Demi suatu kesan kadang kita menutupi kenyataan
yang sebenarnya. Demi suatu kesan cantik, kadang kita memakai make-up atau operasi plastik yang
mencoba memulas wajah yang sebenarnya. Demi dianggap sebagai orang ramah,
seringkita memasang senyum kepada banyak orang. Seperti itulah yang terjadi, bahkan mungkin
sudah menjadi program kerja kita: menampilkan diri secara baik, agar
mendapatkan kesan baik.
Munculnya
Sebuah Kesan
Kesan sangat memengaruhi penilaian.
Ketertarikan pada seseorang sering ditentukan oleh kesan ketika melihat orang
tersebut. Kesan menentukan persepsi orang dalam menilai dan menanggapi sesuatu,
bahkan sikap kita terhadap sesuatu juga ikut dipengaruhi oleh kesan yang kita
dapatkan.
Mengamati wajah orang yang selalu bicara
dengan mata yang berbinar-binar akan bisa menumbuhkan kesan kagum bahwa orang
itu amat pandai dan kreatif. Kesan akan muncul ketika melihat penampilan atau
sikap yang ditunjukkan orang lain.
Kesan diperlukan untuk memberikan suatu
gambaran tertentu. Kesan baik akan menumbuhkan gambaran yang baik. Senyum yang
ramah akan membuat orang menduga bahwa orang itu ramah dan supel bergaul.
Kiranya itulah salah satu motif dasar mengapa orang ingin memberikan kesan
baik. Tentu di balik motif itu adalah kepentingan untuk bisa mendapatkan
keuntungan di baliknya.
Kesan dan
Kenyataan
Kesan belum tentu menggambarkan kenyataan.
Jika kita hanya berpegang teguh pada kesan, apalagi kesan siklas, bisa membuat
pengamatan, persepsi dan penilaian kita menjadi tidak tepat. Karena tidak
memahami kenyataan yang sebenarnya.
Kesan sepintas secara visual sama seperti
orang-orang melihat foto. Foto seorang penguasa atau penguasa memberikan
sumbangan sosial yang dimuat media massa memberikan kesan bahwa beliau itu
berjiwa sosial dan mempunyai sikap solidaritas yang tinggi, akibatnya persepsi
atau gambaran lain tentang tokoh tersebut bisa hapus.
Karenanya jangan terlalu berpegang teguh pada
kesan yang sudah kita miliki. Kesan bukanlah sesuatu yang dogmatis. Karena
kesan bisa menjadi konsep apriori dalam menilai sesuatu, maka kesan dogmatis
bisa membutakan. Realitas bukanlah sesuatu yang statis, realitas selalu
berubah. Jika kesan apriori tidak pernah berubah, maka pengamatan akan realitas
yang berubah menjadi tidak tepat.
Fadillah
Satrio Pradhana
14140110462
Tidak ada komentar:
Posting Komentar