Nama: Nabella Aprilia
NIM: 14140110412
Informasi yang benar mencerahkan kehidupan. Ia membantu
menjernihkan pertimbangan untuk bisa mengambil keputusan yang tepat. Media
adalah sarana utama untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi. Peningkatan
tingkat pendidikan tidak bisa dilepaskan dari sumbangan media.
Media adalah sarana utama untuk menyampaikan dan
mendapatkan informasi.
1.1 INFORMASI SEBAGAI KOMODITI DAN MIMETISME
Dalam cara berpikir industri, informasi pertama-tama
dianggap sebagai barang dagangan. Ciri komersial ini menjadi lebih penting
daripada misi utama media, yaitu untuk menjadi klarifikasi dan memperkaya debat
demokrasi (Ignacio Ramonet, 2001: 10). Contoh nya ialah kasus hubugan anggota
DPR Yahya Zaini dan Maria Eva. Lebih dari satu minggu, kasus ini menyita
halaman pertama banyak media dan televisi. Nilai jual kasis ini sangat tinggi
untuk memuaskan rasa ingin tahu atau bentuk voyeurisme pemirsa atau
pembaca. Logika yang
sama juga mendasari keingintahuan yang besar untuk mengorek kehidupan pribadi
selebritis. Fotografer yang profesinya adalah membuat kejutan para bintang dan
selebritis lebih-lebih dalam intimitas atau privacy mereka memberi kesan
seakan pekerjaan wartawan adalah mempublikasi kehidupan privat selebritis.
Paparazzi
dan wartawan infotainment hanyalah buah dari situasi media yang sangat
didominasi oleh pasar dan keuntungan. Media di bawah tekanan persaingan yang
semakin keras dan tuntutan keberhasilan komersial semakin berat. Banyak
pimpinan media datang dari dunia perusahaan bukan lagi dimonopoli dunia
jurnalisme.
Diantara media sendiri juga
terjadi persaingan. persaingan ini antar media cetak dengan media tv.
persaingan sendiri dapat mendorong kreativitas dari wartawannya sendiri dalam
mencari dan menggali informasi yang akan disampaikan untuk pemirsa. tetapi persaingan
juga didampingi oleh mimetisme. Mimetisme ialah gairah atau hasrat yang
tiba-tiba menghinggapi media dan mendorongnya, seperti sangat penting, berbegas
untuk mencari dan meliput kejadian karena media lain juga deang meliput
kejadian yang sama. jadi media sendiri saling membangkitkan penawaran dan
membiarkan diri dibwah oleh keinginan untuk membari informasi yang berlebih,
bahkan menggunakan cara-cara yang licik.
1.2. MEDIA MENGUBAH INTEGRASI SOSIAL, REPRODUKSI
BUDAYA, PARTISIPASI POLITIK
Integrasi
sosial menghadapi kendala dalam bentuk individualisme narcisik. Hanyut dalam
arus hedonisme individual, individu semacam ini cenderung memuja kultus masa
kini. Hal ini mengabaikan kontrol sosial dari instansi tradisional sehingga
norma – norma tradisional meredup.
Dalam
reproduksi budaya, atau lebih tepat justru produksi budaya, tekanannya adalah
harus selalu bergerak, selalu berubah bukan untuk suatu tujuan utopis tertentu,
tetapi karena diarahkan oleh efektivitas dan tuntutan agar dapat bertahan
hidup.
Dalam
hal partisipasi politik, individu tidak tertarik pada ideologi politik.
Ideologi politik tidak mampu memberi janji, bahkan proyek sejarahnya tidak
mampu lagi memobilisasi pengikut. Arena sosial menjadi tidak lain kecuali
perpanjangan lingkup privat. Jadi, para politisi dewasa ini berhadapan dengan
basis pendukung yang konsumerisme, individualis, mudah berubah pandangan, dan
skeptik. Media menyebarkan gaya hidup di mana sistem representasi menjadi objek
konsumsi.
1.3
Dilema Media Massa
Logika
waktu pendek ini menempatkan media massa dalam situasi yang dilematis. Di satu
sisi, idealisme media menuntut peran sebagai sarana pendidikan agar pembaca,
pemirsa, atau pendengar semakin memiliki sikap kritis, kemandirian, dan
kedalaman berpikir. Di sisi lain, pragmatisme ekonomi memaksa media mengadopsi
logika mode yang terpatri kepada yang spektakuler, sensasional, superfisial,
dan pesan yang beragam.
Media
sangat diharapkan akan meningkatkan mutu debat publik, tetapi justru mengubah
politik menjadi tontonan. Dalam upaya menarik perhatian, berbagai teknik
dipakai oleh media, bahkan sering membuat orang tidak bisa lagi membedakan yang
benar, palsu, simulasi, riil, dan yang hiperriil.
1.4
Pentingnya Pencitraan
Sudah
menjadi rahasia umum, keprihatinan utama media adalah keuntungan, yang tentu
saja perlu dihiasi dengan pernik-pernik idealisme kemanusiaan. Pencitraan
mendiskualifikasikan kategori kebenaran sehingga tidak bisa lagi dibedakan
antara realitas, representasi, simulasi, kepalsuan, dan hiperrealitas.
J.
Baudrillard menjelaskan empat fase citra.
1.
Representasi di mana citra merupakan cermin suatu realitas
2.
Ideologi di mana citra menyembunyikan bahwa tidak ada realitas
3.
Citra menyembunyikan bahwa tidak ada realitas
4.
Citra tidak ada hubungannya sama sekali dengan realitas apapun
1.5
Tiada Perlawanan Terorganisir dan Bentuk Baru Sensor
Media
massa tidak bisa dilepaskan dari manuver kapital. Logika waktu pendek ikut
mengubah kapitalisme. Kapitalisme pasar uang menggagalkan visi jangka panjang
negara demi performance jangka pendek, sirkulasi cepat kapital pada tingkat
global, dan transaksi ekonomi semakin cepat.
Menghadapi
kapitalisme global, komersialisasi gaya hidup dan individualisasi yang tidak
terkontrol itu, tidak ada perlawanan terorganisir yang didukung oleh struktur
kuat dan ideologi yang serius. Media sebenarnya memiliki kesempatan untuk
memengaruhi masyarakat dengan menanamkan kebebasan dan inisiatif, tetapi media
justru semakin membuat khalayak tergantung dan kompulsif.
Dominasi
– dominasi oleh para pemegang kekuasaan menyebabkan ketidakadilan, pembodohan,
dan konsumerisme. Selain itu, dewasa ini sensor juga berubah bentuk. Sensor
tidak lagi tampak dalam bentuk primer karena bukan lagi masalah menghilangkan,
memotong, melarang sejumlah aspek fakta atau menyembunyikannya. Dalam
masyarakat demokratis, penguasa tidak lagi melarang wartawan untuk memberitakan
sesuatu
1.6
Tiga Syarat Kemungkinan Etika Komunikasi
1.
Media mempunyai kekuasaan dan efek yang dahsyat terhadap publik.Padalah media
mudah memanipulasi dan mengaliensi audiens. Dengan demikian, etika komunikasi
mau melindungi publik yang lemah
2.
Etika komunikasi merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan
berekspresi dan tanggung jawab
3.
Mencoba menghindari sedapat mungkin dampak negatif dari logika instrumental
(determinasi ekonomi dan teknologi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar