Senin, 11 April 2016

Review: Kebenaran dalam Etika dan Filsafat Komunikasi



A. Pengertian Kebenaran

Kata benar mempunyai arti: 1. Tidak salah, lurus, dan adil. 2. Sungguh-sungguh dan tidak bohong. 3. Sesungguhnya, memang demikian halnya. 4. Sangat, sekali. Pengertian kebenaran dapat dilihat dari berbagai teori mengenai kebenaran, antara lain: Teori koherensi, Menurut teori suatu pengetahuan, teori pernyataan, proposisi atau hipotesis dianggap benar bila ia sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi atau hipotesis lainnya. Meneguhkan dan konsisten dengan sebelumnya. Teori korespondensi, Benar jika ia berhubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan itu. Jakarta adalah Ibu Kota Indonesia, benar sesuai dengan fakta. Teori pragmatis, dinilai benar jika konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia, berguna dalam kehidupan praktis. Teori koherensi, dianggap benar bila ia berkaitan dengan pernyataan sebelumnya yang sudah pasti benar.

B. Kebenaran Ilmiah dan Kebenaran Non-Ilmiah

Ada kebenaran karena faktor-faktor non ilmiah. Diantaranya kebenaran non-ilmiah adalah:
Kebenaran karena kebetulan, didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat diandalkan, kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. Namun satu atau dua kebetulan bisa juga meniadi perantara kebenaran ilmiah. Kebenaran karena akal sehat, konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis.
Kebenaran agama dan wahyu, kebenaran mutlak dan asasi dari Tuhan. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan pancaindra manusia, tapi sebagian hal lain tidak dan karenanya membutuhkan keyakinan. Kebenaran intuitif, didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir. Sukar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan. Dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah daging di suatu bidang.
Kebenaran karena trial and error, diperoleh karena mengulang ulang pekerjaan, baik metode, teknik, mater, dam parameter- parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu. Memerlukan waktu lama dan biaya tinggi. Kebenaran spekulasi, adanya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara matan. Dikerjakan dengan penuh risiko, relatif lebih cepat, dan biaya lebih rendah daripada trial- error. Kebenaran karena kewibawaan, pengaruh kewibawaan seseorang. Bisa ilmuwan, pakar atau ahli yang memiliki kompetensi. Kadang kebenaran yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji.
Kebenaran karena kekuasaan, sesuatu salah menjadi benar atau salah karena adanya intervensi kekuasaan.

C. Kebenaran filsafat

Kebenaran kefilsafatan empat aspek yakni objek materi, forma, metode dan sistem yang terkait dengan kebenaran.

1. Obiek materi, mempelajari segala sesuatu yang ada. Kebenaran ilmu pengetahuan filsafat bersifat universal, yang berarti tidak terkait, dengan jenis-jenis objek tertentu.

2. Objek forma, kebenaran ilmu pengetahuan filsafat itu bersifat metafisika. Meliputi ruang lingkup mulai dari konkret- khusus sampai kepada yang abstrak-universal.

3. Metode, terarah pada pencapaian pengetahuan esensial atas setiap hal dan pengetahuan eksistensial daripada segala sesuatu dalam keterikatan yang utuh.

4. Sistem, kebenaran bersifat dialektis. Senantiasa terarah kepada keterbukaan bag masuknya ide-ide baru dan pengetahuan baru yang semakin memperjelas kebenaran.

D. Kebenaran Sebagai Nilai Fundamental

Louis Alvin Day mengatakan lawan dari kebenaran adalah bohong, penipuan, dan ketidakjuiuran. Deception tidak hanya dari ucapan, tapi juga perilaku, gerak tubuh, hingga sebuan senyum. Menahan informasi juga merupakan bagan dari Deception. Sedangkan bohon merupakan subkategori dari deception dan meliputi komunikasi tentang informasi yang salah dimana komunikator sendiri yang mengetahui bahwa informasi tersebut adalah salah.
Immanuel Kant mengatakan bahwa kebenaran merupama sesuatu yang harus ditegakkan, apapun resikonha. Socrates bahkan rela mati demi mempertahankan kebebasan berbicara sebgai norma kebenaran.

E. Makna Penting Kebenaran

Hakikat manusia adalah makhluk relasional. Setap individu pasti terlibat relasi dengan sesamanya. Interaksi itu sendiri membutuhkan simbol- simbol tertentu. Simbol itu biasanya disepakati bersama dalam skala kecil pun skala besar. Misalnya: bahasa, tulisan, dan simbol lainnya yang dipakai bersifat dinamis dan unik. Manusia harus lebih kritis, peka, aktif, dan kreatif dalam menginterpretasikan simbol-simbol yang muncul dalam interaksi sosial. Menentukan arah perkembangan manusia dan lingkungan. Menjadi petaka bagi hidup manusia dan lingkungannya. Pemakaian simbol yang baik dan benar sehingga tidak menimbulkan kerancuan interpretasi. Dalam konteks interaksi sosial inilah, terdapat sejumlah hal sehingga kebenaran dipandang sebagai sesuatu yang penting dalam sebuah peradaban. Pertama, ketiadaan integritas dalam komunikasi antar manusia akan berbuntut pada penggusuran otonomi individu. Manusia sangat bergantung pada kebenaran dan akurasi dari informasi yang kita peroleh. Manusia menggunakan kebebasannya dalam hal memilih.

Alasan kedua, kebenaran menunjukkan rasa menghargai orang lain sebagai tujuan, bukan sebagai alat. Kebenaran sebagai bagan dari penghargaan terhadap orang lain pada gilirannya akan menumbuhkan kepercayaan antar individu. Terakhir, kebenaran merupakan unsur yang esensial bagi kelancaran proses demokrasi. Menurut Habermas negara hukum modern berciri demokratis jika terjadi komunikasi politis intens antara ruang publik dan sistem politik.



F. Dikotomi Kebenaran dalam Komunikasi

Yasraf Amir Piliang mengatakan bahwa jaringan komunikasi yang berskala global telah menggiring ke arah proses komunikasi dan arus informasi yang berlangsung cepat dan padat. Menciptakan kebergantungan tinggi pada berbagai teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi yang kecepatannya bertumbuh secara cepat, padat, dan mini. Telah mengondisikan pola komunikasi yang juga semakin cepat, ringkas, instan, dan padat.
Dorongan kecepatan menjadi sebuan teror yang menghasilkan kecemasan dan kondisi panik: kecepatan Pergantian citra televisi yang tak sanggup dicerna, serbuan pesan email, blog atau spam Internet yang tak mampu dimaknai, kecepatan pergantian perangkat lunak yang tak makna mampu dikuti, gelombang pergantian gaya dan gaya hidup yang menjadikan orang selalu merasa kurang dan ketinggalan zaman.

MenujuTeori Disinformasi

Komunikasi tak lagi punya tujuan pasti. Informasi tak lagi punya makna yang jelas. Informasi berkembang ke arah sifat superlatif, yang diproduksi dalam porsi berlebihan. Apa yang ditampilkan sebagai sebuah kebenara boleh jadi tak lebih dari sebuah kebohongan. Kesulitan besar dalam memisankan antara kebenaran dan kepalsuan. Kepalsuan dikemas melalui manipulasi computer graphic. Kini tampil sebagai kebenaran yang meyakinkan.
Jurnalistik sendiri terdapat standar minimum dalam mereport kebenaran. Pertama, report harus akurat, verifikasi fakta sehingga diperoleh bukti yang valid. Kewajiban reporter untuk menyampaikan kebenaran kepada masyarakat, paling tidak dengan memilih narasumber dengan track record yang dipercaya. Kedua, upaya pencerdasan dengan cara mendorong pemahaman audiensi. Pemahaman dibatasi oleh waktu dan space. Laporan harus berisi sejumlah informasi yang memberi pemahaman bagi audiens. Menjadi lebih rumit bila seorang jurnalis mendapat tekanan dan kekuatan politik atau ekonomi. Ketiga, suatu laporan mesti bersifat fair dan seimbang. Menghindari bias yang mungkin timbul dalam suatu laporan, dan hindari ambiguitas.

Kebenaran dalam iklan, tidak lebih dari logika ekonomi liberal. Yang berujung pada akumulasi keuntungan. Iklan menjungkirbalikkan apa yang sebelumnya merupakan kebutuhan bagi masyarakat meniadi keinginan, begitu juga sebaliknya. Etika periklanan sendiri mengatakan bahwa pengikIan memiliki tanggung jawab atas kebenaran informasi tentang produk yang diiklankan. Tidak teriadi janji yang berlebihan atas kemampuan nyata suatu produk. Tingginya tingkat pelanggaran etika iklan obat dan suplemen makanan sangat memprihatinkan. Teknis media yang membahayakan masyarakat bila digunakan secara tidak benar (tidak wajar).



Nonna Sabrina Cendana 14140110096

Etika Filsafat B



Tidak ada komentar:

Posting Komentar