Filsafat
adalah suatu ilmu untuk memperoleh kebenaran. Melalui filsafat kita belajar
mengambil sikap, mengukur bobot dari berbagai pandangan. Perkembangan filsafat
terbagi menjadi beberapa, yaitu:
1.
Filsafat india
Filsafat India bertujuan
untuk memaparkan bagaimana orang dapat mencapai kebahagiaan yang kekal. Alam
pikiran India boleh dikatakan “Magic Religius” dan karena itulah filsafat ini
berkembang pada saat itu. Hinduisme adalah sebuah nama yang menaungi berbagai
agama dan sebuah nama agama yang berbeda bernaung di bawahnya. Pada dasarnya suatu
kepercayaan satu kepercayaan monetheistik.
2. Filsafat
Cina
Berdasarkan penemuan
arkeologis, Cina Kuno itu sudah ada sebelum periode Neolitik (5000 SM) baik di
sebelah timur laut dan barat laut. Kehidupan komunitas suku berpusat pada
penyembahan dewa-dewa leluhur dan dewa-dewa alam. Mereka terintegrasi dalam
sebuah keadaan politis yang tersatukan, Xia. Pemikiran filsafat di Cina bermula
sekitar abad ke-6 SM pada masa pemerintahan Dinasti Chou di Utara.
3. Filsafat Islam
Filsafat Yunani paling dominan masuk ke duniaIslam di tandai dengan adanya penerjemahan-penerjemahan buku-buku filsafat. Upaya-upaya umat Islam ini dapat memunculkan tokoh filosuf Islam terkenal ke dalam atau luar islam.
Filsafat Yunani paling dominan masuk ke duniaIslam di tandai dengan adanya penerjemahan-penerjemahan buku-buku filsafat. Upaya-upaya umat Islam ini dapat memunculkan tokoh filosuf Islam terkenal ke dalam atau luar islam.
Periode
puncak perkembangan skolastik ( abad ke-13) ditandai oleh keadaan yang
dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yunani,
puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. Pada masa ini Scholastik mengalami
kejayaan yang berlangsung dari tahun 1200-1300 M. Pengaruh dari Aristoteles dan
ahli fikir Islam sejak abad ke 12 sehingga pada abad ke 13 telah tumbuh ilmu
pengetahuan yang luas, hingga akhirnya berdirinya beberapa Universitas. Periode
skolstik akhir (abad ke-14-15)
Tidak mungkin bila dalam
suatu ilmu tidak terdapat permasalahan. Berikut ini adalah permasalahan dalam
Filsafat:
1. Logika
Logika adalah bagian filsafat yang memperbincangkan hakikat ketepatan, cara
menyusun pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan berpengetahuan. Tepat belum
tentu benar, sedangkan benar selalu mempunyai dasar yang tepat.nLogika dibagi atas dua hal yang lebih rinci, yaitu
logika formal dan logika material. Logika formal membahas mengenai masalah
pengaturan atau aturannya, rumusan, atau hukum-hukum bagi ketepatan susunan
pikiran. Sedangkan logika material adalah wacana atau argumentasi mengenai
hakikat penggunaan ketepatan susunan berpikir terhadap bidang-bidang kegiatan
tertentu. Kita juga mengenal istilah deontik logika yang berarti pernyataan
deontik. Deontik merupakan istilah yang dikemukakan G.H. Von Wright,
bertalian dengan konsep permisibilitas dan obligatoriness. Konsep deontik dapat
dibandingkan dan dikontraskan dengan konsep normatik mengenai kebenaran dan
kesalahan di antara konsep-konsep yang paling umum, dan konsep analogis
mengenai baik dan buruk. Jenis logika ada tiga, yaitu logika induktif, logika
deduktif, dan logika dialektis. Logika deduktif merupakan hasil penelitian atau
sistem mengenai prinsip-prinsip kesimpulan yang mengarah pada penggunaan suatu
prinsip. Adapun logika induktif merupakan hasil penelitian atau teori mengenai
prinsip-prinsip kesimpulan dari berbagai kenyataan. Pengertian logika deduktif
dan induktif merupakan wilayah kesimpulan yang sangat penting dalam penggunaan
logika.
2. Epistemologi
Epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan, terdapat
perbincangan mengenai dasar, batas, dan objek, pengetahuan. Oleh sebagian
orang, epistemologi disebut filsafat ilmu. Terdapat perbedaan antara
epistemologi dan filsafat ilmu. Secara umum, epistemologi mempersoalkan
kebenaran pengetahuan, sedangkan filsafat ilmu (philosophy of science),
secara khsus mempersoalkan ilmu atau keilmuan pengetahuan.
Dalam hal ini, terdapat empat jenis kebenaran yang
secara umum dikenal orang, yaitu kebenaran religius, kebenaran filosofis,
kebenaran estetis, dan kebenaran ilmiah. Hal itu merupakan hasil dari aturan
berpikirnya masing-masing, seperti telah diutarakan dalam pemabahasan logika
material.
Pada pembahasa kali ini, filsafat berbicara tentang
segala sesuatu yang ada, yakni biasa disebut metafisika. Filsafat mempersoalkan
pula hakikat kenyataan, segala sesuatu yang ada, dan materi filsafat, atau
dengan kata lain tida ada masalah yang tidak dibicarakan dalam filsafat. Segala
hal yang dibicarakan disebut metafisika. Masalah ini dianggap sebagai inti dari
filsafat, sekalian alam, tidak ada satu hal pun yang lepas dari perhatian
filsafat, atau bersifat universal. Pada perbicangan ini terdapat dua bagian
penting dari metafisika, yaitu metafisika umum atau ontologi mempersoalkan
hakikat “ada” dan metafisika khusus mempersoalkan hakikat “yang ada”
Dalam sejarah filsafat juga
terdapat beberapa teori tentang kebenaran, diantaranya ada tiga yang utama
yakni:
·
Teori penyesuaian
(korespondensi)
Menurut teori ini kebenaran adalah penyesuaian antara
apa yang dikatakan dan kenyataan
·
Teori keteguhan (koherensi)
Menurut teori ini kebenaran tidak diperoleh dalam
keseuaian antara proposisi atau pernytaan dan kenyataan. Suatu pernyataan
dianggap benar apabila pernyataan itu bersifat koherens atau konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya.yang dianggap benar.
·
Teori Pragmatis tentang
kebenaran.
Menurut teori ini kebenaran suatu pernyataan diukur
dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis.
Dalam filsafat ilmu
terdapat dua kebenaran, yaitu kebenaran ilmiah dan kebenaran non ilmiah. Kebenaran
ilmiah adalah kebenaran yang didasari proses penelitian dan penalaran logika
ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan pendekatan
pragmatis, koreponden, dan koheren. Pengetahuan disebut ilmiah jika bersifat
obyektif, bersifat luas dan dalam, bersifat relative dan dapat diabstraksi, dilakukan
dengan sistematis dan dapat dikonkritisasi, memiliki metodis dan
instrumentalis. Berbeda dengan kebenaran non-ilmiah, kebenaran non-ilmiah
adalah kebenaran yang diperoleh tanpa melalui penelitian ilmian dan bersifat
subjektif.
Kebenaran sebagai nilai
fundamental adalah kebenaran yang sangat mendasar. Artinya kebenaran yang tak
bisa tergoyahkan. Kebenaran ini biasa berakar pada keyakinan. Komitmen terhadap
kebenaran merupakan salah satu nilai fundamental dalam kehidupan manusia, yang
telah ada sejak zaman dahulu kala. Komitmen kebenaran adalah bahwa kebenaran
menunjukan rasa menghargai orang lain sebagai tujuan, bukan sebagai alat tool.
Penipuan (deception) kadangkala menempatkan kepentingan individu di atas
kepentingan masyarakat. Kebenaran sebagai bagian dari penghargaan terhadap
orang lain pada gilirannya akan menumbuhkan kepercayaan antar individu. Kebenaran
merupakan unsur yang esensial bagi kelancaran proses demokrasi.
Dalam kehidupan manusia
yang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, manusia hidup dalam pilihan antara
baik dan tidak baik serta beraturan. Etika tidak terlepas dari persoalan moral
dan hukum. Etika sering dihadapkan pada kondisi dan situasi benar dan tidak
benar. Sedangkan, dalam dunia komunikasi, etika komunikasi selalu dikaitkan
dengan budaya komunikasi. Seseorang mungkin akan mengubah kesadaran dirinya
(konsep diri, harga diri dan persepsi) karena berkomunikasi dengan seseorang
dar kebudayaan lain.
Interaksi
simbolik termasuk ke dalam salah satu dari sejumlah tradisi penelitian
kualitatif yang berasumsi bahwa penelitian sistematik harus dilakukan dalam
suatu lingkungan yang alamiah dan bukan lingkungan artifisial seperti
eksperimen. Ada 7 prinsip metodologis berdasarkan teori interaksi simbolik,
yaitu :
1) Simbol dan interaksi harus
dipadukan sebelum penelitian tuntas.
2) Peneliti harus mengambil
perspektif atau peran orang lain yng bertindak (the acting other) dan
memandang dunia dari sudut pandang subjek.
3) Peneliti harus mengaitkan simbol
dan definisi subjek hubungan sosial dan kelompok-kelompok yang memberikan
konsepsi demikian.
4) Setting perilaku dalam
interaksi tersebut dan pengamatan ilmiah harus dicatat.
5) Metode penelitian harus
mampu mencerminkan proses atau perubahan, juga bentuk perilaku yang yang
statis.
6) Pelaksanan penelitian paling
baik dipandang sebagai suatu tindakan interaksi simbolik.
7) Penggunaaan konsep-konsep
yang layak adalah pertama-tama mengarahkan dan operasional.
Masyarakat
merupakan hasil interaksi simbolis dan aspek inilah yang merupakan masalah bagi
sosiolog. Blumer menyatakan bahwa dengan demikian berarti interaksi manusia
dijembatani oleh penggunaan simbol- simbol,oleh penafsiran, oleh kepastian
makna dari tindakan oran lain disekitarnya.
Dalam etika terdapat unsur-unsur pokok yang membangun sekaligus menjadi
acuan. Unsur-unsur pokok tersebut adalah:
1.
Kebebasan
Kebebasan adalah kemampuan manusia untuk menentukan
dirinya sendiri. Kebebasan lebih bermakna positif, dan ia ada sebagai
konsekuensi dari adanya potensi manusia untuk dapat berfikir dan berkehendak. Aristoteles
sendiri mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal budi, yang
memiliki 3 jiwa yaitu jiwa avegatitiva, jiwa sensitiva, dan jiwa intelektual.
2.
Tangung jawab
Tanggung jawab adalah kemampuan manusia atau individu
yang menyadari bahwa seluruh tindakannya selalu mempunyai konsekuensi. Dengan
adanya rasa tanggung jawab, maka kebebasan yang diberikan kepada setiap
individu tidak akan terjadi kekacauan atau hal-hal yang tidak diinginkan oleh
masyarakat.
3.
Hati nurani
Hati nurani adalah penghayatan tentang nilai baik atau
buruk suatu perbuatan yang dihasilkan oleh manusia. Hati nurani sangat
berhubungan dengan kesadaran. Hati nurani merupakan ungkapan dan norma yang
bersifat subjektif.
Prinsip
kesadaran moral adalah beberapa tataran yang perlu diketahui yang bertujuan
memotifasikan tindakan individu dalam kerangka nilai moral tertentu. Etika
selalu memuat unsur hakiki bagi seluruh program tindakan moral. Prinsip tidakan
moral mengandaikan pemahaman penyeluruh setiap individu atas seluruh
tindakannya yang dilakukan sebagai manusia. Setidaknya ada tiga prinsip dasar
dalam kesadaran moral.
Terdapat perbedaan diantara etika, etiket, moral, dan agama.
Penejelasannya adalah sebagai berikut:
ü Etika dan Etiket
Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette) berarti sopan santun. Persamaan antara etika dengan etiket yaitu:
• Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
• Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi perilaku manusia.
Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette) berarti sopan santun. Persamaan antara etika dengan etiket yaitu:
• Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
• Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi perilaku manusia.
·
Perbedaan antara etika dengan etiket:
1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.Etika jauh lebih absolut, tidak dapat ditawar-tawar.
4. Etiket hanya memadang manusia dari suatu segi saja sedangkan etika memandang manusia dari segi dalam.
1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.Etika jauh lebih absolut, tidak dapat ditawar-tawar.
4. Etiket hanya memadang manusia dari suatu segi saja sedangkan etika memandang manusia dari segi dalam.
ü Etika dan Ajaran
Moral
Etika perlu dibedakan dari moral. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral adalah rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia. Sedangkan etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif. Moral yang berbeda-beda disebabkan karena adanya perbedaan suku,daerah budaya dan agama yang hidup berdampingan. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Moralitas berhubungan dengan sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat.
Etika perlu dibedakan dari moral. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral adalah rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia. Sedangkan etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif. Moral yang berbeda-beda disebabkan karena adanya perbedaan suku,daerah budaya dan agama yang hidup berdampingan. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Moralitas berhubungan dengan sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau adat.
ü Etika dan Agama
Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan orientasi moral. Etika dapat membantu menggali rasionalitas agama. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang saling berbeda dan bahkan bertentangan. Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan etika terbuka bagi setiap orang dari semua agama dan pandangan dunia.
Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan orientasi moral. Etika dapat membantu menggali rasionalitas agama. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang saling berbeda dan bahkan bertentangan. Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh karena itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan etika terbuka bagi setiap orang dari semua agama dan pandangan dunia.
Terdapat beberapa
-isme dalam etika, berikut diantaranya:
1.
Egoisme
merupakan suatu tindakan yang selalu ingin menonjolkan diri dan bersifat
keakuan.
2.
Deontologi
adalah bagian dari filsafat yang mengkaji apa yang dilihat secara kasat mata.
3.
Utilitarisme
adalah suatu aliran yang mengkaji pencapaian tujuan baik oleh individual dan
sosial dengan menghalalkan segala cara.
4.
Pragmatisme
adalah suatu aliran tentang berpikir secara praktis.
Ada 7 perspektif dalam etika komunikasi yaitu :
- Perspektif politik
- Perspektif sifat manusia
- Perspektif dialogis
- Perspektif religius
- Perspektif ulitarisme
- Perspektif situasional
- Perspektif legal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar