Oleh: Adrian Renardi – 14140110108
Filsafat
adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan
nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera
manusia sekalipun. Dalam perkembangannya filsafat berkembang melalui beberapa
zaman yaitu diawali dari Zaman Yunani Kuno, Zaman Kegelapan, Zaman Pencerahan,
Zaman awal Modern dan Modern (Abad 16-18 M), dan Zaman Pos Modern hingga saat
ini.
1. Zaman Yunani Kuno
Periode filsafat Yunani merupakan adalah upaya
memahami kenyatan yang ditandai oleh dualitas dari “yang satu” dan “yang
banyak”. Zaman keemasan atau puncak dari filsafat Yunani Kuno atau Klasik,
dicapai pada masa Sokrates, Plato, dan Aristoteles.. Plato menerangkan bahwa
manusia itu sesungguhnya berada dalam dua dunia yaitu dunia pengalaman yang
bersifat tidak tetap dan dunia ide yang bersifat tetap. Sedangkan, bagi
Aristoteles “ide” bukanlah terletak dalam dunia “abadi” sebagaimana yang
dikemukakan oleh Plato, tetapi justru terletak pada kenyataan atau benda-benda
itu sendiri. Setiap benda mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan,
yaitu materi (“hylé”) dan bentuk (“morfé”).
2. Zaman Kegelapan
Zaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan. Filsafat
pada jaman ini dikuasai oleh pemikiran keagamaan yaitu Kristiani. Ciri khas
abad pertengahan ialah bahwa hampir semua filsuf pada dasarnya adalah teolog
dan memfokuskan perhatiannya pada Allah sebagai causa prima.
3. Zaman Pencerahan
Zaman ini dikenal sebagai masa Renaissance dimana
manusia keluar dari keadaan tidak akil balik. Masa ini bermaksud lepas dari
dogma-dogma, yang kemudian muncul semangat perubahan dalam kerangka berfikir.
Problem utama masa Renaissance, sebagaimana periode skolastik, adalah sintesa
agama dan filsafat dengan arah yang berbeda. Era Renaissance ditandai dengan
tercurahnya perhatian pada berbagai bidang kemanusiaan, baik sebagai individu
maupun sosial.
4. Zaman Awal Modern dan Modern
Filsafat abad modern pada pokoknya terdapat 3 aliran
yaitu Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes, aliran Empirisme dengan
tokohnya Francis Bacon, dan aliran Kriticisme dengan tokohnya Immanuel Kant.
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab
suciatau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia
sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada
beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber
pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran
empirisme meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun
yang inderawi. Sedangakn, aliran kritisisme mencoba memadukan kedua pendapat
berbeda itu.
5. Jaman Post Modern
Postmodernisme adalah faham yang berkembang
setelah era modern dengan modernisme-nya dan merupakan suatu pergerakan
ide yang menggantikan ide-ide zaman modern (yang mengutamakan rasio,
objektivitas, dan kemajuan). Bagi Lyotard dan Geldner,
modernisme adalah pemutusan secara total dari modernisme. Posmodernisme muncul
untuk “meluruskan” kembali interpretasi sejarah yang dianggap otoriter dan mencoba
mengingatkan kita untuk tidak terjerumus pada kesalahan fatal dengan menawarkan
pemahaman perkembangan kapitalisme dalam kerangka genealogi (pengakuan bahwa
proses sejarah tidak pernah melalui jalur tunggal, tetapi mempunyai banyak
“sentral”).
Filsafat dan Peranannya
Dari
sejarah kita melihat terjadi pergeseran fokus perhatian dari zaman ke zaman.
Oleh karena itu filsafat sebenarnya mempunyai arena seluruh pengalaman dan
segala hal yang ada, hanya saja fokus perhatian berbeda-beda. Filsafat bisa
dimengerti sebagai pengetahuan, teori bahasa atau teori diskusi kritis. Dalam
kaitannya dengan ilmu kontenporer, filsafat sebaiknya memperlakukan mereka
sebagai bagian dari pengalaman yang perlu dievaluasi secara kritis. Dengan
demikian, filsafat tidak meninggalkan hakikat panggilan mereka didalam mencari
kebijaksanaan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar