A. Hakikat Ilmu Pengetahuan (Epistimologi)
Istilah
epistimologi pertama kali digunakan oleh J.F. Ferrier pada 1854 untuk
membedakan cabang filsafat lainnya. Secara kebahasaan, epistimologi berasal
dari bahasa Yunani yakni episteme dan
logos. Episteme berarti pengetahuan
dan logos berarti ilmu atau teori. Secara
terminologis, Milton D. Hunnex menyebutkan bahwa epistimologi adalah cabang
filsafat yang membahas sifat dasar, sumber dan validitas pengetahuan. Pengertian
ini dijabarkan lebih lanjut, bahwa fokus pembahasan epistimologi meliputi
pokok-pokok persoalan seperti: dari mana manusia memperoleh pengetahuan atau
apa sumber pengetahuan itu?; bagaimana hubungan antara subjek yang mengetahui
dan objek yang diketahui (struktur atau situasi pengetahuan)?; apa kriteria
pengetahuan?; apakah yang menjadi batas atau wilayah ilmu pengetahuan?; dan
pertanyaan lainnya.
B. Objek Pengetahuan
Objek pengetahuan
adalah hal atau materi yang menjadi perhatian bagi pengetahuan (objek
material). Dalam istilah epistimologi, ini disebut dengan masalah ontologi.
Honderich (1995) menyatakan bahwa objek pengetahuan adalah: 1) gejala alam
fisis, 2) masa lalu, 3) masa depan, 4) nilai-nilai (aksiologi), 5) abstraksi,
6) pikiran.
Masa lalu
sebagai objek pengetahuan bisa menjadi perhatian bagi ahli sejarah, arkeologi,
etnologi, antropologi, dan lain-lain. Kelompok pengetahuan ini lebih bersifat
retrodiktif (melihat ke belakang) (sedangkan ilmu yang lebih berorientasi ke
masa depan disebut dengan ilmu yang bersifat prediktif).
Objek yang
berkaitan dengan nilai-nilai menjadi objek yang dibicarakan pada bidang
tertentu. Misalnya nilai-nilai moral menjadi objek kajian etika dan nilai-nilai
keindahan menjadi kajian objek estetika. Sedangkan abstraksi dan pikiran dapat
menjadi perhatian pada psikobiologi, psikologi, dan cognitive science.
C. Macam-macam Pengetahuan
1. Apriori
Pengetahuan ini mengandalkan
rasio atau akal, dan tidak bergantung pada pengalaman indrawi. Rasionalisme merupakan
aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan hakikatnya berdasar pada akal.
2. Apostertori
Bersebrangan dengan apriori,
apostertori mengandalkan empiris yang berarti menolak bahwa pengetahuan bisa
hanya mengandalkan akal. Aliran ini berpendapat bahwa pada hakikatnya
pengetahuan berdasarkan pada pengalaman.
D. Teori Kebenaran
1.
Teori Kebenaran Korespondensi
Teori ini menyatakan bahwa satu
teori/proposisi benar bila proposisi atau teori itu sesuai dengan fakta
(Kenyataan). Kebenaran adlaah kesetiaan pada realitas objektif.
2. Teori Kebenaran Konsistensi
atau Koherensi
Kebenaran adalah apabila adanya
saling hubungan antar putusan-putusan atau kesesuaian dengan kesepakatan atau
pengetahuan yang telah dimiliki. Teori kebenaran ini umumnya terdapat dalam
matematika dan logika atau kelompok epistemologi idealisme.
3. Teori Kebenaran Pragmatis
Teori ini menekankan pentingnya
akal budi (rasio) sebagai sarana pemecahan masalah (problem solving) dalam
kehidupan manusia baik maslah yang berifat teoritis maupun praktis. Kaum pragmatis
menolak intelektualisme dan absolutisme karena semua pengalaman manusia
bersifat parsial, sementara, dan situasional. Karena itu, yang ada adlaah
kebenaran-kebenaran dan pengalaman itu dapat berubah/diubah oleh pengalaman berikutnya.
4. Teori Kebenaran Perfomatif.
Teori ini menyangkut dengan
bahasa. Bahasa dapat pula bersifat performatif. Artinya, dalam sautu tuturan
terkandung satu komitmen untuk melakukan apa yang dikatakan. Jadi, bahas tidak
hanya menyatakan sesuatu, akan tetapi juga melakukan apa yang dikatakan dan
menghasilkan sesuatu. Di samping itu, bahasa juga dapat menciptakan komunikasi.
Teori kebenaran performatif ini,
yang juga di sebut “tindak bahsa” mengaitkan kebenaran satu tindakan yang
dihubungkan dengans satu pernyataan.
5. Teori Kebenaran Paradigmatis
dan Konsensus
Teori ini diturunkan dari konsep
paragdima Thomas Samuel Kuhn. Menurut Kuhn, ilmu pengetahuan dikonstruksi atas
paradigma tertentu. Dalam dunia ilmiah ada sekelompok ilmuawan yang mendukung
paradigma tertentu. Ada kriteria yang berbeda antara satu paradigma dengan
paradigma lain, sehingga kebenaran tergantung paradigma yang digunakan.
E. Alasan Belajar Epistemologi
1. Pertimbangan strategis karena
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi unsur yang dominan dalam zaman Modern.
2. Asumsi epistimologi ilmu
pengetahuan berkaitan dengan asumsi ontologis dan aksiologis yang biasnaya
terembunyi.
3. epistimologi membantu peserta
didik memahami berbagai bentuk pengetahuan, dan memahami kekuatan dan kekuatan
dan keterbatsannya sehingga terbentuk pemahaman yang lebih holistik.
Dzikra Fanadaa
14140110240
Kelas B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar