Rabu, 23 Maret 2016

EPISTEMOLOGI (Pertemuan kedua dan ketiga)


A. Hakikat Ilmu Pengetahuan (Epistimologi)
Istilah epistimologi pertama kali digunakan oleh J.F. Ferrier pada 1854 untuk membedakan cabang filsafat lainnya. Secara kebahasaan, epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan dan logos berarti ilmu atau teori. Secara terminologis, Milton D. Hunnex menyebutkan bahwa epistimologi adalah cabang filsafat yang membahas sifat dasar, sumber dan validitas pengetahuan. Pengertian ini dijabarkan lebih lanjut, bahwa fokus pembahasan epistimologi meliputi pokok-pokok persoalan seperti: dari mana manusia memperoleh pengetahuan atau apa sumber pengetahuan itu?; bagaimana hubungan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui (struktur atau situasi pengetahuan)?; apa kriteria pengetahuan?; apakah yang menjadi batas atau wilayah ilmu pengetahuan?; dan pertanyaan lainnya.
B. Objek Pengetahuan
Objek pengetahuan adalah hal atau materi yang menjadi perhatian bagi pengetahuan (objek material). Dalam istilah epistimologi, ini disebut dengan masalah ontologi. Honderich (1995) menyatakan bahwa objek pengetahuan adalah: 1) gejala alam fisis, 2) masa lalu, 3) masa depan, 4) nilai-nilai (aksiologi), 5) abstraksi, 6) pikiran.
Masa lalu sebagai objek pengetahuan bisa menjadi perhatian bagi ahli sejarah, arkeologi, etnologi, antropologi, dan lain-lain. Kelompok pengetahuan ini lebih bersifat retrodiktif (melihat ke belakang) (sedangkan ilmu yang lebih berorientasi ke masa depan disebut dengan ilmu yang bersifat prediktif).
Objek yang berkaitan dengan nilai-nilai menjadi objek yang dibicarakan pada bidang tertentu. Misalnya nilai-nilai moral menjadi objek kajian etika dan nilai-nilai keindahan menjadi kajian objek estetika. Sedangkan abstraksi dan pikiran dapat menjadi perhatian pada psikobiologi, psikologi, dan cognitive science.
C. Macam-macam Pengetahuan
1. Apriori
Pengetahuan ini mengandalkan rasio atau akal, dan tidak bergantung pada pengalaman indrawi. Rasionalisme merupakan aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan hakikatnya berdasar pada akal.
2. Apostertori
Bersebrangan dengan apriori, apostertori mengandalkan empiris yang berarti menolak bahwa pengetahuan bisa hanya mengandalkan akal. Aliran ini berpendapat bahwa pada hakikatnya pengetahuan berdasarkan pada pengalaman.
D. Teori Kebenaran
1. Teori Kebenaran Korespondensi
Teori ini menyatakan bahwa satu teori/proposisi benar bila proposisi atau teori itu sesuai dengan fakta (Kenyataan). Kebenaran adlaah kesetiaan pada realitas objektif.
2. Teori Kebenaran Konsistensi atau Koherensi
Kebenaran adalah apabila adanya saling hubungan antar putusan-putusan atau kesesuaian dengan kesepakatan atau pengetahuan yang telah dimiliki. Teori kebenaran ini umumnya terdapat dalam matematika dan logika atau kelompok epistemologi idealisme.
3. Teori Kebenaran Pragmatis
Teori ini menekankan pentingnya akal budi (rasio) sebagai sarana pemecahan masalah (problem solving) dalam kehidupan manusia baik maslah yang berifat teoritis maupun praktis. Kaum pragmatis menolak intelektualisme dan absolutisme karena semua pengalaman manusia bersifat parsial, sementara, dan situasional. Karena itu, yang ada adlaah kebenaran-kebenaran dan pengalaman itu dapat berubah/diubah oleh pengalaman berikutnya.
4. Teori Kebenaran Perfomatif.
Teori ini menyangkut dengan bahasa. Bahasa dapat pula bersifat performatif. Artinya, dalam sautu tuturan terkandung satu komitmen untuk melakukan apa yang dikatakan. Jadi, bahas tidak hanya menyatakan sesuatu, akan tetapi juga melakukan apa yang dikatakan dan menghasilkan sesuatu. Di samping itu, bahasa juga dapat menciptakan komunikasi.
Teori kebenaran performatif ini, yang juga di sebut “tindak bahsa” mengaitkan kebenaran satu tindakan yang dihubungkan dengans satu pernyataan.
5. Teori Kebenaran Paradigmatis dan Konsensus
Teori ini diturunkan dari konsep paragdima Thomas Samuel Kuhn. Menurut Kuhn, ilmu pengetahuan dikonstruksi atas paradigma tertentu. Dalam dunia ilmiah ada sekelompok ilmuawan yang mendukung paradigma tertentu. Ada kriteria yang berbeda antara satu paradigma dengan paradigma lain, sehingga kebenaran tergantung paradigma yang digunakan.
E. Alasan Belajar Epistemologi
1. Pertimbangan strategis karena ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi unsur yang dominan dalam zaman Modern.
2. Asumsi epistimologi ilmu pengetahuan berkaitan dengan asumsi ontologis dan aksiologis yang biasnaya terembunyi.
3. epistimologi membantu peserta didik memahami berbagai bentuk pengetahuan, dan memahami kekuatan dan kekuatan dan keterbatsannya sehingga terbentuk pemahaman yang lebih holistik.


Dzikra Fanadaa
14140110240
Kelas B




Tidak ada komentar:

Posting Komentar