophologi, palaentologi, arkeologi,
dan sosiologi. Pada tahap selanjutnya, ilmu-ilmu zaman modern memengaruhi
perkembangan ilmu zaman kontemporer.
5. Ilmu pada Zaman Kontemporer
Zaman
kontemporer adalah era perkembangan terakhir yang terjadi dari abad 20-an hingga
sekarang. Perkembangan ilmu di zaman ini mengalami kemajuan pesat, sehingga
spesialisasi ilmu semakin meningkat. Hampir seluruh bidang ilmu dan
teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi,
hukum, dan politik serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi
serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika, informasi,
dan komunikasi.
Menurut
sejumlah pengamat perkembangan ilmu pengetahuan bahwa zaman kontemporer identik
dengan rekonstruksi, dekonstruksi, dan inovasi-inovasi teknologi di berbagai
bidang. Di awal zaman kontemporer ini, ilmu pengetahuan banyak dihasilkan oleh
ilmuan Barat. Hal ini mulai mencuat ketika Barat berhasil menciptakan born
atom yang dianggap merupakan salah satu “produk gemilang” IPTEK, dan menelan
korban ratusan ribu jiwa manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.
Ciri- Ciri Filsafat adalah:
1. Menyeluruh
Pemikiran
yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut
panddangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara
ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral, seni, dan
tujuan hidup.
2. Mendasar
Pemikiran
yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial objek yang
dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan
keilmuan. Jadi, tidak hanya berhenti pada periferis ( kulitnya) saja, tetapi
sampai tembus kedalamnya.
3. Spekulatif
Pemikiran
yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya
selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang
baru. Meskipun demikian, tidak berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu
meragukan, karena tidak pernah mencapai penyelesaian.
Metodologi Filsafat
Metode ialah
cara bertindak menurut sistem aturan tertentu metode filsafat hampir sama
dengan definisi dari para ahli dan filsuf tersendiri. karena metode ini adalah
suatu alat pendekatan untuk mencapai suatu hakikat sesuai dengan pandangan
filsuf itu sendiri. Sepanjang sejarah filsafat telah dikembangkan sejumlah
metode filsafat yang berbeda dengan cukup jelas. Metode filsafat dapat disusun
menurut garis historis, sedikitnya da 10 metode yaitu sebagai berikiut :
1. Metode Krirts : Socrate, Plato
Bersifat
analisis istilah dan pendapat yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan
pertentangan.
2. Metode Intuitif: Plotinus,
Bergson
Dengan jalan
institutif sedang dengan pemakaian simbol simbol diusahakan pembersihan
intelektual atau bersama dengan penyucian mortal sehingga tercapainya suatu
penerangan pemikiran.
3. Metode Skolastik: Aristoteles,
Thomas Aquinas, Filsafat Abad Pertengahan
filsafat
sintertis deduktuif. Dengan bertitik tolak dari definisi atau perinsip yang
jelas dengan sendirinya.
4. Metode Geometris : Rene Descartes
Dan Pengikutnya
Melalui
analisis mengenai hal-hal kompleks dicapai intuisi akan hakikat-hakikat
sederhana dari hakikat itu dideduksikan secara matematis segala pengertian
lainnya.
5. Metode Empeirisis : Hobbes,
Locke, Berkeley, David Hume
Hanya
pengalamanlah yang menyajikan pengalaman benar maka semua pengertian dalam
instropekdisi bagikan dengan serapan-serapan kemudian disusun bersamaan secara
geometris.
6. Metode Transendental : Immanuel
Kant, Neo-Skolastik
Bertitik
tolak dari tempatnya pengertian edwngan jalan analisisnya syarat syarat bagi
pengertian sedemikian.
7. Metode Fenomologis : Husser,
Eksistensialisme
Dengan jalan
beberapa pemotongan sistematis ( reduction ) revleksi atas fenomin dalam
kesadara mencapai penglihatan hakikat hakikat murni.
8. Metode Dialegtis : Hegel, Marx
Dengan jalan
mengikuti dimanis pemikiran atau alam sendiri menurut triade tesis, anti tesis
sintesis dicapai hakiakat kenyataan.
9. Metode Neo Positive
Kenyataan di
pahami menurut kenyataannya dengan jalan mepergunakan aturan aturan seperti
ilmu pengetahuan posistif.
10. Metode Analitika Bahasa :
Wittgension
Dengan jalan
analisis pemakainan bahasa sehari-sehari di tentukan sah atau tidaknya ucapan
ucapan filosofis.[4]
Dari berbagai
uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya ilmu filsafat
ataupun metodologi filsafat adalah merupakan ilmu yang sangat penting untuk
mempeajari segala ilmu ilmu dunia yang terdapat dari berbagai metodologi yang
telah terbahas di atas sebelumnya.
Mungkin
sekiranya pembuatan artikel Pengertian Filsafat, Ciri-ciri Filsafat dan
Metedeologi Filsafat banyak menuai kekeliruan atau pun yang lainnya
sekiranya sisihkan saran untuk dalam pembuatan makalah ini sehingga menjadi
benar pada masa yang akan mendatang.
Disca Magura
14140110421
Tidak ada komentar:
Posting Komentar