Zaman Yunani Kuno Hingga Awal Abad
XX
Hakikat filsafat adalah upaya mencari kebijaksanaan
yang mampu mencerahi pengalaman manusia, agar bisa menempatkan diri dan
memainkan peranannya secara tepat didalam seluruh kompleksitas pengalaman. Salah
satu permasalahan menonjol di bidang filsafat, minimal pada zaman Yunani Kuno
adalah upaya memahami kenyataan yang ditandai oleh dualitas dari “yang satu”
dan “yang banyak”. Kasunyatan Jati mempunyai peran yang sangat penting,
mempersatukan gejala yang diwarnai oleh multiplisitas. Filsafat juga yang
menjadi satu-satunya jalur menuju
kasunyatan jati.
Sementara di zaman Yunani Kunoperan Filsafat
memonopoli pemahaman mengenai pengetahuan sejati, Abad Pertengahan, menyajikan
teologi sebagai rival utama filsafat. Meskipun filsafat tetap pada jalur upayanya mencari
kesatuan di dalam gejala yang beranekaragam, filsafat tidak bisa menghindarkan
diri dari cengkeraman teologi yang menggariskan Allah sebagai Puncak, causa
prima, dan tujuan dari segala jenis keadaan.
Perkembangan ilmu (sains) abad XIV merupakan pemicu
bergesernya pusat perhatian manusia di dalam upayanya untuk menyatukan
pemahaman tentan kenyataan. Penyelidikan mengenai sebab efisien memungkinkan
manusia mengendalikan alam dan kekuasaan manusia. Tokoh-tokoh seperti Kepler
dan Galiler meletakkan dasar sains klasik pada zaman Moderen, sains model Newton.
Perkembangan ini dipicu lebih cepat dengan Zaman
Akal Budi yang ditandai oleh gerakan Enlightenment
atau pencerahan pada abad XVIII. Semangat umum Enlightenment adalah rasionalistik. “Budi” disini dimaksudkan
dengan budi yang tidak dihalangi iman akan pwewahyuan atau kekuasaan kebiasaan
institusi. Gerakan ini berkembang melalui abad XIX di dalam diri para
rasionalis dan humanitarian abad itu.
Meskipun filsafat kontenporer melepaskan diri dari
perhatian filsafat modern terhadap epistemology, namun upayanya tetap dicap
sebagai kelanjutan Zaman Moderen yang begitu mengagungkan ilmu sebagai tolak
ikur. Positivisme Logis yang mendapatkan klaim, karena menekankan rasionalitas
objektif justru ditelanjangi oleh para filsuf.
Pingki Aulia Wahyudin
14140110293
Tidak ada komentar:
Posting Komentar