Bella Fladiner M.F
14140110359
Hakikat
filsafat ialah upaya mencari kebijaksanaan yang mampu mencerahi
pengalaman manusia, bisa menempatkan diri dan memainkan peranannya
secara tepat di dalam seluruh kompleksitas pengalaman. Pada Zaman
Yunani Kuno adalah upaya memahami kenyataan yang ditandai oleh
dualitas dari yang satu dan yang banyak. Keanekaragaman dijumpai
dalam pengalaman sehari-hari menyiratkan adanya kesatuan antara
mereka.
Pada
Zaman Yunani Kuno peran filsafat memonopoli pemahaman mengenai
pengetahuan sejati, abad pertengahan menyajikan teologi sebagai rival
utama filsafat. Filsafat tetap pada jalur upayanya mencari kesatuan
didalam gejala yang beranekaragam. Ciri khas Abad Pertengahan ialah
hampir semua filsuf pada dasarnya adalah teolog. Perkembangan ilmu
(sains) pada abad XIV merupakan pemicu bergesernya pusat perhatian
manusia dalam upaya untuk menyatukan pemahamannya mengenai kenyataan.
Tokoh-tokoh
seperti Kepler dan Galiled menaruh dasar sains klasik pada Zaman
Modern. Filsafat Modern sendiri umumnya dianggap mulai dengan Rene
Descartes (1596-1650) di Perancis atau dengan Francis Bacon
(1561-1626) di Inggris. Studi-studi literer dan cita-cita pendidikan
baru berkembang subur dalam gerakan Humanistik Renaissance. Sedangkan
sains berkembang melalui gerakan saintifik Renaissance. Perkembangan
ini dipacu lebih cepat dengan Zaman Akal Budi (The Age of Reason)
ditandai dengan gerakan Enlightment/Pencerahan pada abad XVIII.
Semangat umum Enlightment ialah rasionalistis. 'Budi' dimaksudkan
sebagai budi yang tidak dihalangi oleh imam akan pewahyuan atau
kekuasaan, kebiasaan dan institusi. Gerakan ini berkembang abad XIX.
Di
dalam kaitannya dengan ilmu-ilmu kontemporer, filsafat sebaiknya
memperlakukan mereka sebagai bagian dari pengalaman yang perlu
dievaluasi secara kritis. Ilmu-ilmu kontemporer bisa dilihat satu
persatu secara internal mengenai pengandaian serta klaim-klaim
mereka. Dengan demikian filsafat tidak meninggalkan hakikat panggilan
mereka di dalam mencari kebijaksanaan hidup. Kebijaksanaan hanya bisa
terwujud bila orang punya sikap kritis di dalam menilai
pengalamannya, juga bersifat kreatif untuk menciptakan
alternatif-alternatif dalam menghadapi jalan-jalan buntu maupun
mencari yang lebih baik dari yang sudah ada. Filsafat sebagai kritik
terhadap pengalaman, termasuk ilmu-ilmu, dan upaya membentuk visi
yang koheren, logis dan tepat-guna, tidak bisa dipisahkan satu dari
yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar