Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno
yakni philosophia dan philosophos yang berarti “orang yang cinta pada
kebijaksanaan” atau “cinta pada pengetahuan” Orang yang pertama kali
memperkenalkan atau menggunakan istilah filsafat adalah Aristoteles yang
menggunakan istilah tersebut pada abad ke-6 SM.
Dalam filsafat, pencarian jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan itu dilakukan secara terus menerus (hingga akhirnya
membuahkan jawaban yang semakin lama semakin mendekati kebenaran). Karena itu,
sering pula disebut bahwa filsafat adalah sebuah “tanda tanya”, bukan “tanda
seru”.
Dari
Mitos ke Logos
Filsafat
di Yunani diawali dengan munculnya pemikiran yang mempertanyakan asal-mula alam
(kosmologi). Ini muncul sebagai akibat ketidakpuasan atas penjelasan mitologis
dalam menjelaskan asal-mula alam.Dahulu alam dianggap memiliki kekuatan (jiwa)
yang disebut aima. Pandangan pra-logis ini disebut dengan hylozoisme.
Penjelasan mitologi dirasakan tidak memenuhi tuntutan rasio atau logos. Sebab itu, para filsuf mencari
jawaban yang lebih rasional sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Karena penjelasan mitologi tidak dapat dijelaskan atau “
dikontrol” oleh rasio, maka tokoh filsafat Yunani abad ke-6 SM mulai memberikan
penjelasan mengenai berbagai masalah yang didasarkan atas penjelasan atau
argumen yang rasional.
Periodisasi Filsafat
Barat
1. Filsafat Yunani
Periode (600 SM = 400 SM), filsafat umumnya dibagi dua. Pertama,
pada masa pra-Socrates. Masa pra-Socrates bercirikan kosmosentris,
berkaitan dengan pertanyaann tentang alam dan terbuat dari apa alam itu. Contoh
filsuf pra-Socrates: Thales, Pythagoras dan Heraclitos.
Kedua, masa Yunani Klasik. Filsuf-filsuf yang ada pada masa ini,
ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Ketiganya paling banyak memengaruhi
pemikiran filsafat di masa selanjutnya (Abad Pertengahan dan Modern). Pemikiran
Socrates tidak lagi berorientasi pada pembahasan kosmos, sebagaimana yang
dilakukan para filsuf sebelumnya. Socrates membicarakan tentang manusia,
tentang baik dan buruknya tindakan (etika), politik dan negara, tentang
demokrasi, dan juga masalah keadilan. Filsafat yang memfokuskan perhatiannya
pada manusia dan permasalahannya disebut 'antroposentris'.
2. Periode Abad Pertengahan
Periode (400-1500 M), terbagi dua zaman yakni zaman Patristik dan
zaman Skolastik. Setelah berkembang agama Kristen di Barat, fokus pemikiran
filsafat berpusat pada ajaran-ajaran agama Kristen (tentang Tuhan) sehingga
disebut teosentris. Kebebasan berpikir yang telah berkembang mengalami
kemerosotan pada zaman ini.
Filsafat dan pengetahuan pada era ini hanya ditujukan sebagai alat
untuk mengabdi pada teologi Kristen.
3. Periode Modern
Periode ini umumnya dibagi menjadi dua, yakni masa Renaisans (abad
ke 14-17) dan masa Pencerahan (abad ke 18) yang menjembatani abad pertengahan
ke abad Modern.
Pemikiran zaman Renaisans dan pasca yang disebut Pencerahn adalah
pemikiran yang menjadi pemikiran dasar spiritual (pandangan dunia) bagi zaman
Modern. Kombinasi filsafat Yunani dan Humanisme muncul dan melahirkan kebebasan
individu pada zaman itu.
Pada abad ke- 16 dan ke- 17 muncul era Revolusi Ilmiah di
Eropa.
Berbagai pemkiran yang berkembang pada zaman Renaisans dan
Pencarah pada akhirnya terpadu dalam cara berpikir dan menyelesaikan masalah
yang menekankan pada: pengamatan, pola argumen yang rasional, dan metode
presentasi dan kalkulasi.
4. Periode Postmodern atau Kontemporer
Istilah 'postmodern' secara kebahasaan, post (atau beyond) berarti
sesudah, lepas. Dengan begitu, postmodern berarti filsafat atau pemikiran yang
berkembang sesudah atau mengatasi era Modern. Dengan demikian, postmodern
berarti filsafat atau pemikiran yang berkembang sesudah atau mengatasi era
Modern.
5. Pemetaan Cabang Filsafat
Secara umum, pembagian bidang Filsafat dikelompokkan menjadi tiga
bidang, yaitu:
1. Ontologi: membahas masalah "ada" /
"realitas"
2. Epistemologi: membahas persoalan-persoalan tentang darimanakah
pengetahuan itu berasal atau apakah sumber pengetahuan itu, bagaimanakah
manusia mengetahui dan lain-lain.
3. Aksiologi: membahas tentang "nilai", yaitu terkati
etika dan estetika
Filsafat, Ilmu pengetahuan dan Agama
Perbedaan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan dapat kita
tengok atau terletak pada ciri berpikir (radikal dan komprehensif). Filsafat
mengkaji tentang manusia, sementara ilmu pengetahuan mengkaji manusia dari sisi
atau aspek tertentu. Filsafat
dan agama dapat kita lihat berdasarkan sumbernya. Jika filsafat bersumber pada
pengalaman dan rasio, maka agama bersumber dari iman (wahyu Tuhan).
Cara
Berpikir Filsafat
Berpikir filsafat harus dipertimbangkan
dengan penalaran atau penarikan kesimpulan secara hati-hati. Karena filsafat
menuntuk kejelasan, keruntutan, konsistensi, dan sistematika. Berpikir secara
filosofis itu adalah memberikan penjelasan tentang dunia, manusia, segala
sesuatu, tentang bagaimana cara manusia mengetahui. Sistematis maksudnya adalah
berpikir mengikuti aturan atau alur tertentu.
Cara
Belajar Filsafat
Marx B. Woodhouse mengemukakakn beberapa cara. Diantaranya,
1. Diperlukan empat sikap batin yang mendukung terjadinya
komunikasi secara efektif, yakni:
a. Keberanian untuk menguji secara kritis hal-hal yang kita yakini
b. Kesediaan untuk mengajukan hipotesis-hipotesis tentatif dan
untuk memberikan tanggapan.
c. Kesediaan untuk menempatkan tekad pencarian kebenarat di atas
kepuasan diri sendiri.
d. Kemampuan untuk memisahkan sikap/pandangan atau konflik
pribadi.
2. Berfilsafat adalah keterampilan yang mesti dikembangkan dalam
praktik.
3. Kita "belajar filsafat" dan "berfilsafat"
dengan didasari bacaan karya-karya filsuf dengan sikap kritis.
4. Dalam berfilsafat, berpikir, hindari bersifat keras kepala dengan
pendapat pribadi.
Metode Filsafat
Metode-metode filsafat:
- Metode Kritis (Socrates, Plato)
- Metode Intuitif (Plotinus, Hendry Bergson)
- Metode Skolastik (Thomas Aquinas)
- Metode geometri (Rene Descartes)
- Metode Empiris (Francis Bacon, David Hume)
- Metode Transendental (Immanuel Kant)
- Metode Dialektis (Hegel)
- Metode Fenomenologi (Husserl)
- Metode Analisis Bahasa (Wittgenstein)
Manfaat Belajar Filsafat
Belajar filsafat secara mendalam akan membentuk kemandirian secara
intelektual, membangun sikap toleran terhadap perbedaan sudut pandang, dan
membebaskan dari jeratan dogmatisme.
Fadillah Satrio Pradhana - 14140110462
Fadillah Satrio Pradhana - 14140110462
Tidak ada komentar:
Posting Komentar