Etika Komunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Dalam etika berkomunikasi informasi yang benar mencerahkan
kehidupan. Memiliki akses ke informasi berarti kemudahan untuk mendapatkan
kekuasaan atau mempertahankannya, yang pada gilirannya akan membantu orang
mendapatkan keuntungan. Media adalah sarana utama untuk menyampaikan dan mendapatkan
informasi. Saying, hak publik untuk mendapatkan informasi yang benar sering
tidak dijamin karena adanya pertarungan kepentingan dalam hal politik, ekonomi,
atau budaya. Keprihatinan utama pengelola media adalah keuntungan. Logika pasar
menentukan tingkat kualitas informasi yang disuguhkan.
Informasi semakin mudah didapatkan di dunia yang modern dan
dengan media yang memadai yang bisa meningkatkan tingkat pendidikan, akan
tetapi buruknya tentu saja ada yang bermain didalam media yang memberi
informasi, bukan hanya hal politik, ada pun hal ekonomi maupun budaya. Ini
memang bukan publik saja yang dirugikan, akan tetapi ini dikarenakan tuntutan
pasar yang mengubah gaya media, yang awalnya sebagai sumber informasi, sekarang
hanya berisikan hiburan semata.
Media menyebarkan ke seluruh tubuh sosial tidak hanya ide
pembebasan, tetapi juga nilai-nilai hedonis sehingga akhirnya mempengaruhi
integrasi sosial. Tekanan untuk produksi budaya adalah harus selalu bergerak,
selalu berubah bukan untuk suatu tujuan utopis tertentu tetapi karena diarahkan
oleh efektivitas dan tutunan agar bisa bertahan hidup.Begitu pula dalam
partisipasi politik, ideologi politik sudah tidak bisa memberika janji bahkan
sejarah tdak bisa memobilisasi pengikut. Hal ini juga menyebabkan media dibawah
tekanan persaingan yang semakin keras dan tuntutan keberhasilan komersial
semakin berat. Sehingga banyak pimpinan media dating dari dunia perusahaan
bukan lagi dimonopoli oleh dunia jurnalisme. Dapat terbukti bahwa sistem media
saat ini sangat bersifat kapitalisme.
Hal tersebut menyebabkan media menimbulkan reaksi skeptis
bagi para kaum terdidik karena hilangnya rasa percaya terhadap suatu media.
Pada media televisi, rating akan menentukan program siaran tersebut tinggi atau
tidak, dan hal tersebut akan berpengaruh terhadap spot iklan yang akan dijual
media tersebut. Akhirnya, dinamisme media akan terlihat sebagai sesuatu yang
komersial dan hanya mementingkan makna keindahan saja.
Di satu sisi, idealisme media menuntut peran sebagai sarana
pendidikan agar pembaca, pemirsa atau pendengar semakin memiliki sikap kritis,
kemandirian, dan kedalaman berpikir; di sisi lain, pragmatism ekonomi memaksa
media mengadopsi logika mode yang terpatri pada yang spektakuler, sensasional,
superfisial, dan pesan yang beragam. Sindrom yang menyertai logika waktu pendek
ialah dorongan untuk memberi informasi singkat dan cepat saji. Maka, pilihlah
arus jeli. Akhirnya, kriteria spektakuler dan sensasional menjadi dominan.
Akibatnya, media yang diandaikan memberi informasi cenderung menyamakan yang
layak bernilai berita dengan yang sensasional dan politik murahan.
Buah dari media logika waktu pendek adalah cara berpikir
semakin dibentuk oleh konsumsi dan mengikuti model rayuan informasi. Pencitraan
mendiskualifikasi kategori kebenaran sehingga tidak bisa dibedakan antara realitas,
representasi, simulasi, kepalsuan, dan hipperealitas.
J.
Baudrillard menjelaskan empat fase citra:
1. representasi dimana
citra merupakan cermin suatu realitas
2. ideologi dimana
citra menyembunyikan dan memberi gambar yang salah tentang realitas
3. citra
menyembunyikan bahwa tidak ada realitas lalu citra bermain menjadi
penampakannya
4. citra tidak ada
hubungannya sama sekali dengan realitas apapun
Terbukti juga bahwa dewasa ini, sensor bukan hal primer bagi
media. Wartawan di era demokrasi tidak dilarang untuk membatasi infromasinya.
Sensor kini bersembunyi dibalik aspek ekonomi dan komersialismenya. Etika
komunikasi kini memiliki banyak yang harus diperhatikan, sehingga memang benar
bahwa menerapkan etika komunikasi saat ini sangatlah penting.
Berikut dijabarkan tiga pertimbangan dalam penerapan etika
komunikasi,
Satu, media mempunyai efek dan
kekuasaan yang dahsyat terhadap publik. Padahal media mudah memanipulasi
menganalisasi audiens. Dengan demikian, etika komunikasi mau melindungi publik
yang lemah.
Dua, Etika
komunikasi merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan
berekspresi dan tanggung jawab.
Tiga, mencoba
menghindari sedapat mungkin dampak negatif dari logika instrumental. Logika ini
cenderung mengabaikan nilai dan makna, yang penting hanyalah mempertahankan
kredibilitas pers didepan publik, tujuan media sebagai instrument pencerahan
kurang mendapat perhatian. Padahal nilai dan makna melekat pada tujuan suatu
tindakan.
Gabriella Vanessa - 14140110371
Gabriella Vanessa - 14140110371
Tidak ada komentar:
Posting Komentar