Kenyataan
Sebenarnya dan Kesan Sepintas
Ditulis oleh
T. Krispurwana Cahyadi
Review Paper
Oleh: Adrian
Renardi – 14140110108
Suatu kesan akan menutupi suatu
kenyataan yang sebenarnya. Kadang secara tidak sadar manusia memutar balikkan kenyataan
yang ada dengan realitas versi diri sendiri. Agar terlihat seperti orang ramah,
sering manusia memasang “senyum palsu” kepada banyak orang. Nyatanya? Tidak ada
suatu kesan baik di balik senyum tersebut. Semua hanyalah demi mendapat kesan
baik.
Kesan sangat mempengaruhi penilaian.
Kesan memberikan attention pada seseorang.
Ketertarikan bahkan sering ditentukan dengan kesan ini. Setiap manusia
menentukan persepsinya dalam menilai orang lain, secara otomatis hal ini
menentukan kesan. Penampilan dapat menentukan pandangan seseorang. Contoh, Anda
melihat orang di layar televisi dengan gaya bicara yang tidak jelas dan terbata-bata,
seperti orang mengantuk, kita akan langsung mengatakan bahwa orang itu tidak
bisa bicara.
Kesan menentukan penilaian dan
persepsi, maka ada akan muncul kecenderungan manusia itu ingin dianggap baik
oleh orang lain. Bila kita memberikan kesan yang baik maka orang lain juga akan
menganggap kita ini baik dan memberikan suatu penghormatan atau penghargaan.
Sebaliknya juga, bila kita memberi kesan
yang buruk atau kurang baik pada seseorang, orang lain jug akan kurang
menghargai kita sebagai orang yang baik. Persepsi manusia dapat menimbulkan
kecurigaan tertentu yang nyatanya tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, bila
kita melihat orang berkulit hitam dan bertubuh kekar, tentu akan memberikan
kesan tertentu. Persepsi kita bisa saja berpikir kalau orang tersebut adalah
orang yang kejam, sadis, dan hanya mengandalkan otot. Menjadi suatu
permasalahan ketika kita lebih mengedepankan yang tampak di luar (secara
visual) ketimbang apa yang sebenarnya ada dalam diri orang lain. Dalam
memberikan penilaian manusia masih cenderung untuk menilai dari apa yang tampak
bukan apa yang nyata.
Kesan belum tentu menggambarkan
kenyataan. Bila kita memegang teguh kesan, terlebih kesan yang hanya sekilas,
persepsi atau penilaian kita menjadi tidak tepat. Setiap manusia mempunyai
kesan akan realitas. Apa yang ditampilkan oleh seseorang baiknya kita gali lagi.
Jangan biarkan kita hanya memberikan penilaian dengan “kepala kosong” tanpa isi
dan bayangan apapun. Kita dituntut untuk kritis terhadap kesan yang timbul.
Buktikan dengan mencari kebenaran di balik kesan tersebut, hipotesa dari diri
kita saja tidak cukup.
Oleh sebab itu, manusia baiknya
tidak perlu terlalu memegang teguh pada kesan yang telah ditimbulkan oleh orang
lain. Kesan bukanlah sesuatu yang dogmatis, kesan bisa mnjeadi konsep apriori
dalam menilai sesuatu. Maka dari itu kesan dogmatis bisa membutakan. Realitas
itu tidak statis, realitas selalu berubah. Kita harus membuang kesan-kesan yang
kita nilai di masa lalu. Kesan yang miliki haruslah disesuaikan dan dihadapkan
dengan kenyataan bukan hanya awang-awang. Kedepankan historis yang
sesungguhnya. Berhenti hanya percaya pada kesan sepintas yang hanya menimbulkan
gejala orang tak mau tahu, apatis akan realitas yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar