Apa itu
Filsafat?
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno yakni philosophia dan philosophos yang berarti “orang yang cinta pada kebijaksanaan” atau
“cinta pada pengetahuan”. Dalam filsafat, kegiatan mencintai
pengetahuan/kebijaksanaan itu dilakukan dengan mempertanyakan sesuatu secara
mendasar dan menyeluruh. Filsafat dipahami, dengan demikian, sebagai upaya
terus-menerus mencari pengetahuan dan kebenaran. Karena itu, filsafat dengan
sendirinya identik dengan cara/metode berpikir yang selalu mempertanyakan
segala sesuatu secara kritis dan mendasar.
Dalam filsafat, pencarian jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan itu dilakukan secara terus-menerus. Filsafat adalah
sebagai upaya pencarian akan kebijaksanaan atau pencarian pengetahuan yang
tidak pernah selesai. Dengan cara ini, pemahaman kita tentang segala sesuatu
sebetulnya semakin diperluas dan diperdalam.
Bertrand Russel melihat filsafat sebagai wilayah tak
bertuan, yang berada di antara sains dan teologi, yang terbuka terhadap
serangan keduanya. Adapun Jacques Maritain menganggap filsafat sebagai upaya
memahami ide-ide, konsep-konsep atau sistem pemikiran yang berkembang dari
proses bertanya. Karena itu, filsafat disebut sebagai “thinking about thinking” atau pemikirian tentang pemikiran.
Dari Mitos ke Logos
Bertanya dan mencari jawaban atas berbagai macam
pertanyaan telah dilakukan oleh para filsuf sepanjang sejarah pemikiran selama
ribuan tahun. Adapun pertanyaan-pertanyaan filosofis itu muncul saat manusia
sudah menyadari bahwa dirinya berbeda dengan alam. Pada alam pikiran mistis
(pra-logis), manusia, alam, tumbuhan, dan binatang digolongkan dalam satu
kelas. Maksudnya, tidak ada perbedaan antara mausia dengan objek lain. Alam
dianggap memiliki kekuatan (jiwa) yang disebut anima. Pandangan mistis ini disebut hylozoisme.
Pandangan tersebut lantas berganti dengan pandangan dunia
logis yang melihat adanya perbedaan antara manusia dan alam (ontologis). Pada
tahap ini, manusia mulai mencoba untuk memeprtanyakan alam dan dirinya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa filsafat di Yunani diawali dengan munculnya
pemikiran yang mempertanyakan asal-mula alam (kosmologi). Ini muncul sebagai
akibat ketidakpuasan atas penjelasan mitologis dalam menjelaskan asal-mula alam.
Karena penjelasan mitologi tidak dapat dijelaskan atau
“dikontrol” oleh rasio, maka tokoh filsafat Yunani mulai memberikan penjelasan
mengenai berbagai masalah yang didasarkan atas penjelasan atau argumen yang rasional. Lantaran itu, sering disebut
bahwa filsafat lahir ketika logos (akal budi atau rasio) menggantikan mitos.
Periodisasi Filsafat Barat
Secara historis, filsafat Barat dapat dibagi atas
beberapa periode. Periode tersebut adalah filsafat Yunani, filsafat Abad
Pertengahan, filsafat modern, dan filsafat Kontemporer atau Post-modern.
Pemetaan Cabang Filsafat
Pembidangan atau pencabangan filsafat terkait juga dengan
perkembangan sejarah serta prinsip pembagian yang dilakukan oleh para filsuf.
Ted Honderich (1995) mengemukakan beberapa bidang filsafat. Sebelumnya, ada
banyak ahli seperti Aristoteles, Christian Wolff yang telah membagi filsafat
menjadi beberapa cabang. Honderich memetakan filsafat melalui bentuk lingkaran
(circle). Lingkaran pertama atau lingkaran dalam terdiri dari metafisika,
epistemologi, dan logika. Lingkaran kedua atau lingkaran tengah terdiri dari
filsafat ilmu pengetahuan, filsafat pikiran, filsafat moral (etika), dan
filsafat bahasa. Adapun lingkaran ketiga atau lingkaran luar terdiri dari
filsafat matematika, filsafat politik, filsafat ketuhanan, filsafat sosial,
filsafat keindahan, filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat agama, dan
lain-lain.
Perbedaan antara lingkaran pertama, lingkaran kedua, dan
lingkaran ketiga tidaklah berarti bahwa tidak ada hubungan antara bidang
filsafat yang ada di satu lingkaran dengan di lingkaran lainnya. Selalu ada
hubungan antara bidang filsafat yang ada pada masing-masing lingkaran itu.
Secara umum, pembagian atau pemetaan bidang filsafat
tersebut dalam kajian filsafat bisa dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. Ontologi adalah cabang filsafat yang
membahas atau membicarakan masalah “ada”/”realitas”. Salah satu sub-cabang
ontologi adalah metafisika. Epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji
mengenai hakikat pengetahuan atau dengan kata lain epsitemologi membahas
persoalan-persoalan tentang dari manakah pengetahuan itu berasal atau apakah
sumber pengetahuan itu, bagaimanakah manusia mengetahui dan pelbagai persoalan
lainnya. Dalam sejarah filsafat, pelbagai persoalan epsitemologis ini juga
sudah melahirkan pelbagai pandangan filsuf dan ilmuwan. Dalam bidang filsafat
ini di dalamnya terkait pembahasan tentang logika, filsafat ilmu dan
metodologi. Aksiologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang nilai
(value). Nilai yang dimaksud di sini tidak hanya mengaju kepada pengertian
etis, tetapi juga bisa estetis. Dalam cabang filsafat aksiologi ini terkait
bidang etika dan estetika.
Ciri Berpikir Filsafat
Berpikir secara filosofis adalah berpikir dengan ketat,
dengan mempertimbangkan penalaran atau penarikkan kesimpulan secara hati-hati.
Berpikir filsafat menuntut kejelasan, keruntutan, konsistensi, dan sistematika.
Berpikir secara filosofis itu adalah memberikan penjelasan tentang dunia,
tentang manusia, tentang segala sesuatu, termasuk tentang bagaimana cara
manusia mengetahui. Ciri berpikir filsafat antara lain radikal (mendalam),
sistematis, komprehensif, koheren, dan kritis.
Devin
14140110506
Tidak ada komentar:
Posting Komentar