FELLISIA
14140110205
Bila informasi yang
benar dan akurat, maka hal itu dapat mencerahkan kehidupan kita. hal ini juga
dapat membantu kita dalam mempertimbangkan mengambil keputusan yang tepat pula.
informasi yang benar menjauhkan kita dari salah paham dan menjadi sarana utama
dalam menciptakan kedamaian. media adalah sarana utama dalam untuk menyampaikan
dan memperoleh informasi,
1.1. INFORMASI SEBAGAI KOMODITI DAN MIMETISME
Dalam kerangka berpikir
industri media, informasi merupakan barang yang dapa diperjual belikan atau
dapat diperdagangkan. Sehingga tidak heran jika kita melihat seorang wartawan
infotaiment dapat mengejar, dan mengorek informasi selebriti hingga ke ranah
kehidupan pribadi si selebriti. Menurut media informasi-informasi inilah yang benilai
jual beli bagi penonton dirumah. Bagi mereka (media), pasar informasi
pertama-tama adalah untuk mencari keuntungan.
Diantara media sendiri
juga terjadi persaingan. persaingan ini antar media cetak dengan media tv.
persaingan sendiri dapat mendorong kreativitas dari wartawannya sendiri dalam
mencari dan menggali informasi yang akan disampaikan untuk pemirsa. tetapi
persaingan juga didampingi oleh mimetisme. Mimetisme ialah gairah atau hasrat
yang tiba-tiba menghinggapi media dan mendorongnya, seperti sangat penting,
berbegas untuk mencari dan meliput kejadian karena media lain juga deang
meliput kejadian yang sama. jadi media sendiri saling membangkitkan penawaran
dan membiarkan diri dibwah oleh keinginan untuk membari informasi yang berlebih,
bahkan menggunakan cara-cara yang licik.
1.2. MEDIA MENGUBAH INTEGRASI SOSIAL, REPRODUKSI BUDAYA,
PARTISIPASI POLITIK
Media sendiri dapat
berbaur ke seluruh tubuh sosial dan akhirnya dapat memengaruhi integrasi
sosial. integrasi sosial menghadapi kendala dalam bentuk, individualisme
narcistik. dalam reproduksi budaya, atau lebih tepatnya justru produksi budaya,
tekanannya selalu bergerak, selalu berubah bukan hanya untuk suatu tujuan
tertentu, tetapi karena diarahkan oleh efektivitas dan tuntutan agar bisa
bertahan hidup. dibalik presentasi komunikasi, media massa, informasi
melanjutkan destruksi budaya. yang dimaksud adalah bahwa semua isi makna
diserap kedalan satu-satunya bentuk dominan dari medium. medium itu sendiri
merupakan peristiwa. Medium adalah pesan. bukan hanya menandai pesan, tetapi
juga akhir dari pesan.
Konsumsi adalah petanda
yang mengarahkan dirinya sendiri dibalik alibi yang ditandain. Bukan mengarah
kedunia dengan bantuan mediasi gambar, tetapi gambar yang kembali kedirinya
sendiri, dengan lebih dulu berputar melalui dunia. media berperan besar dalam
menciptakan kebutuhan palsu, serta sikap pasif yang terhanyut dalam
konsumerisme. Dalam hal pastisipasi politik, ideologi politik tidak mampu
memberikan janji, bahkan proyek sejarahnya tidak mampu lagi memobilitasi
pengikutnya. jadi, para politisi dewasa ini berhadapan dengan basis pendukung
yang konsumeris, individualisme, mudah berubah paandangan, dan skeptik.
1.3. DILEMA MEDIA MASSA
Media sangat menginginkan akan
meningkatkan kualitas dengan public, namun justru mengubah politik menjadi
bahan tontonan. Media juga diharapkan berperan dalam pendidikan politik untuk
mengantar kekematangan politik para pemilih. Didalam media, apalagi televisi,
beroperasi sejumlah mekanisme yang merupakan bentuk kekerasan simbolik. Kekerasan
simbolik adalah kekerasan yang berlangsung dengan persetujuan tersirat dari
korbannya sejauh mereka tidak sadar melakukan atau menderitanya. Dalam konteks
ini kekerasan simbolis media sangat merugikan upaya pencerdasan public dan
pendidikan kritis masyarakat.
1.4 PENTINGNYA PENCITRAAN
Keprihatinan
utama media adalah keunungan, yang tentu saja perlu dihiasi dengan idealism kemanusiaan.
Keuntungan hanya mungkin kalua punya pengaruh. Maka, memperngaruhi dan
membentuk citra bergeser menjadi obsesi media. Politikus yang
mengunjungi daerah bencana dan membopong anak yang terluka, dengan sentuhan
beberapa adegan dan menit, media telah membentuk citra pemimpin yang peduli
dengan korban bencana alam. Simulasi tersebut solah-olah nyata, sedangkan
realitas berlalu begitu saja seakan-akan representasi atau simulasi.
Ada empat fase pencitraan :
1. Representasi
dimana citra merupakan ceriman suatu realitas yang ada
2. Ideology
dimana citra menyembunyikan dan memberi gambaran yang salha akan realitas.
3. Citra
menyembunyikan bahwa tidak adanya kehadiran realitas.
4. Citra
tidak ada sangkut pautnya dengan realitas apapun.
Dalam konteks ini terjawab mengapa media terpacu untuk
memberitakan informasi secara langsung dari tempat kejadian. Seakan dengan cara
itu, media mau meyankinkan bahwa peristiwa itu adalah hal yang benar-benar
terjadi.
1.5
TIADA PERLAWANAN TERORGANISIR DAN BENTUK BARU SENSOR
Menghadapi kapitalisme global, komersialisasi gaya hidup yang
tak terkontrol itu, tidak ada perlawanan yang terorganisir yang didukung oleh
struktur kuat dan ideology yang kuat. Memang
media memiliki fungsi normalisasi dan oengaruh perilakumasyrakat, tetapi media
tidak dapat memaksakan hal tersebut. Media sebetulnya punya kesempatan
mempengaruhi masyrakat dengan membuat kebebasan dan inisiatif. Tetapi media
malah semakin membuat pembaca atau audiens tergantung dengan kompulsif.
Perjuangan untuk mendapatkan informasi yang benar agar
masyarakat dapat kritis, kemandirian dan kedalaman dalam berpikir, tidak bisa
lepas dari perjuangan menegakkan
etika komunikasi. Etika komunikasi tidak bekerja pertama-tama melalui regulasi
pelarangan.maka sensor bukan sarana yang tepat dan baik untuk menegakkan etika
komunikasi.
Sensor
justru menelusup dalam keberlimpahannya informasi yang harus didengar, dibaca
atau dilihat sehingga orang tidak mampu melihat dan menilai apa-apa saja yang
kurang dari suatuinformasi. Sensor justru dapt berfungsi lain yaitu propaganda.
Nilai jual media bergantung pada kemampuan untuk memberikan
citra yang baik, citra itu dibangun pada integritas dan ketidakberpihakan. Hal yang
ditakuti oleh wartawan adalah pengaruh terhadap isi informasi dari iklan dan
pemasangan iklan. Tekanan untuk mendapatkan untung akan meruntuhkan tembon
pemisaha anatara redaksi dengan iklan.
1.6 TIGA SYARAT KEMUNGKINAN ETIKA KOMUNIKASI
1. Media
mempunyai kekuasaan dan efek yang dahsyat terhadap public.
2. Etika
komunikasi merupakan upaya menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi
dengan tanggung jawab.
3. Mencoba
menghindari sedapat mungkin dampak negative dari logika instrumental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar