Rabu, 23 Maret 2016

FILSAFAT : PERKENALAN SINGKAT (BAB I ; PERTEMUAN PERTAMA)


A. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahsa Yunani kuno yakni philosophia dan philosophos yang berarti “orang yang cinta pada kebijaksanaan” atau cinta pada pengetahuan”. Ada beberapa pengertian yang dapat digunakan untuk memahami apa itu filsafat. Salah satunya adalah pendapat Herben Spenter, ia menyatakan filsafat sebagai “a completely unifield knowladge”. Berbeda dengan ilmu-ilmu, filsafat berupaya untuk mempersatukan ilmu-ilmu khusus menjadi sistem yang utuh. Filsafat mencobamemberikan gambaran (pemetaan) tentang pemikiran manusia yang bercerai-cerai menjadi suatu keseluruhan (bukan tentang realitas akan tetapi konseptual”

B. Perkembangan Filsafat
1. Periode Yunani (600 SM – 400 M)
Dalam periode ini, filsafat umumnya dibagi dua. Pertama masa pra Socrates dan kedua masa yunani klasik.
Pada masa pra socrates, filsafat bercirikan komosentris. Pemikiran para filsuf saat itu berkaitan dengan pertanyaan tentang alam dan terbuat dari apa alam itu. Berdasarkan rasio, para filsuf masa ini sampai pada kesimpulan bahwa alam itu merupakan satu susunan yang teratur dan harmonis. Contoh filsuf pra Socrates adalah Thales, Pythagoras, dan Heraclitos.
Thales adalah filsuf alam, ia berpendapat bahwa semua makhluk hidup berawal dari air dan manusia berkembang dari ikan. Pythagoras adalah filsuf yang berpendapat adanya harmoni pada alam karena alam atau benda-benda dibuat atas dasar prinsip bilangan (matematika). Tentang masalah jiwa, ia berpendapat bahwa semua orang tidak dapat mati. Hanya saja roh /jiwanya abadi dan akan berubah menjadi makhluk hidup yang lain. Pythagoras mengandalkan jalan penglihatan mistik dan bukan rasio saja dalam memperoleh pengetahuan. Ia meyakini bahwa kunci pemahaman alam semesta adalah angka-angka. Bagi Pythagoras, matematika, musik dan mistisisme adalah satu, dalam arti tidak saling meniadakan melainkan memeiliki hubungan erat. Heraclitos adalah filsuf yang disebut dengan “orang tidak jelas”. Pertanyaannya yang terkenal adalah segala sesuatu berada dalam perubahan. Artinya segala sesuatu mengalir dan dalam proses menjadi. Seseorang tidaklah berberak dalam kehidupan, akan tetapi kehidupan itulah yang mengalir melalui kita.
Pada masa yunani klasik, Socrates, Plato dan Aristoteles adalah tiga filsuf besar yang paling banyak memengaruhi pemikiran fisafat untuk masa selanjutnya (Abad Pertengahan dan Modern).
Socrates adalah orang yang paling bijaksana (berpengetahuan luas) di dunia pada masanya. Ia adalah seorang yang kritis yang sellau mempertanyakan segala hal, ia mempertanyakan dasar argumentasi dan konsistensi berpikir tokoh pada zamannya. Ia adalah seorang guru, salah satu ucapannya yang terkenal adalah “kenalilah dirimu sendiri”. Socrates dikenal pula sebagai seseorang yang teguh pendirian dan seorang yang memiliki moralitas yang tinggi. Ia percaya bahwa ia dibimbing oleh suara Ilahi, dan jiwanya akan tetap hidup setelah mati. Karena sikap-sikapnya, Socrates dituduh meracuni generasi muda dan membuat mereka tidak percaya pada dewa-dewa yang diagungkan masyarakat yunani lantas menjatuhkan hukuman mati kepada Socrates. Pemikiran dan pembahasan para filsuf sejak Socrates mulai meluas dan membicarakan tentang manusia  dan permasalahannya (antroposentris). Plato dan Aristoteles adalah filsuf besar setelah Socrates.
2. Periode Abad Pertengahan (400 M – 1500 M)
Periode ini umumnya dibagi menjadi dua yakni zaman Patristik (ahli-ahli agama kristen menguasai pemikiran filsafat) dan zaman Skolastik (mulai lahirnya sekolah-sekolah di katedral-katedral). Fokus pemikian filsafat berpusat pada pada ajaran-ajaran agama kristen (tentang Tuhan) sehingga disebut teosentris.
Pada masa ini, kebebasan berpikir mengalami kemerosotan, orang hanya boleh berpikir sejauh mengikuti rambu-rambu yang ditentukan pemimpin gereja. Para filsuf pada zaman patristik mempercayai bahwa kebenaran sejati hanya ada pada kitab suci. Filsus yang terkenal pada masa ini antara lain : Jutinus de Martyr (abad ke-2 M), Terulianus (160-220 M), Origenes (184-254 M), dan Augustinus (354-430 M)
Pada abad ke-9 dam ke-10 Masehi pengaruh filsafat Yunani mulai benar-benar masuk ke kalangan gereja. Sekolah-sekolah teologi juga mempelajari Seven Liberal Arts. Namun, sekolah yang berkembang di lingkungan gereja ini pula memunculkan dampak “negatif”. Filsafat dipelajari di Katedral justru untuk mendukung doktrin teologi.
Pada zaman Skolastik, pengaruh filsafat Aristoteles paling dominan. Kalau dari Plato, gereja mempelajari peran rasio manusia yang dapat memahami segala kebenaran, maka dari Aristoteles gereja mendapat ajaran filsafat yang mengemukakan kesatuan antara alam dengan akal.
Pemikir terkenal pada zaman ini adalah Abelardus (1079-1142), Anseimus (1093-1109), Duns Scotus (1270-1308), William Ockham (1290-1349), dan Thomas Aquinas (1225-1274).  Filsafat Skolastik mencapai puncaknya melalui Thomas Aquinas. Ia membedakan antara ilmu pengetahuan dengan agama akan tetapi diantara keduanya tidak ada pertentangan. Ia menyatakan bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari pengalaman, kemudian pengalaman itu diolah oleh rasio kita. Ia berpendapat bahwa masalah agama harus diselesaikan melalui kepercayaan, namun rasio/akal tetap dibutuhkan. Sementara itu, Dun Scotus (Scotirisme) tidak setuju dengan pendapat Aquinas, karena menurutnya keduanya adalah hal yang berbeda. Pemikiran Plato dan Ariatoteles terlihat pada pemikiran para filsuf di zaman ini.
Pusat pendidikan Katedral lama-kelamaan berkembang ke Stadium Generale lalu menjadi universitas. Roges Bacon sebagai seorang dosen mulai mengembangkan metode penelitian induktif yang sebelumnya telah dikembangkan di lingkungan sarjana islam. Metode ini memadukan pengalaman dengan analisi matematika.
Antara abad le-15 dan ke-17 dikenallah sebuah babak baru yang dikenal dengan sebutan zman Renaisans, di mana pengaruh pemikiran Plato, Aristoteles dan humanisme telah melahirkan kebangkitan dan kebebasan individu pada masa itu.
3. Periode Modern
Periode ini umumnya dibagi menjadi dua yakni masa Renaisans (abad ke-14 sampai ke-17) dan masa Pencerahan (abad ke-18). Zaman pencerahan adalah zaman yang menghasilkan pemikiran yang sangat berpengaruh bagi seluruh aspek kebudayaan modern. Pada mas Renaisansmuncul kembali upaya membangkitkan kebebasanberpikir seperti masa Yunani. Kombinasi filsafat Yunani dan humanisme telah melahirkan kebebasan individu pada zaman itu.
Adapaun otoritas gereja mulai memudar dan mulai tumbuh ketidakpercayaan pada kebenaran mutlak agama (Kristen). Mulai pula berkembang bibit reformasi yang berbuadh pada abad ke-16/17 dengan pemisahan Protestan dan Katolik.
Renaisans dan Pencerahan adalah pintu masuk ke zaman Modern yang di tandai oleh: (1) penduniawian ajaran/pemikiran (sekulerisme), (2) keyakinan akan kemampuan akal (rasio), (3) berkembangnya paham utilitarianisme, dan (4) optimisme dan percaya diri.
Pemikir-pemikir besar yang melahirkan zaman Renaisans antara lain: Roger Bacon, Machiavelli, Copernicus, Francis Bacon, Thomas Hobbes, Rene Descartes Hume, dan lain-lain. Bersama berkembangnya Renaisans, maka mulai redup pemikiran (teosentris) Abad Pertengahan dan Skolastik.
4. Periode Postmodern dan Kontemporer.
Beberapa pemikir menganggap bahwa postmodern sebagai pemikiran dan budaya yang mencoba mengambil dari kebudayaan klasik dan modern sebagai dasar untuk pemikiran dan budaya postmodern itu. Dalam pandangan ini, postmodern dapat disebut dengan sintesa atau perpaduan pemikiran dan kebudayaan klasik, modern dan postmodern ke dalam cara berpikir atau kebudayaan baru.
Dalam wilayah epistimologi, pemikiran filsuf ilmu pengetahuan baru yang berkembang sekitar tahun 1960-an/1970-an dapat dianggap sebagai jembatan untuk memasuki gagasan tokoh postmodernis, khususnya dibidang epistimologi dan filsafat ilmu pengetahuan.
Francois Lyotard bersama Jacques Derrida, Michel Foucault, Gillez Deleuze dan Felix Guattari, dan Jean Baudrillard adalah pemikir postmodern radikal yang berpendapat perbedaan mendasar antara pemikiran pada era modern dan past modern.
Kini ilmu pengetahuan lebih bersifat pragmatis, dalam arti bahwa ilmu pengetahuan diproduksi untuk dijual atau dengan lebih mempertimbangkan nilai guna atau manfaatnya. Gillez Deleuze dan Felix Guattari menyatakan bahwa dalam era informasi sekarang ini, dunia ibarat sebuah jaringan yang satu sama lain saling berkaitan, dan semikian pula otak dan cara berpikir kita memiliki jaringan yang hampir tak ada batas.

C.  Ciri berpikir Filsafat
Berpikir secara filosofis adalah berpikir dengan ketat, dengan mempertimbangkan penalaran atau penarikan kesimpulan secara hati-hati. Berpikir filsafat menuntuk kejelasan, keruntutan, konsistensi dan sistematika. Berpikir secara filosofiss juga memberikan penjelasan tentang dunia, tentang manusia, tentang segala sesuatu, termasuk tentang bagaimana cara manusia mengetahui.
D. Metode Filsafat
Berbagai metode digunakan dalam upaya pencarian kebenaran dan pencerahan. Metode-metode tersebut diantaranya seperti “metode kritis” (seperti pada Socrates dan Plato), “metode intuitif” (seperti pada plotinus dan Hendry Bergson), dan metode lainnya.
Filsafat memerlukan metode lantaran filsafat bertugas “menerjemahkan” atau menginterpretasikan semua bentuk pengalaman manusia. Namun, tentu saja filsafat tidak Cuma bersifat empiris, karena filsafat berupaya menemukan gambaran koheren perihal berbagai pengalaman, bahkan jika perlu menarik kesimpulan yang mengatasi pengalaman itu sendiri.

E. Manfaat Belajar Filsafat
1.       Manfaat praktis yang cukup luas dan berjangka panjang.
2.       Lebih mengandalkan rasio
3.       Filsafat dapat mengubah keyakinan dasar kita, mengubah cara kita memandang denua, bahkan nilai-nilai atau pandangan dunia kita.
4.       Filsafat dapat membentuk kemandirian secara intelektual, membangun sikap toleran terhadap perbedaan sudut pandang, dan membebaskan dari jeratan dogmatisme.



Dzikra Fanadaa
14140110240
Kelas B







Tidak ada komentar:

Posting Komentar