Senin, 11 April 2016

MENGAPA ETIKA KOMMUNIKAIS DIPERLUKAN ?

FELLISIA
14140110205     


     Bila informasi yang benar dan akurat, maka hal itu dapat mencerahkan kehidupan kita. hal ini juga dapat membantu kita dalam mempertimbangkan mengambil keputusan yang tepat pula. informasi yang benar menjauhkan kita dari salah paham dan menjadi sarana utama dalam menciptakan kedamaian. media adalah sarana utama dalam untuk menyampaikan dan memperoleh informasi, 


1.1. INFORMASI SEBAGAI KOMODITI DAN MIMETISME

          Dalam kerangka berpikir industri media, informasi merupakan barang yang dapa diperjual belikan atau dapat diperdagangkan. Sehingga tidak heran jika kita melihat seorang wartawan infotaiment dapat mengejar, dan mengorek informasi selebriti hingga ke ranah kehidupan pribadi si selebriti. Menurut media informasi-informasi inilah yang benilai jual beli bagi penonton dirumah. Bagi mereka (media), pasar informasi pertama-tama adalah untuk mencari keuntungan. 

          Diantara media sendiri juga terjadi persaingan. persaingan ini antar media cetak dengan media tv. persaingan sendiri dapat mendorong kreativitas dari wartawannya sendiri dalam mencari dan menggali informasi yang akan disampaikan untuk pemirsa. tetapi persaingan juga didampingi oleh mimetisme. Mimetisme ialah gairah atau hasrat yang tiba-tiba menghinggapi media dan mendorongnya, seperti sangat penting, berbegas untuk mencari dan meliput kejadian karena media lain juga deang meliput kejadian yang sama. jadi media sendiri saling membangkitkan penawaran dan membiarkan diri dibwah oleh keinginan untuk membari informasi yang berlebih, bahkan menggunakan cara-cara yang licik. 


1.2. MEDIA MENGUBAH INTEGRASI SOSIAL, REPRODUKSI BUDAYA, PARTISIPASI POLITIK

          Media sendiri dapat berbaur ke seluruh tubuh sosial dan akhirnya dapat memengaruhi integrasi sosial. integrasi sosial menghadapi kendala dalam bentuk, individualisme narcistik. dalam reproduksi budaya, atau lebih tepatnya justru produksi budaya, tekanannya selalu bergerak, selalu berubah bukan hanya untuk suatu tujuan tertentu, tetapi karena diarahkan oleh efektivitas dan tuntutan agar bisa bertahan hidup. dibalik presentasi komunikasi, media massa, informasi melanjutkan destruksi budaya. yang dimaksud adalah bahwa semua isi makna diserap kedalan satu-satunya bentuk dominan dari medium. medium itu sendiri merupakan peristiwa. Medium adalah pesan. bukan hanya menandai pesan, tetapi juga akhir dari pesan.

          Konsumsi adalah petanda yang mengarahkan dirinya sendiri dibalik alibi yang ditandain. Bukan mengarah kedunia dengan bantuan mediasi gambar, tetapi gambar yang kembali kedirinya sendiri, dengan lebih dulu berputar melalui dunia. media berperan besar dalam menciptakan kebutuhan  palsu, serta sikap pasif yang terhanyut dalam konsumerisme. Dalam hal pastisipasi politik, ideologi politik tidak mampu memberikan janji, bahkan proyek sejarahnya tidak mampu lagi memobilitasi pengikutnya. jadi, para politisi dewasa ini berhadapan dengan basis pendukung yang konsumeris, individualisme, mudah berubah paandangan, dan skeptik. 

1.3. DILEMA MEDIA MASSA

Media sangat menginginkan akan meningkatkan kualitas dengan public, namun justru mengubah politik menjadi bahan tontonan. Media juga diharapkan berperan dalam pendidikan politik untuk mengantar kekematangan politik para pemilih. Didalam media, apalagi televisi, beroperasi sejumlah mekanisme yang merupakan bentuk kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik adalah kekerasan yang berlangsung dengan persetujuan tersirat dari korbannya sejauh mereka tidak sadar melakukan atau menderitanya. Dalam konteks ini kekerasan simbolis media sangat merugikan upaya pencerdasan public dan pendidikan kritis masyarakat.








1.4 PENTINGNYA PENCITRAAN
            Keprihatinan utama media adalah keunungan, yang tentu saja perlu dihiasi dengan idealism kemanusiaan. Keuntungan hanya mungkin kalua punya pengaruh. Maka, memperngaruhi dan membentuk citra bergeser menjadi obsesi media. Politikus yang mengunjungi daerah bencana dan membopong anak yang terluka, dengan sentuhan beberapa adegan dan menit, media telah membentuk citra pemimpin yang peduli dengan korban bencana alam. Simulasi tersebut solah-olah nyata, sedangkan realitas berlalu begitu saja seakan-akan representasi atau simulasi.
           
            Ada empat fase pencitraan :
1.      Representasi dimana citra merupakan ceriman suatu realitas yang ada
2.      Ideology dimana citra menyembunyikan dan memberi gambaran yang salha akan realitas.
3.      Citra menyembunyikan bahwa tidak adanya kehadiran realitas.
4.      Citra tidak ada sangkut pautnya dengan realitas apapun.

Dalam konteks ini terjawab mengapa media terpacu untuk memberitakan informasi secara langsung dari tempat kejadian. Seakan dengan cara itu, media mau meyankinkan bahwa peristiwa itu adalah hal yang benar-benar terjadi.


1.5 TIADA PERLAWANAN TERORGANISIR DAN BENTUK BARU SENSOR

Menghadapi kapitalisme global, komersialisasi gaya hidup yang tak terkontrol itu, tidak ada perlawanan yang terorganisir yang didukung oleh struktur kuat dan ideology yang kuat.  Memang media memiliki fungsi normalisasi dan oengaruh perilakumasyrakat, tetapi media tidak dapat memaksakan hal tersebut. Media sebetulnya punya kesempatan mempengaruhi masyrakat dengan membuat kebebasan dan inisiatif. Tetapi media malah semakin membuat pembaca atau audiens tergantung dengan kompulsif.



Perjuangan untuk mendapatkan informasi yang benar agar masyarakat dapat kritis, kemandirian dan kedalaman dalam berpikir, tidak bisa lepas dari         perjuangan menegakkan etika komunikasi. Etika komunikasi tidak bekerja pertama-tama melalui regulasi pelarangan.maka sensor bukan sarana yang tepat dan baik untuk menegakkan etika komunikasi.
Sensor justru menelusup dalam keberlimpahannya informasi yang harus didengar, dibaca atau dilihat sehingga orang tidak mampu melihat dan menilai apa-apa saja yang kurang dari suatuinformasi. Sensor justru dapt berfungsi lain yaitu propaganda.

Nilai jual media bergantung pada kemampuan untuk memberikan citra yang baik, citra itu dibangun pada integritas dan ketidakberpihakan. Hal yang ditakuti oleh wartawan adalah pengaruh terhadap isi informasi dari iklan dan pemasangan iklan. Tekanan untuk mendapatkan untung akan meruntuhkan tembon pemisaha anatara redaksi dengan iklan.



 1.6 TIGA SYARAT KEMUNGKINAN ETIKA KOMUNIKASI

           
1.      Media mempunyai kekuasaan dan efek yang dahsyat terhadap public.

2.      Etika komunikasi merupakan upaya menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dengan tanggung jawab.

3.      Mencoba menghindari sedapat mungkin dampak negative dari logika instrumental.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar