Hakikat Filsafat Komunikasi
Proses komunikasi dapat dilihat dari perspektif psikologis
dan mekanis. Dalam perspektif psikologis, komunikasi merupakan aktivitas
psikologi sosial yang melibatkan komunikator, komunikan, isi pesan, lambing,
sifat hubungan, persepsi, proses decoding, dan encoding. Sedangkan perspektif
mekanis adalah aktivitas mekanik yang dilakukan oleh komunikator yang sangat
situasional dan kontekstual.
Pengertian filsafat komunikasi merupakan ilmu yang mengkaji
setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan dan metode filsafat
sehingga didapatkan penjelasan yang mendasar, utuh dan sistematis.
PEMIKIRAN RICHARD L.
LANIGAN
·
Metafisika, merupakan studi yang membahas tentag sifat
dan fungsi teori realita tentang manusia dan hubungannya dengan alam, sifat dan
fakta kehidupan manusia.
Epistemologi,
cabang filsafat yang membahas mengenai asal, sifat, metode, dan batasan
pengetahuan manusia. Cabang filsafat ini merefleksikan asal usul, hakikat, dan
batasan pengetahuan manusia. Pada dasarnya, epistemologi adalah cara bagaimana
pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh yang didalam prosesnya
menggunakan metode ilmiah.
- Aksiologi, merupakan cabang filsafat yang merefleksasikan cara bagaimana menggunakan pengetahuan yang didapatkan aksiologi juga adalah kajian tentang apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya.
- Logika, cabang filsafat yang menelaah asas dan dasar metode penalaran secara benar dengan menggunakan komunikasi.
Menurut Stephen W. Little Joh
Terdapat 3 tema besar
mengenai filsafat yaitu epistemologi, ontologi dan aksiologi. Epistemologi adalah
cabang fisafat yang mempelajari pengetahuan atau bagaimana seseorang mengetahui
apa yang mereka klaim sebagai pengetahuan. Ontologi cabang filsafat yang
berhubungan dengan alam beserta benda-benda dimana kita berupaya untuk
mengetahuinya. Aksiologi adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai-nilai.
Menurut Whitney R. Mundt
Whitney
R. Mundt tidak
memperhitungkan
filsafat komunikasi adalah filsafat yang sebenarnya. Mundt menjelaskan mengenai keterpautan pemerintah
dengan jurnalistik dimana keseimbangan kekuatan selalu bergeser.
Menurutnya pers terbagi menjadi lima:
1) Otoriter,
sistem pers dimana ada sensor dan lisensi dari pemerintah. Pemerintah
menekankan kritik sehingga kekuasaan terpelihara.
2) Sosial-Otoriter,
pers dimiliki oleh pemerintah atau partai pemerintah untuk melengkapi pers guna
mencapai tujuan ekonomi nasional dan tujuan filsafati.
3) Libertarian,
ketiadaan pengawasan pemerintah (kecuali undang-unfang mengenai fitnah dan
cabul), untuk menjamin berkembangnya gagasan secara bebas.
4) Sosial-Libertarian,
pengawasan pemerintah
secara minimal untuk menyumbat saluran-saluran komunikasi dan untuk menjamin
semangat operasional dari filsafat libertarian.
5) Sosial-Sentralis,
yakni kepemilikan pemerintah atau lembaga umum dengan saluran komunikasi terbatas
unutk menjamin semangat operasional dan filsafat libertarian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar