BAB 1
Istilah
filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno yakni pilosophia dan philosophos yang
berarti “orang cinta pada kebijakan” atau “cinta pada pengetahuan”. istilah filsafat
kira - kira baru di digunakan pada abad ke 6 SM. Filsafat sendiri memiliki
identik dengan cara/metode berpikir yang selalu mempetanyakan segala sesuatu
yang selalu mempertanyakan segala sesuatu secara kritis dan mendasar.
Dapat
dikatakan bahwa filsafat di Yunani diawali dengan munculnnya pemikiran yang
mempertanyakan asal – mula alam (kosmologi). Ini muncul karna ketidakpuasan
atas penjelasan mitologis dalam menjelaskan asal – mula alam. Karena penjelasan
mitologi tidak dapat di jelaskan atau “dikontrol” oleh rasio, maka tokoh
filsafat Yunani abad ke 6 SM mulai memberikan penjelasan mengenai berbagai
masalah yang didasarkan atas penjelasan atau argumen yang rasional.
Ada
beberapa periode dalam filsafat barat. Pertama Filsafat Yunani, kedua Filsafat
Abad pertengahan, ketiga Filsafat Modern dan keempat Filsafat Kontemporer atau
Postmodern. Ciri Khas secara filsofosi itu adalah bersifat radikal, konsisten,
sistematik dan bebas.
Ciri
berpikir filsafat adalah berpikir dengan ketat, dengan mempertimbangkan
penalaran atau penarikan kesimpulan secara hati – hati. Berpikir filsafat
menurut kejelasa, keruntutan, kosnsistensi dan sistematika. Berpikir secara
filosofi itu adalah memberikan penjelasan tentang dunia, tentang manusia
tentang segala sesuatu, termasuk tentang bagaimana cara manusia menetahui. Upaya
untuk mengetahui segala sesuatu pada akhirnya melahirkan Weltanschauung atau
pandangan denuia yang memberikan keterangan tentang dunia dan semua yang ada di
dalamnya.
Cara belajar filsafat menurut
Marx B. Woodhouse (2000):
1.
Unuk berfilsafat diperlukan empat sikap batin
yang mendukung terjadinya komunikasi secara efektif.
2.
Berfilsafat adalah keterampilan yang mesti
dikembangkan dalam praktik (lantaran sedikit aturan atau “resep” dalam filsafat
yang dapat dihafal dan diterapkan secara mekanis)
3.
Kita harus “belajar filsafat” dan “berfilsafat”
sekaligus.
4.
Dalam berfilsafat/berpikir, hindarilah bersikap
kekeuh dengan penda[at pribadi (karena pendapat sendiri pun belum tentu bisa
memenuhi kriteria kebenaran bagi berbagai argumen atau teori).
5.
Jangan mencapurpadukan antara “argumen filosofi”
dengan “praktik psikologi”.
6.
Filsafat memiliki dua sisi, yakni sisi keitis
dan konstruktif.
7.
Ketika mengkritik pendapat/argumen orang lain,
usahakan terlebih dulu mempertimbangkan kekuatan kritik Anda.
Metode filsafat menurut pada
pakarnya mengatakan bahwa upaya pecarian kebenaran dan pencarahan. Beberapa pelbagai
metode setidaknya adalah seperti “metode kritis” (seperti pada Scorates,
Plato), “metode skolastik” (seperti pada Thomas Aquinas), “metode geometri”
(seperti pada Rene Descartes). Di samping metode – metode yang di sebutkan itu,
tentu masih ada metode yang lain seperti metode strukturalis, dekonstruksi,
post – strukturalis, semiotika, analisis wacana, dan lain – lain. Lataran filsafat
bertugas “menerjemahkan” atau menginterpretasikan semua bentuk pengalaman
manusia.
Manfaat belajar filsafat terlepas
dari pandangan – pandangan tersebut, seperti yang lain, belajar filsafat pun
pada dasarnya juga dapat memberi manfaat (bahkan tidak sedikit). Meskipun demikian,
harus disadari bahwa filsafat bukan saingan ilmu pegetahuan (misalnya dalam
segi manfaat praktis), sebab antara keduanya ada perbedaan fokus.
Nadia Hersanti
14140110232
Tidak ada komentar:
Posting Komentar