Senin, 11 April 2016

Zaman Yunani Kuno Hingga Awal Abad XX


 Image result for yunani kuno 
Agnes Chyntia
14140110410

Awalnya, filsafat muncul pada Abad Pertengahan pada Zaman Yunani Kuno. Filsafat zaman ini mengutamakan dua unsur yaitu filsafat itu sendiri dan teologis. Teologis memusatkan perhatian kepada Allah sebagai Causa Prima. Teologis sendiri mendominasi teori-teori filsafat yang ada pada zaman itu. Selain itu, hampir semua filsuf-filsuf Zaman Yunani Kuno merupakan seorong teolog. 

Pada abad XIV, sains atau ilmu pasti mulai berkembang. Sains mulai menggeser perhatian filsafat ke semesta sendiri sebagai objek penyelidikan dan manusia sebagai tujuan akhir dari pengembangan pengetahuan mengenai alam semesta. Kepler dan Galileo meletakkan dasar sains klasik pada Zaman Modern yaitu sains model Newton. Sains modern sendiri sangat memengaruhi perkembangan filsafat pada zaman itu. Berkaitan dengan ini, muncul keyakinan yang kental akan kemampuan akal budi untuk menembus misteri alam dan mengatur kehidupan demi masa depan yang lebih baik.

Adanya penggabungan antara sains dan filsafat di zaman ini menandakan bahwa ada pengandaian kemampuan budi manusia untuk memahami kenyataan. Hal ini disebut Filsafat Modern. Filsafat Modern sendiri berkembang pada sifat dari penyelidikan yang dijalankannya untuk membedakan pengetahuan mana yang ilmiah dan mana yang tidak bisa disebut ilmiah.  Kemudian perkembangan akal budi sebagai pusat segalanya meningkat cepat pada Zaman Akal Budi yang ditandai dengan Enlightment/Pencerahan pada abad XVIII. Enlightment sendiri mengacu pada pemikiran yang rasional. Akal budi digunakan untuk menginterpretasikan hidup moral, religius, sosial, dan politik. 

Pada abad XX yaitu Zaman Kontemporer, muncullah Filsafat Analitik/Kontemporer. Filsafat Modern sendiri berpusat pada permasalahan epistemologis, sedangkan Filsafat Kontemporer memfokuskan perhatiannya pada permasalahan linguistik logis. Ada tiga macam tema Filsafat Analitik, yaitu peran bahasa dalam komunikasi dan penalaran, penyelidikan mengenai metodologi, dan penyelidikan filosofis mengenai logika formal alternatif. Tiga tema ini digunakan untuk membantu memecahkan berbagai masalah filosofis.

Selain Filsafat Analitik, ada juga aliran-aliran yang cukup berpengaruh pada zaman itu. Pragmatisme yang menekankan aspek tindakan konkret, Fenomenologi yang menekankan metode penyelidikan untuk sampai ke hakikat objek, Eksistensialisme yang menekankan sebagai kenyataan yang dialami dengan segala permasalahan konkretnya, Hegelianisme-Marxisme menekankan pada pentingnya sejarah, dan Filsafat Proses menekankan proses sebagai fakta utama yang melibatkan segala aspek pengalaman.

Semakin berkembangnya zaman modern, muncullah istilah posmodernisme. Posmo memeringatkan kita akan merebaknya kebhinekaan, baik melalui kesadaran akan beranekanya masyarakata dengan paradigmanya masing-masing maupun lewat perkembangan ilmu yang semakin mengarah ke spesialisasi yang semakin rumit dengan jargon dan bahasa yang khas. Hal ini berpotensi menjadi sumber isolasi berbagai masyarakat dan bidang disiplin.

Masing-masing masyarakat dan bidang disiplin punya tolak ukur sendiri untuk menentukan rasionalitas dan tingkah laku yang sesuai. Untuk itu kita perlu menyadari peringatan posmo bahwa kita perlu menyadari perluasan jangkauan keyakinan akan kebenaran maupun teori tidak boleh tergesa-gesa dan berharga mati. Kita punya kewajiban untuk mengolah terus menerus keyakinan kita sendiri  dengan menabrakkannya dengan pengalaman yang lebih lanjut di dalam interaksi dengan masyarakat dan bidang disiplin lain agar keyakinan akan kebenaran tersebut bisa diperkaya dan diperdalam. 

Keyakinan yang kita peroleh dari masyarakat atau bidang pengalaman/pengetahuan tertentu juga tidak boleh dengan cepat dipergunakan untuk mengadili keyakinan masyarakat atu bidang pengalaman/pengetahuan lain. Kita perlu memahami kebenaran yang diyakini kelompok lain dari dalam sistemnya sendiri. Kita harus mencoba memahaminya dulu sebelum menilai. Dengan kata lain, dialog merupakan kunci untuk membuka perbendaharaan kebenaran.

Filsafat sendiri berperan sebagai pengetahuan mengani hal-hal yang mendasar, sebagai upaya mencari arti hidup, sebagai ilmu tentang ilmu, sebagai kosmologi spekulatif, sebagai teori bahasa, dan sebagai teori diskusi kritis. Filsafat dalam menilai pengalaman bisa dijadikan sebagai kritik terhadap pengalaman itu sendiri termasuk ilmu-ilmu dan sebagai upaya membentuk visi yang koheren, logis dan tepat-guna, tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya.

Kebijaksanaan hanya bisa tercapai bila orang memiliki sikap kritis di dalam menilai pengalamannya, serta bersifat kreatif untuk menciptakan alternatif-alternatif di dalam menghadapi jalan-jalan buntu maupun mencari yang lebih baik dari yang sudah ada. Dengan begitu, filsafat sebagai kritik terhadap pengalaman, termasuk ilmu-ilmu, dan sebagai upaya membentuk visi yang koheren, logis dan tepat guna, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar